Rutin selama satu minggu, Atsumu selalu terbangun pada tengah malam ataupun dini hari. Biasanya, ia terbangun karena mendengar isak tangin Osamu, atau karena Osamu mengalami sesak napas tiba-tiba. Bedanya, malam ini Atsumu tidak mendapati suara apapun- namun ia tetap terbangun."Sam,.. Osamu.." karena Khawatir, Atsumu segera mengguncang kecil tubuh Osamu yang tertutup seluruhnya oleh selimut.
Oh, ya. Saat ini keduanya sudah berada di apartemen Atsumu. Karena rasa iba yang besar di akhir pertengkaran hari itu, Atsumu memutuskan untuk membawa Osamu tinggal bersamanya.
"Sam..?" Atsumu menarik selimut, dan menemukan Osamu yang sedang meringkuk, menggigil sambil menangis tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Atsumu yang panik, buru-buru mengambil oksigen portabel, dan membiarkan Osamu bernapas dengan bantuan benda tersebut. Biar bagaimanapun, Atsumu tahu bagaimana rasa sakit yang sedang Osamu rasakan. Pasti sangat berat bagi Osamu untuk menerima kenyataan, bahwa keluarganya sudah tak memiliki harapan untuk bersatu kembali.
"Tuhan jahat, ya." Ucap Osamu tiba-tiba. Sebetulnya, Atsumu pernah berpikiran hal serupa- tapi kemudian ia langsung menepis pikiran tersebut jauh-jauh. Sebab Atsumu berpikir bahwa yang menyakitinya adalah manusia, bukan Tuhan. "keluarga ancur, dan paru-paru gw dibikin sakit." Keluh Osamu kemudian.
Atsumu menggeleng, melepas oksigen portabel tersebut karena napas Osamu sudah mulai stabil seperti semula. Sebelum mengajaknya bicara, Atsumu memberikan air mineral kepada Osamu. Rasanya aneh, Atsumu berpikir bahwa dirinya memang cukup berandal, sering beradu mulut dan benci dengan beberapa kelakuan Osamu. Namun, Atsumu tidak pernah bisa mengabaikan adiknya itu, apabila sedang terpuruk, sakit, apalagi dalam bahaya.
"Sam, tau nggak- kenapa tuhan kasih lo penyakit paru-paru?" Pertanyaan Atsumu membuat Osamu berpikir terlebih dahulu.
"Karena Tuhan jahat sama gw." Lagi-lagi Osamu mencoba mengutuk Tuhan.
"Justru Tuhan sayang sama Lo!" Atsumu menjitak kepala Osamu dengan cukup keras, sampai-sampai Osamu meringis dibuatnya. "Tuhan kasih lo penyakit itu, karena lo udah kebanyakan nangis, Sam." Tambah Atsumu.
"dan gw makin nangis gara-gara penyakit itu." Osamu membantah. Nada tinggi membuatnya kembali kehabisan nafas.
"Enggak, bukitnya barusan lo lagi nahan nangis, kan?" Tanya Atsumu. "Secara ga langsung, lo sadar kalo nangis bikin dada makin sesak. Jadinya Lo berusaha buat nggak nangis. Tuhan itu baik, dia gamau seorang Osamu nangis lagi. Tuhan mau lo tersenyum dan bahagia." Apa yang Atsumu ucapkan barusan malah membuat Osamu berlinang air mata, tapi tangisnya itu malah membuat dadanya terasa lega. Osamu senang karena mendapatkan dukungan penuh dari sang kakak.
"Sorry, Tsum. Gw nggak ngebelain Lo, waktu Papah ngusir. Nggak nelepon atau nanyain kabar lo gimana." Sesal Osamu.
"Gapapa, gw baik-baik aja. Buktinya, sekarang gw masih idup." Kata Atsumu sambil terkekeh jahil.
--
Sepulang sekolah, Atsumu dan Osamu memutuskan untuk berbelanja beberapa barang yang sudah habis. Mereka berdua pergi ke pusat perbelanjaan yang posisinya tak jauh dari apartemen. Terakhir kali, Atsumu pergi berbelanja sendirian- tapi sekarang, ia punya orang yang siap membawa trolly.
Osamu menekuk wajahnya, sebab Atsumu berjalan terlalu cepat- sementara dirinya harus berjalan pelan-pelan karena trolly yang ia dorong sudah hampir penuh. Osamu tidak tahu, tapi sepertinya Atsumu berbelanja lebih banyak. Sepertinya ia ingin menyetok semuanya agar tidak perlu repot-repot pergi berbelanja setiap minggunya.
Kedua mata Osamu menangkap sosok seseorang yang sangat dicintainya. Mamah yang tengah berjalan dengan seorang pria dan juga gadis kecil pada gendongan pria tersebut. Ketiganya baru saja melintas didepan supermarket. Osamu kesal, dari banyaknya orang yang melintas- ia malah harus melihat salah satu orang tuanya.
"Kadang manusia nggak bersyukur dengan apa yang mereka punya. Jadi biasanya mereka ngebuang sesuatu yang mereka punya, demi dapetin yang gak mereka punya." Jelas Atsumu sembari meletakkan dua karton susu kedalam trolly. Osamu sedikit heran, mengapa Atsumu tampak biasa saja? Seolah tidak ada kesedihan sedikitpun didalam dirinya.
"dan buat kita yang dibuang.. cuma ikhlas yang bisa nyembuhin luka dihati kita." Atsumu tersenyum lebar, hingga gigi putihnya yang berderet itu terlihat.
Seharusnya Osamu melakukan semua ini sedari dulu. Ia merasa tenang apabila didekat saudara kembarnya. Walaupun terkadang Atsumu menyebalkan, tapi dirinya tidak pernah beralasan untuk benar-benar meninggalkan Osamu.
Sekarang baik Atsumu maupun Osamu, harus terus bersyukur karena masih saling memiliki dan mengasihi.
--
"Sam, kita kerumah sakit, ya?" Usul Atsumu yang langsung mendapat gelengan keras dari Osamu. Sudah semalam penuh Atsumu terjaga, sebab Osamu selalu merintih kesakitan, juga batuk hingga suaranya terdengar cukup menyeramkan. Entah sudah berapa banyak darah yang dimuntahkan Osamu, dan sekarang suhu tubuhnya naik dengan sangat tidak masuk akal.
"Takut ketemu Papah.." kata Osamu. Suaranya kecil sekali.
"Ditempat kerjanya, dia harus profesional." Atsumu tidak dapat bernegosiasi lagi dengan Osamu. Sekarang Atsumu akan tetap memaksa dan membawa Osamu pergi kerumah sakit. Walaupun Atsumu tidak tahu berapa banyak biaya yang akan dibutuhkan nanyinya- ia akan tetap berusaha memberikan perawatan yang terbaik bagi Osamu.
Hanya Osamu yang dimiliki oleh Atsumu.
.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH - Miya Twins [ END ] ✓
Fiksi Penggemarkehidupan yang bahagia merupakan impian dari kebanyakan orang. Sayangnya, Si kembar Miya tidak memiliki kehidupan impian itu- hampir sepanjang hidupnya. Selalu ada pertengkaran, perdebatan, kehilangan, sampai kehancuran disetiap harinya. Atsumu lela...