Prolog

18 2 0
                                    

Sebelumnya gak pernah menulis ini, maksudnya tentang diri gue sendiri. Ya gue sadar gue belum pernah bisa menyelesaikan cerita-cerita yang telah gue publish disini. Kalian tau sendiri bahwa seorang penulis akan gagal bila dia bertemu pada titik dia tidak bisa melanjutkan ceritanya, buntu, atau tidak ada ide lagi untuk menulis. Mungkin gue juga seperti itu. Tapi bukan berarti gue akan menghapus cerita yang telah gue mulai. Gue yakin akan ada saatnya cerita itu sampai pada titik akhir. Entah kapan, gue juga belum tahu. Bisa aja suatu waktu gue dapet ide lagi, atau mood gue benar-benar baik sampai jari gue bisa lancar ngetik alurnya.
Semoga saja...

Kembali lagi ke tema. Cerita gue kali ini adalah tentang gue. Iya tentang diri gue sendiri. Perasaan gue, harapan gue, dan tentang seseorang yang baru gue temui beberapa minggu lalu.

Bicara tentang dia, gue memang baru mengenalnya, tapi belum benar-benar mengenalnya. Inget dikit aja udah bikin gue senyum-senyum sendiri, senyum sepet maksudnya.

Jika kalian bisa menebak, gue akan menggambarkan isi hati gue tentang dia. Entah kenapa gue ingin menuliskannya disini. Gue gak bisa menceritakannya dengan orang lain, keluarga, bahkan teman dekat sekalipun.

Berbicara tentang teman dekat, gue rasa gue belum benar- benar memiliki teman dekat seperti sahabat yang setiap waktu bisa  mendengarkan keluh kesah gue, berbagi suka duka gue. Iya, gue gak punya temen cem gitu. Gue hanya punya beberapa teman dekat di SD, SMP, SMA, sampai kuliah itupun dalam setahun gue bisa menghitung berapa kali gue komunikasi dengan mereka, dan itu gak secara tatap muka alias via aplikasi chatting. Apakah itu masih bisa dikategorikan sebagai sahabat?

Tempat tinggal gue yang beda provinsi membuat gue cukup sulit buat ketemu mereka, apalagi ketika diantaranya udah pada punya keluarga kecil yang bahagia, dan juga kesibukan kita masing-masing.

Gue mungkin pernah curhat beberapa kali ke mereka. Tapi gak sesering itu. Gue bukan tipe seseorang yang dengan gampangnya mencurahkan isi hati. Paling gak gue berani cerita tentang gue lagi pedekate sama siapa. Iya paling itu doang. Bukan perasaan yang benar- benar gue rasain.

Tapi kembali lagi, gue heran dengan diri gue sendiri. Tiba tiba gue ingin ngetik disini. Boro-boro gue mau curhat sama temen, ini malah gue menceritakannya disini. Yang jelas-jelas kalo gue publish maka siapapun bisa membacanya.

Ah entahlah gue gak mengerti diri gue.

Dahlah gue akan mengakhirinya untuk bagian ini.

Dan

Cerita gue akan dimulai di chapter selanjutnya.

^_^

Mas PolisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang