Meja kayu yang melayang itu hancur berkeping-keping setelah menghantam dinding dengan kuatnya. Sudah hampir seisi rumah berantakan akibat hancurnya perabotan yang dilempar sebagai senjata. Dan yang baru saja melempar meja itu adalah Atsumu. Ia kesal karena Osamu terus menyeretnya untuk kembali kedalam bangunan yang tidak ingin dipijak oleh kedua kakinya lagi."Mama bakalan..."
"Nggak! Mama gak pulang lagi kesini, gw tau itu!" Teriak Atsumu dengan ransel tebal yang ia bawa pada pundaknya.
Osamu menggeleng. Karena merasa kehabisan cara- ia pun mendudukkan dirinya dilantai, kemudian bersujut. Memohon kepada Atsumu untuk tetap tinggal dirumah bersamanya.
"Gw butuh lo, Tsumu.." Osamu memohon dengan sisa tenaga yang ia miliki. Iya, tinggal seorang diri dirumah yang cukup luas bukanlah hal yang mudah. Setiap harinya Osamu selalu memastikan kalau rumah aman dari ancaman orang-orang yang berniat jahat.
"Dulu lo nggak ngomong gitu waktu Papah ngusir gw." Bantah Atsumu. Ia ingat betul betapa tidak perdulinya Osamu saat Papah melempar koper berisi baju-baju Atsumu keluar rumah. Tentu saja, diikuti dengan caci-makian yang terlontar dari bibir Papa. bertubi-tubi.
Dihari itu Atsumu berharap bahwa Osamu membelanya, sama seperti dirinya yang selalu mencegah Papah ketika hendak memukul Osamu. Tapi Osamu tidak melakukannya, ia bahkan tidak mengirim pesan singkat sekalipun kepada Atsumu- walau hanya sekadar menanyakan kabar.
"Kalo gw mati, lo kesepian.." Jawab Osamu yang mulai mengangkat wajahnya dengan gagah. Air mata sudah berlinang, membasahi hampir seluruh wajahnya. "Cuma Papah yang waktu itu bisa rawat gw, dan sekarang dia udah nggak ada. Lo bisa- maksud gw, kita bisa tinggal berdua dirumah ini." Jelas Osamu kemudian.
Atsumu membeku. Nalarnya seolah tak mampu mencerna kata-kata yang baru saja Osamu ucapkan. Mati? Rawat? Cuma Papah? Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh keluarganya sendiri. Atsumu benar-benar penasaran sekarang, tapi dirinya sudah enggan tinggal dirumah yang sekarang dipijaknya. Bukan hanya berantakan perabotannya, tapi juga seisi orang yang pernah tinggal disini memiliki pemikiran yang gila.
"Kemas barang-barang yang masih bisa dipake, yuk." Ajak Atsumu yang tiba-tiba mengulurkan tangannya. Senyumnya masih terpaksa, tapi kalau dipikir- ia tidak mungkin meninggalkan Osamu dirumah ini sendirian. Tidak untuk laki-laki manja berusia delapan belas tahun.
.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH - Miya Twins [ END ] ✓
Fanfictionkehidupan yang bahagia merupakan impian dari kebanyakan orang. Sayangnya, Si kembar Miya tidak memiliki kehidupan impian itu- hampir sepanjang hidupnya. Selalu ada pertengkaran, perdebatan, kehilangan, sampai kehancuran disetiap harinya. Atsumu lela...