"Am-ampun ... ampun," lirih seorang pria, ia mengerang di sisa kesadarannya. Napasnya tersendat-sendat, pandangan matanya pun telah mengabur.
Setengah mati, ia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Badannya dipenuhi luka lebam dan sayatan. Ia tersungkur di lantai yang dingin dan kotor, bau anyir kentara tercium ... berasal dari darah yang mengalir pada luka sayatannya.
"Ampun?" tanya seseorang yang berdiri menjulang di hadapan pria itu. "Elo pikir gue masih bisa memberi ampun setelah pengkhiatan yang elo lakukan, hm?"
"Ma-maaf Bang Ata," jawab pria itu dengan terengah-engah.
"Maaf? Setelah milyaran rupiah kerugian yang gue dapatkan karena ulah lo, apakah gue masih perlu memberi maaf itu ke elo?"
Pirata berjongkok, mensejajarkan diri dengan korbannya.
"Setelah apa yang gue berikan selama ini, apakah ini balasan lo ke gue?" tanya Pirata kembali, ia tersenyum miring ... tidak habis pikir dengan pria yang ada di hadapannya itu. "Ini bukan lagi masalah uang, ini masalah kesetiaan."
Pirata tersenyum getir, ia menatap dalam mata sayu pria dihadapannya itu yang terlihat sudah tidak berdaya.
Bukan setahun atau dua tahun, pria di hadapannya itu bekerja untuknya. Pirata kira, apa yang diberikannya selama ini bisa membuat anak buahnya itu setia, ternyata ....
"Gu-gue ... gue diancam, Bang," ucap pria itu.
"Diancam?" Dahi Pirata berkerut, bingung dengan apa yang dikatakan anak buahnya itu.
"Dia ngancam gue," jawab pria itu, ia berusaha mendudukkan dirinya. Anak buah Pirata yang lain ikut membantu, menopang tubuh pria itu agar bisa duduk dengan tegap. "Dia mengancam akan menyakiti adek gue, jika gue gak nurutin permintaannya, Bang."
"Siapa yang ngancam lo?"
"Luca, Bang."
Jawaban dari anak buahnya itu membuat Pirata terdiam sejenak, tidak lama setelah itu muncul seringaian dari bibirnya.
"Elo lebih memilih takut dengan ancaman si brengsek itu dan berkhianat dari gue? Setelah apa yang kita lalui bersama, gue kira elo sudah menganggap gue keluarga. Dan yang elo lakukan ini seperti menunjukkan bahwa kita hanyalah orang asing, Satya."
Pria yang namanya dipanggil itu mendongakkan kepalanya yang terasa pening. Ia melihat pada sang sahabat dengan pandangan yang mulai mengabur.
"Bang Ata ..., maaf. Gue benar-benar tidak punya pilihan lain saat itu. Luca menghajar Rico habis-habisan di depan mata gue, Bang. Jika saat itu gue gak menuruti perintahnya, nyawa adik gue menjadi taruhannya." Setelah mengatakan semua apa yang menjadi alasan kenapa ia berkhianat, Satya kembali menundukkan kepalanya.
Sungguh, Satya tidak memiliki pilihan lain. Ia rela mengorbankan nyawanya untuk membela Pirata. Namun, jika harus mempertaruhkan nyawa adik dan ibunya ... ia benar-benar tidak bisa melakukannya. Ini benar-benar pilihan sulit untuknya.
"Lantas, kenapa elo gak jujur ke gue?"
"Maaf."
Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Satya. Pirata kembali menghembuskan napas, ia mengusap kasar wajahnya.
"Jangan ada lagi yg elo sembunyikan dari gue! Peringatan ini bukan hanya berlaku untuk Satya, tapi juga untuk kalian semua!" seru Pirata, pria itu memandang satu persatu anak buahnya. "Jangan beri celah pada Luca untuk memperdayai kita, apalagi memecah belah kita. Kali ini Satya yang dijadikan boneka untuk menghancurkan gue. Gue yakin, si brengsek itu gak akan berhenti begitu saja. Paham?"
"Paham," jawab serempak Satya dan teman-temannya.
"Elo jangan khawatir, gue dan yang lain akan memastikan keselamatan Rico."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brutals
RomancePirata Raynar Ulung adalah seorang pria yang berwatak keras. Apapun yang menjadi keinginannya, akan berusaha ia dapatkan ... walau sesulit apapun itu. Hidup keras dan penuh perjuangan yang ia alami sedari kecil, membuatnya tumbuh menjadi pria yang...