Chapter 3 - erat

0 0 0
                                    

"...tiririring... tiririring..." alarm yang kusetel untuk pukul 6:30 pagi berbunyi. sambil mengumpulkan nyawa yang tersisa aku mendengar bunyi didapur, mungkin jean sedang memasak sesuatu.

tak perlu pikir panjang aku segera naik keatas untuk bersiap dan memakai seragamku. selepasnya, aku turun untuk sarapan dengan jean. Jean memasakkan telur dan roti panggang dan juga memanaskan susu hangat untukku.

"lho udah pakai seragam aja?" ia tampak siap untuk pergi ke sekolah.

"iya tadi pagi pulang sebentar buat mandi habis itu masak ini deh" ia menyuapkan sarapan kedalam mulutnya.

entah kenapa senang rasanya aku bisa bergantung pada seseorang, terutama jean. ini pertama kalinya bagiku untuk berbagi dengan seseorang.

setelah menyelesaikan sarapan, aku dan Jean pergi kesekolah bersama. dengan menaiki motor gedenya, tidak butuh waktu yang lama untuk kami tiba disekolah. jam masih menujukkan pukul 6:55. sekolah masih terbilang sangat sepi.

"dey, hari ini gue duduk disini aja ya. disana silau banget jadinya gabisa fokus". Jean meletakkan tasnya di bangku Billa.

"tunggu Billa aja deh je, nanti kalau orangnya udah datang coba minta tukar aja sama dia". dengan muka lesu ia mengambil tasnya dan kembali ke kursinya disebrang sana.

Dengan sogokan ditraktir bakso oleh Jean, Billa dengan senang hati bertukar tempat. huh dasar gak setia kawan, awas aja cebol kalau minta pr jangan harap deh. dengan mudahnya Billa meninggalkanku demi semangkuk bakso dan berduaan dengan Fadhil, gebetannya.

aku merasa sangat mengantuk. mumpung guru sedang rapat untuk beberapa jam kedepan, tiada waktu yang paling tepat selain saat ini untuk mengistirahatkan otakku.

baru saja aku memangku kedua lenganku diatas meja dan mulai menutup mata, aku yakin sekali dengan samar-samar aku bisa melihat Jean memandangi wajahku. bukannya ke ge'eran, tapi instingku tidak pernah salah.

aku merasa darah mulai mengaliri pipiku. aku memutar kepalaku menghadap tembok. arggh kenapa bisa seperti ini. setelah menyelesaikan peperangan didalam otakku, aku mulai benar-benar terlelap.

bel istirahat berbunyi, aku dan Billa pergi menuju kantin bersama. dibelakang, Jean mengikuti kami karena sudah berjanji untuk mentraktir Billa bakso.

"widih cewe-cewe cantik lagi makan bakso nih, boleh gabung gak manis" dua orang lelaki menghampiri dan duduk dimeja makan bersama kami.

"dih siapa nih cowo sebiji, lenjeh amat ngumpul ama cewe-cewe" ucap salah seorang dari mereka yang sedikit lebih pendek.

"boleh minta nomornya gak cantik" seorangnya lagi yang memiliki badan sangat tinggi menyodorkan hp miliknya kepada Billa.

Jean menatap kedua orang itu dengan tidak suka.

"WOY PADA NGAPAIN SIH" Jean memukul meja dan menarik kerah seorang yang pendek.

"BUAHAHAHAHAHHA" pecah tawa lelaki yang sedang dipegang kerahnya oleh Jean. lelaki satunya pun tertawa, dan Jean juga ikut tertawa disana.

entah apa yang sedang terjadi.. hanya aku dan Billa yang kebingungan disini. dan mereka bertiga mulai berpelukan dengan sangat erat.

"gila je, lu balik kesini gada bilang-bilang sama kita. gue kemaren sama reyhan nyariin lu tau ga"

"tau nih, gue kaget banget kemaren ada anak baru yang namanya sama kayak elo. Arnan bilang itu pasti elo makanya kita keliling nyariin lo"

"ahaha sorry banget deh, mau surprise sih ceritanya"

mereka bertiga tertawa bak sahabat lama yang baru berjumpa kembali. selagi mereka asik sendiri, aku bahkan tidak menyadari Billa sudah menghabiskan bakso di mangkoknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHADEYA : lost in memories [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang