mengapa hanya aku? [ NOSUNG ]

03

- Harusnya aku membutakan mataku saat itu.

‎

‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎
‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎

‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎
‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎
‎‎ ‎✿ ✿ ✿
‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎

Jisung hari ini tidak ke Caffee Haechan seperti yang ia ucapkan pada Chenle, tapi ia kekantor Jeno untuk mengajaknya merayakan ulangtahun Lee Chenle.

"Ah, aku tak sabar!!!" Pekiknya saat ingin memasuki kantor Jeno.

"Selamat pagi nyonya Lee." Ucap semua pegawai

Jisung menoleh sambil tersenyum manis.

"Selamat pagi juga!! Semangat yaaa~" ucap Jisung dengan riang.

Saat Jisung mulai jauh, semua pegawai menatap sendu.

"Biarkan nyonya Lee tau, aku tak tega melihatnya tersakiti nanti, biarkan sekarang, jangan nanti, aku ingin sedihnya cepat hilang. Tuhan kadang selalu tak adil kepada orang orang tak berdosa seperti nyonya Jisung." Ucap salah satu pegawai.

Semua menyetujui nya, dan membiarkan Jisung mengetahui semuanya..

‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎
‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎￣￣￣￣￣
‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎
Sambil melompat kecil, Jisung menuju keruangannya Jeno, sedikit heran karena semua orang menatap ia sendu (?) Ada apa ini??

Langkahnya mulai memelan, ada perasaan cemas dihatinya, ntah karena apa itu.

Ia membuka pintu ruangan Jeno perlahan, tiba tiba keluar suara tidak menyenangkan saat pintu dibuka.

Ya, ruangan Jeno memakai Pengedap suara, jadi saat pintu baru dibuka, barulah suara didalam terdengar.

"Fuck Karina, you are so beautiful, ahh~"

"Hahhh Jeno, uhh uhh- cum!! yahhh~"

Lee Jisung mematung ditempat, ia melihatnya, melihat sesuatu yang seharusnya tak ia lihat..

Jeno bercinta dengan Karina, asisten pribadinya Lee Jeno suami Lee Jisung.

Setelah dirasa mereka sudah selesai dengan pergelutan panas tadi, Jisung memberanikan diri untuk berucap.

"Lee Jeno, aku Park Jisung akan mengantarkan surat perceraian sesegera mungkin. Maaf telah mengharapkan dirimu hadir di acara ulangtahun anak ku Park Chenle." Dengan menekankan nama anaknya dengan marga dirinya.

Setelah itu ia menatap kosong kearah Jeno dan Karina yang mematung ditempat, lalu menutup pintu perlahan, dan berjalan menjauh dari kantor Lee Jeno, tanpa menghiraukan teriakan dari Jeno.

Dalam benaknya, ia berjanji tidak akan menginjakkan kakinya dengan di tempat itu lagi.

‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎
‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎￣￣￣￣￣
‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎
Setelah sampai dirumah, ia melihat Chenle dari jendela, yang sangat senang sekali dihari ulang tahunnya, pekikkan nya, matanya dan bibirnya yang ikut tersenyum, itu membuat hatinya lebih tenang.