Hari pertama masuk sekolah telah tiba, setelah libur akhir tahun pelajaran. Sedikit tersadar, aku merasa mimpiku tadi malam begitu indah, tapi aku tak mengingatnya sedikitpun.
"Jiwa, Bangun.. Kamu udah sekolah hari ini, sayang." Suara lembut perempuan itu semakin menyadarkanku dari tidur. Pagi ini aku sudah menjadi siswa kelas sebelas. Yang artinya nanti disekolah akan ramai dengan siswa baru yang akan diospek.
"Jiwa!!" Suara perempuan tadi terdengar lagi dan semakin kencang. Terasa selimutku ditariknya. Dan ku buka mataku perlahan.
"Iya bunda.. Ini udah bangun" Jawabku dengan suara parau.
"Segera mandi, kakakmu udah beres mandi lo. Jangan sampe nanti kamu ditinggal kakak." Tegas bunda.
Aku segera memyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Tak lebih dari 10 menit aku menyelesaikan mandiku. Setelah rapi, aku menuju meja makan untuk sarapan bersama anggota keluarga yang lain. Ayah dan kakakku sudah duduk menyantap sarapan yang dimasak bunda. Kami terbiasa makan bersama-sama seperti ini sejak aku masih kecil. Rasanya ada yang kurang jika melewatkan makan bersama disetiap harinya. Selain kegiatan mengisi perut, ketika makan bersama seperti ini kami biasa menceritakan kegiatan sehari-hari kami.
"Jiwa, cepet sarapannya dimakan. Itu bunda udah siapin bekal buat nanti kamu latihan karate di sekolah." Ucap bunda sambil sibuk menyiapkan kopi buat ayah.
"Dek, nanti kamu pulang sendiri ya atau nebeng dirga, nanti aku ada latihan band di studio." Ucap Arga kakakku sambil menyendok nasi di piring.
"Lah mending aku naik motor sendiri kalo gitu." Balasku.
"Eh, gk bisa hari ini motornya mau bunda pakai, nanti mobilnya juga dibawa ayahmu pulangnya sampe malam. Udah kamu berangkat sama kakakmu aja, nanti sore bunda yang jemput." Sahut bunda.
"Bener ya bun, males banget nebeng dirga perhitungan anaknya." Celetukku kesal.
Selesai sarapan kami bertiga berangkat beriringan menuju tempat tujuan masing-masing. Ayah sudah berangkat mengendarai mobilnya. Dan selanjutnya aku dan bang Arga berangkat dengan motor kesayangannya.
Setelah hampir 3 minggu libur sekolah, ternyata sekolahku ini tak banyak berubah. Dari tempat parkir siswa aku dan bang Arga menuju kelas masing-masing. Aku di kelas sebelas IPS 2 dan bang Arga di kelas sebelas IPA 1. Kami adalah kembar bukan identik. Kata bunda jarak usiaku dengan bang Arga hanya lima menit. Dan kata bunda kenapa aku baru keluar setelah lima menit, katanya ketika aku akan keluar dari perut ternyata leherku tersangkut tali pusar, dan akhirnya dokter berusaha keras menyelamatkanku sampai akhirnya aku keluar. Walau hanya berjarak usia lima menit tapi aku diajarkan orang tuaku untuk menghormati kakakku ini, jadi aku dan bang Arga memanggil dengan sebutan abang dan adek.
Aku berjalan dari parkiran bersama bang Arga. Kemudian sampai dikoridor kelas kami berpisah dan masuk kelas masing-masing. Aku disambut sahabat-sahabatku yang tak pernah berkurang volume suaranya. Tiga anak ini, yaitu Dirga, Hasan, dan Juna yang selalu meramaikan hariku. Tak pernah habis tingkah konyol yang mereka lakukan setiap hari. Rumah kami tak saling berjauhan, jadi selama liburan kami masih bisa untuk kumpul bersama, kegiatan yang selalu kami lakukan ketika bersama adalah main game atau kadang nongkrong di caffe atau warung langganan.
"Waaa orang ganteng dateng nihh.." Seru mereka bertiga menyambutku.
"Pagi-pagi udah disambut anak-anak setan aja." Sahutku dengan tawa, dan dibalas dengan tampolan kecil dari mereka bertiga.
"Weh, hari ini kan ada ospek murid baru, kuyy liat yang bening-bening." Sahut Dirga membuka topik hari ini.
"Sok-sokan kayak bakal ada yang mau sama kamu aja dir, palingan adek kelas pada takut liat mukamu." Balas Juna dibarengi tawa yang lain.
"Sorry ya orang sibuk entar habis istirahat mau latihan." Ucapku dengan wajah sombong.
"Aku ikut kamu ya wa, biar gk ikut pelajarannya bu sulis, males banget dah." Sahut Dirga.
"Mampus lu, pasti belum ngerjain tugas bu sulis kan?!" Sahut Hasan sambil menertawakan Dirga.
"Lah iyaa.. Aku liat punyamu dong, San. Kamu kan jago matematika." Pinta Dirga dengan wajah melas.
Tak lama bell tanda masuk pelajaran pertama dimulai. Mereka mulai menempati tempat duduk masing-masing. Pelajaran pertama sampai ketiga berjalan lancar, karena hari pertama di tahun pelajaran baru ini biasanya hanya perkenalan saja. Tapi berbeda dengan guru bernama ibu Sulis, sehari sebelum masuk sekolah sudah memberikan tugas di grub mapel. Tak heran Dirga yang payah di mapel Matematika pun sudah mengeluh di hari pertama ini.
Aku yang harus persiapan turnamen karate merasa selamat dari bayang-bayang bu Sulis. Setelah bell tanda istirahat telah usai, aku keluar kelas dengan membawa baju karateku dan bekal dari bunda. Aku menuju ruang latihan dan segera mengganti pakaianku.
Setelah satu jam aku berlatih, aku diberi istirahat. Aku memutuskan untuk membeli minum di kantin sekolah yang tak jauh dari ruang latihan. Masih dengan baju karateku aku menuju kantin dengan santai. Suasana kantin cukup sepi, karena memang waktu istirahat sudah usai.
Usai ku menukar uangku dengan sebotol air dingin aku berniat kembali ke ruang latihan. Tapi langkahku terhenti oleh seorang perempuan pendek berseragam OSIS SMP dengan rambut dikucir dua. Dengan terengah-engah perempuan itu menghampiriku.
"Hahh, kak. Tunggu bentar aku boleh tanya gk?" Ucap perempuan itu sambil menarik nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jiwa & Arga
Teen FictionKami adalah kembar bukan identik. Kata bunda jarak usiaku dengan bang Arga hanya lima menit. Dan kata bunda kenapa aku baru keluar setelah lima menit, katanya ketika aku akan keluar dari perut ternyata leherku tersangkut tali pusar, dan akhirnya dok...