dua

1.8K 99 5
                                    

Seharian sudah Gemma hanya diam, duduk di depan jendela menatapi hujan yang sedari siang turun. Terlihat pula, matanya yang sembab dan hidung yang merah karna terlalu lama menangis. Perasaan berkecamuk, emosi, sedih, frustasi, perasaan sangat kacau. Berapa lama dirinya akan seperti burung dalam sangkar. Seandainya malam itu, dirinya tidak memilih jalan sepi itu. Pasti dirinya sekarang tidak berada di kamar sialan ini.

Cklek.

Gemma membalikkan badannya menatap ke arah pintu yang di buka. Pandangannya menatap lurus ke arah Akasa yang kini berdiri di pintu dengan nampan yang berisi makanan yang ia bawa. Dengan pelan, Akasa berjalan menghampiri Gemma yang tengah berdiri menatapnya datar.

"Makanlah, menangis pun butuh tenaga" ucap Akasa, sembari menaruh nampan itu di atas meja. Gemma diam, dengan pandangan yang menatap pintu dan Akasa secara bergantian.

"Ayo makan, kenapa malah diam" ajak Akasa, menepuk sofa meminta Gemma untuk duduk di sebelahnya.

Gemma berjalan perlahan menghampiri Akasa yang kini tengah tersenyum ke arahnya namun, secara tiba tiba. Gemma berlari kearah pintu yang memang terbuka, menjadikan celah untuk Gemma bisa lari dari Akasa. Bukan panik, Akasa malah tersenyum menatap tingkah Gemma yang menurutnya lucu. Setelahnya ia berdiri dan berjalan menyusul Gemma.

Gemma berlari menuruni tangga, sesekali dirinya menatap ke arah belakang memastikan Akasa tak berada di dekatnya. Dirinya menatap ke arah sekitar mencari pintu keluar saat sudah berada di lantai dasar. Dirinya kembali berlari saat menemukan pintu menuju keluar, dengan cepat ia membuka pintunya lalu berlari.

"Dia kabur, cari cepat!" perintah Akasa dingin, di angguki para bawahannya yang langsung bergerak memencar mencari Gemma.

"Tidak semudah itu, baby" gumamnya tersenyum miring, lalu berjalan keluar rumah ikut mencari gadisnya.

------------------------------------------

Rene dan Maren kini berada di kantor polisi untuk melaporkan atas hilangnya Gemma. Dengan seksama, Rene menceritakan kepada laki laki berseragam itu yang sibuk mengetik penjelasan dari Rene. Maren menggengam tangan Rene menyalurkan ketenangan pada kekasihnya itu, yang saat ini tengah di buat khawatir.

"Baik, laporan kamu saya terima. Kami akan menghubungi mu lagi nanti" ucap laki laki itu, meyakinkan Rene.

"Saya mohon temukan sahabat saya" mohon Rene, berharap penuh pada polisi. Laki laki berseragam itu mengangguk paham.

"Kita serahin semuanya kepolisian ya? Sekarang kita pulang. Makasih pak" ucap Maren, menuntun Rene berjalan keluar dari kantor polisi.

Dalam mobil, Rene hanya diam memandang kosong ke arah jalan. Maren menatap sekilas wajah kekasihnya lalu fokus kembali pada jalanan. Jujur dirinya sekarang sangat khawatir dengan keadaan Rene yang terlihat pucat akibat terlalu memikirkan Gemma. Dirinya bingung harus bagaimana, sejauh ini yang bisa ia bantu hanyalah berdoa untuk keselamatan untuk Gemma.

"Gemma baik baik aja" ucap Maren, mengusap lembut rambut Rene menggunakan sebelah tangannya. Rene memalingkan wajahnya, menatap sendu Maren.

Maren tersenyum kecil, meyakinkan Rena bahwa sahabatnya baik baik saja. Rena mengangguk paham, lalu bersandar pada punggung kursi.

Di sisi lain.

Gemma kini tengah berlarian di hutan, mencoba berlari manjauh dari para suruhan Akasa yang sudah menemukan dirinya. Beberapa kali, dirinya terjatuh akibat tanah yang licin karna hujan. Kaki dan tangannya pun sudah luka. Dengan susah payah dirinya menahan sakit, dirinya tidak boleh tertangkap oleh mereka, atau aksi kaburnya akan sia sia.

OBSESIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang