Welcome pada lapak karya pertamaku. Mohon maaf jika kurang memuaskan dikarenakan masih dalam tahap belajar 🙏. Terimakasih sudah mampir, kritik dan saran sangat diperlukan untuk karya saya selanjutnya. Enjoy ♥️
~SEMPITERNAL~
Seoul, 1981
"Jiyeon-ah"
Seorang gadis berambut hitam berkucir dua yang terkepang rapih menoleh, menampilkan senyuman secerah sinar mentari. Gadis itu melambaikan sebelah tangan yang tidak menenteng tas hitam. Tubuh mungil berbalut seragam sekolah hitam putih, sedangkan sepasang kakinya menggunakan sepatu kulit senada dengan remaja-remaja lain yang juga sedang berjalan di sekitar mereka. Gadis berseragam sama dengan siswa-siswa lain itu menggandeng lengan Jiyeon sembari terus mengerucutkan bibir sebal.
"Aku hapir saja terlambat karena menunggumu di halte kau tau, menyebalkan sekali" gerutu gadis berambut pendek sebahu dengan bando merah darah bertengger di atas kepala.
"Mianhae. Aku lupa memberitahumu bahwa aku berangkat dengan appa" jawab Jiyeon sembari berlalu, keduanya berjalan searah dengan kebanyakan siswa lain.
"Tapi kenapa tumben sekali, bukankah appa mu--" ocehan si gadis berambut sebahu tersebut tidak lagi dapat ditangkap. Suara disekitar seakan mengecil dan terdengar samar nyaris tak terdengar sama sekali saat Jiyeon tanpa sengaja menemukan sebuah sosok. Bayangan postur tubuh yang selalu membuatnya kehilangan kendali.
Pria yang tak lain juga teman satu sekolah sedang berdiri di depan gerbang tinggi gedung tempat mereka menimba ilmu. Dia berkulit putih bersih memiliki tatapan tajam seolah dapat menyedot seluruh kewarasan Jiyeon. Lengan kanan kekar terlilit sebuah kain kuning berbahan satin dengan tulisan 'Perwakilan Siswa' menunjukkan bahwa dia adalah salah satu andalan Sekolah.
"Selamat pagi Kim Saem" ujar setiap siswa yang berlalu memasuki pelataran sekolah, baik Jiyeon dan teman dekatnya juga melakukan hal sama. Membungkuk menyapa guru laki-laki yang berdiri di depan gerbang bersama tongkat kayu panjang mendampingi pria berjabatan perwakilan siswa.
"Ooo.. Jiyeon-ah" ledek Jikyung, saat tanpa sengaja memergoki si perwakilan siswa menatap mereka dengan pandangan berbeda. Walaupun kedua gadis itu sudah berlalu cukup jauh, sorot pria berparas tampan tersebut masih tetap menyertai. Jikyung yang memiliki kemampuan penglihatan tajam bersikeras menangkap senyuman tipis di paras pria itu.
"Jikyung-ah, berhenti mengatakan hal tidak masuk akal" mengalihkan wajah, menyembunyikan semburat kemerahan di kedua pipi. Bohong jika dia tidak melihat dan menyadari bahwa sosok itu selalu memandang setibanya dia di depan gerbang. Sudah lebih dari setahun mereka saling mengamati dari jauh seperti ini, mengenal hanya sebatas nama padahal mereka memiliki ketertarikan yang sama.
"Ini saatnya, setidaknya ajaklah dia berkenalan" senggolan di bahu membuat Jiyeon semakin tak bisa menghilangkan hawa panas di sekitar wajah.
"Diamlah. Apa yang dikatakan siswa lain jika seorang gadis mendekati pria terlebih dahulu?" Jiyeon mendekap tas dan mempercepat langkah meninggalkan Jikyung yang berdecak sebal sembari menggelengkan kepala gemas. Dia kembali diam-diam melirik ke belakang dimana sosok yang disukai Jiyeon masih berdiri menyambut kedatangan siswa-siswa lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPITERNAL
FanfictionTerinspirasi oleh sebuah film tidak pandai membuat deskripsi, langsung baca saja