"Terkadang, satu pelukan tulus dari orang tersayang mampu menenangkan hati yang rapuh yang siap hancur berkeping-keping.
Dan aku pun begitu, aku bersyukur memiliki kamu yang mencintaiku dengan sempurna, membuatku selalu merasa damai, walau hanya dengan cara sederhana."~Anaya Sarasvati~
***
Aku menyusuri koridor bangsal ruangan dengan tergesa-gesa. Air mata yang bercucuran tak henti-hetinya menetes membasahi pipi, mulutku pun tak luput merapal doa setelah mendengar kabar calon suamiku telah jatuh pingsan di ruang operasi. Memang, akhir-akhir ini ia sering kali mengeluh kurang begitu sehat karena jadwal kerja yang begitu padat.
Sesekali aku merutuki diriku sendiri karena tak becus mengurus Mas Kenny yang sebentar lagi akan menjadi imam halalku.
Aku mempercepat langkah menuju lantai 2. Karena terlalu lambat menunggu lift, aku pun nekat melewati tangga, meski sebenarnya kaki ku telah begitu lelah karena harus berjalan dari kantor menuju rumah sakit, tempat kerja Mas Kenny yang kebetulan tersekat jarak.
Sesampainya disana, bangsal tampak sepi, lampu-lampu kamar perawat sudah banyak yang telah dimatikan, hanya menyisakan lampu koridor dan itupun hanya hidup beberapa saja. Aku tak peduli seberapa seramnya malam ini, kabar Mas Kenny pingsan sudah membuatku ketakutan.
Aryan berdiri, "Ya? Kamu cepet masuk, udah ditunggu dokter di dalem. Ada infromedconsent yang perlu persetujuanmu."
Degup jantungku menjadi begitu cepat. Sebegitu parahkah calon suamiku?
Aku langsung bergegas membuka knop pintu, dengan jantung yang berdebar, ketakutan yang semakin menjadi-jadi, kekhawatiran yang yang tak bisa kuungkapkan lewat kata-kata. Namun seketika semua itu sirna setelah melihat sosok yang ku khawatirkan setengah mati itu tengah duduk di tengah-tengah ruangan, memetik senar gitar dengan penerangan beberapa lilin.
"Dia indah meretas gundah
Dia yang selama ini ku nanti
Membawa sejuk memanja rasa
Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku ku milikmu
Kau milikku ku milikmu."
Tak bisa dielak, setiap lirik yang Mas Kenny senandungkan membuatku teramat bahagia.
Ia berjalan mendekat kearahku dengan senyum khasnya. Ia sempat mengerutkan kening melihat pipiku telah basah, "Hey?" Dia mengusap lembut pipiku. "Selamat ulang tahun, sayang." ucapnya lagi sembari mengecup keningku.
Aku langsung menghambur memeluk dan melesak di dada bidangnya. Ku pikir ia lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku. Tak tahunya ia telah menyiapkan segalanya diluar pemikiranku, bahkan sesekali membuatku khawatir.
"Gimana?"
Aku menarik wajah, "Apa yang gimana?" tanyaku sambil mencebik kesal.
Ia hanya tersenyum, lalu menambahkan, "Gak dikasih hadiah, nih, yang ngasih surprise."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love story
Misterio / SuspensoKISAH NYATA! Anaya tak menyangka, bahwa segala firasat yang ia rasa sebelum tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa kekasihnya tersebut memang bukan suatu kebetulan. Ia tak menyangka bahwa Kenny, kekasihnya akan meninggalkan dirinya secepat ini. Bah...