BAB 5. Penggemar Fanatik

40 5 2
                                    

Renata Abuerra- Psikolog terkenal di Roma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renata Abuerra- Psikolog terkenal di Roma


JLEB!

Cairan merah kental berbau anyir membanjiri lantai. Mengotori karpet yang terbentang panjang di sepanjang lorong ruangan. Aku terpaku di tempatku berdiri. Mataku terbelalak lebar melihat pemandangan mengerikan di hadapanku.

Pikiranku langsung kacau balau. Kepalaku menggeleng pelan. Sulit menerima kenyataan akan apa yang baru saja kubiarkan terjadi. Levi mati di tempat dengan bersimbah darah. Sebuah gunting untuk memotong bahan kain tertancap rapi di tenggorokannya.

“Kenapa..?” gumamku syok.

“Kau payah, Ariana. Kupikir kau adalah orang terjenius di Eropa tapi ternyata aku salah.” ujar Andrea menunduk. Tangannya ia kepalkan kuat – kuat di ujung piyamanya.

“Aku selalu mengagumimu dan setiap caramu dalam memecahkan berbagai kasus. Tapi kenapa akhirnya seperti ini?”

“Andrea...” gumamku pelan.

“Aku kecewa.” ujar Andrea lagi.
Kemudian secara perlahan, Andrea mendongakkan kepalanya ke arahku sambil berkata “Padahal aku sudah repot – repot menyiapkan permainan logika ini untukmu, lho...”

“Kertas pada bukumu..., gaya tulisan itu..., dan bagaimana caramu memecahkan kode aneh itu...” ucapku gemetar.

Andrea menyeringai lebar. Percikan darah segar milik Levi masih tersisa di wajahnya yang berkulit sawo matang itu. Ia berkacak pinggang.

“Ariana – san, jangan – jangan kau salah...” ujar Yuuri tercekat.

“Aku tahu!” selaku cepat.

“Pada akhirnya kau melihat kunci jawabannya, Ariana. Kau bisa dihukum jika ketahuan mencontek, lho.” ucap Andrea terkekeh.

“Andrea adalah seorang arkeolog dan dia sudah terbiasa dalam memecahkan kode rumit. Itu artinya ia juga pasti bisa membuatnya, bukan? Tapi karena aku dan Yuuri tidak menyadarinya, maka Andrea memutuskan untuk berpura - pura memecahkannya sendiri dan meyakinkanku kalau dia bukan penjahatnya.”  jelasku panjang lebar.

“Analisimu sangat hebat, tapi sayangnya kau sudah ketahuan mencontek.” timpal Andrea dengan suara dalam.

“Dasar psikopat!” seru Finky kesal.

“Aku bukan psikopat. Aku hanya membuat permainan kecil untuk idolaku, itu saja!” bantah Andrea sambil menyeringai.

“Tapi sayangnya, idolaku tidak peka akan raja yang harus dikalahkannya di dalam permainan ini.”

Lalu Andrea berjalan mendekati mayat Levi. Tangan kanannya bergerak mencabut gunting besi yang tertancap pada tenggorokan Levi dengan kasar. Membiarkan lebih banyak darah keluar dari sana. Beberapa onggokan daging kecil juga ikut tercabut bersama ujung runcing gunting itu.

Aku menutup mulutku. Tak percaya akan apa yang kulihat sekarang. Tatapan tajam Andrea langsung tertuju kepadaku. Begitu tajam dan menusuk ke dalam jiwa. Lututku rasanya lemas tak terkendali.

“Kau akan kuhukum, Ariana!” ucap Andrea bersemangat. Ekspresi wajahnya menunjukkan emosi yang tidak biasa. Berlebihan seperti orang gila.

“Tak akan kubiarkan!” ujar Finky sambil berlari ke arah Andrea dengan tangan kosong.

JLEB! BRUK!!

Dengan gerakan cepat Andrea menusuk perut Finky lalu melemparkan jasad Finky ke lantai dengan kasar. Cairan merah kental kini mulai keluar dari luka bekas tusukan pada perut Finky. Melihat itu nyaliku semakin ciut. Aku tak kuasa berbuat apapun untuk menyelamatkan nyawa yang tersisa.

“Jangan! Kumohon hentikan!” jerit Yessica panik. Kedua lengannya memeluk kaki kiri Andrea dengan erat.

Merasa terganggu, maka Andrea langsung menjambak rambut panjang Yessica. Lalu dengan satu dorongan kuat, ia membenturkan kepala Yessica ke dinding. Membuat bibir Yessica tak bisa mengeluarkan suara yang dapat mengganggunya.

“Andrea, sadarlah!” ujarku lantang.

“Aku dalam kesadaran penuh, kau tahu?” ucapnya enteng sambil berjalan mendekatiku.
DOR! BRUK!

Andrea jatuh terkapar ke lantai dengan luka tembakan di kakinya. Ia meringis kesakitan. Sedangkan aku hanya melongo di tempat. Lalu ucapan Renata menyadarkanku “Ariana, polisi menyelamatkan kita!”

“Syukurlah!” ucap Yuuri lalu memeluk pundakku.

“Tapi bagaimana bisa...?” tanyaku pelan.

“Teman – teman!”...

Sebuah suara nyaring milik seorang gadis menyambut ke dalam telingaku. Kemudian aku berbalik ke arah sumber suara dan mendapati seorang gadis dengan rambut sebahu. Pakaiannya lusuh dan ada sedikit bercak darah disana. Tangan kirinya di perban.

“Rina Carlotta, aku benar?” tanyaku memastikan.

“Ya! Suatu kehormatan dapat menyelamatkan nyawa Anda.” jawab Rina sopan.

“Ketika malam tadi aku berhasil kabur dari kejaran Andrea. Dan aku berhasil bertahan sampai kota. Lalu tanpa basa – basi aku segera melaporkan hal ini kepada polisi.”

“Tepatnya, pukul berapa itu?” tanyaku.
“Pukul 11.15.” jawab Rina.

Aku manggut – manggut memikirkan semua kejadian yang telah terjadi. Pada akhirnya aku mengerti. Tapi tetap saja, kali ini aku gagal total. Aku sangat bodoh sekali.

“Jangan menyalahkan dirimu, Ariana – san.” hibur Yuuri tersenyum.

“Kau sama sekali tidak tahu kalau hal seperti ini bisa terjadi.” lanjut Renata.

Aku menghela nafas panjang lalu tersenyum. Dan tak lama kemudian seorang kepala polisi datang menghampiriku dan menyainyaku perihal kasus pembunuhan ini.

Yah, kehidupan lamaku dimulai kembali.

-FIN-

NOTE: Buat kamu yang berhasil baca sampai sini, aku mau ucapin selamat! Terima kasih sudah mampir mueheheeh😺

Gimana ceritanya? Sedap tak?

Kode Bunuh DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang