Part 1

72 5 0
                                    

Bruk..

"Lady Damitta bangun, kau kenapa" ucap Alice panik sambil menggoyangkan tubuh Damita yang sudah tergeletak di lantai marmer rumah Duke Edalberto.

Padahal niatnya mengundang Damitta di kediaman Duke Edalberto adalah untuk memberitahunya bahwa Alice akan menyerah untuk membuat Putra Mahkota mencintainya. Dia ingin memutuskan pertunangannya dengan Putra Mahkota tapi kenapa malah mendapatkan kejadian seperti ini, Aline tak pernah berfikir dalam benaknya untuk menyakiti Damitta karena Ia sangat tahu bahwa Putra Mahkota sangat mencintai Damitta.

Damitta tak menjawab. Jantungnya mulai berdetak lambat, tubuhnya mulai terasa dingin juga darah yang mulai keluar dari mulutnya.

"Lady Damitta, tolong buka matamu. Pelayan cepat datang kemari!" seru Alice kencang karena takut jika Damitta akan mati dan dia akan disalahkan karena perbuatan yang tak pernah dilakukannya.

Tapi tak ada yang mendengar teriakan Alice dari dalam. keadaan di luar ruangan sangat sepi dan sunyi.

Tiba-tiba terdengar suara dari balik pintu.
"Putra mahkota Albert memasuki ruangan" ucap lantang ksatria penjaga yang ada di kediaman Duke, sambil membuka pintu ruangan minum teh dari luar.

mendengar itu badan Alice langsung gemetar hebat karena takut dengan apa yang akan terjadi dengan dirinya nanti. karena Dia tahu seberapa kejamnya Putra Mahkota jika ada yang menyentuh orang berharganya.

Putra Mahkota yang melihat apa yang terjadi disana, langsung berlari mendekat ke arah Alice dan Damitta. Ia panik saat melihat orang yang di cintainya terbujur lemah, Ia langsung mendorong Alice dengan kasar agar menjauhi Demitta. Dan Dia mengangkat Damitta untuk di bawa ke tabib keluarga Duke.

"Jika sampai terjadi sesuatu kepada Demitta, aku akan membunuh mu dengan tangan ku sendiri!" Sentak Putra Mahkota yang marah besar, saat merasakan tubuh Demitta yang dalam gendongannya terasa dingin dan juga melihat darah yang keluar dari mulut.

"Tolong bertahan lah Mitta" sambil mencium kening Damitta.

"Penjaga!, Panggilkan tabib sekarang juga!" Putra mahkota mulai melangkah dengan cepat menjauhi ruangan tersebut dan segera untuk menaruh Damitta di Kamar tidur tamu yang tersedia di kediaman Duke.

Tertinggal Alice, dan Luwis tangan kanan Putra mahkota juga pelayan yang baru datang karena mendengar suara Putra Mahkota ,yang masih dalam ruangan minum teh tersebut. Mereka tidak berani mendekat juga melihat ke arah Putra Mahkota yang sedang murka hingga siap untuk membunuh siapaun.

"Aku yakin Lady Alice akan mati di bunuh Putra Mahkota" bisik-bisik pelayan yang melihat kejadian tadi.

"Aku juga akan bersyukur jika Lady Alice akan di hukum mati, dia tak berguna sama sekali. Lebih baik Lady Tianna dari pada Dia". sahut pelayan yang lain.

Alice dengan pandangan kosong mendengar bisik-bisik pelayan dengan acuh.

Bagaimanapun akhirnya dia akan tetap mati seberusaha apapun di kehidupan keduanya ini. Padahal dia ingin memperbaiki semua kesalahan yang pernah dia lakukan di kehidupan pertamanya tapi dirasa percuma apakah tuhan membuatnya hidup kembali hanya untuk menghukumnya. Alice berharap tak akan pernah hidup lagi jika akhirnya di kehidupan keduanya pun Ia berakhir dengan kematian.

*****

"Untung saja Lady Damitta segera di berikan pertolongan Pangeran, jika tidak dia akan kehilangan nyawanya" ucap Tabib setelah memeriksa keadaan Damitta.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Damitta Tabib" ucap cemas Putra Mahkota yang berada di samping kasur yang Damitta tempati, sambil menggenggam sebelah tangan Damitta juga sesekali diciumnya.

IGNORED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang