Bagian 4

263 29 0
                                    

'Sang Figuran Tidak Ingin Dikenal'

••

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

Semburan warna jingga yang tergabung bersama langit biru yang mulai menggelap menghiasi suasana sore yang ramai, hanya tinggal menunggu beberapa saat untuk menyaksikan malam yang akan menggantikan sore.

Sabian berjalan menaiki satu persatu tangga menuju lantai rumah susun dengan raut wajah lesu, ingin cepat cepat merebahkan tubuhnya di atas kasur nanti. Hari ini kafe tempat Sabian bekerja libur dan ia berpikir untuk pulang, istirahat sebentar sebelum ia akan berangkat berkerja di toko swalayan nanti malam.

Sekolah tadi melakukan tes pada pelajaran olahraga untuk siswa dengan langsung melakukan pelajaran tanpa istirahat, sedikit membuat Sabian lelah. Beruntung kafe sedang tutup, Sabian tidak harus menguras sisa tenaganya untuk bekerja.

Baru akan bergerak memasukkan kunci Sabian dikejutkan dengan dua kepala kecil yang menyembul dari tempat Aya. Beruntung Sabian sedang lelah membuatnya tidak melakukan refleks memukul atau yang lainnya.

"Hallo kak Bian" suara ceria dari kedua anak itu terdengar bersamaan diakhiri tawa kecil karena melihat raut terkejut yang tanpa sengaja Sabian tampilkan.

Sabian menghela napas, "Kalian ngagetin aja" pemuda itu berjongkok berusaha menyamakan tinggi tubuhnya dengan dua anak itu.

"Kakak tumben pulang jam segini?" bocah cantik bernama Lia itu maju mendekati Sabian.

Sabian tersenyum kecil, tangannya mengusap ringan pucuk kepala Lia dibagian poninya, "Iya, kakak mau istirahat mangkanya pulang cepet" Sabian memberikan alasan kecil, ia ingin segera istirahat namun tidak mungkin begitu saja mengabaikan kedua anak manis dihadapannya.

"Ayo kak main sama Dio" kini giliran bocah laki kali disebelah Lia yang berujar, tangan kecilnya menggenggam erat jemari Sabian yang lebih besar darinya.

Si sulung Lia segera menghentikan aksi adiknya, "jangan Dio. Kak Bian mau istirahat, capek" Lia memberikan pengertian untuk adiknya agar membiarkan Sabian untuk istirahat, ia tidak tega melihat raut wajah Sabian yang lemas.

"Tapikan Dio mau main" bocah itu menunduk lesu, kakinya mengetuk ngetuk tanah perlahan.

"Besok kita main bareng kak Bian tapi sekarang Dio mainnya sama aku aja ya" Lia benar benar memberikan contoh baik untuk adiknya, ia melakukan tugasnya sebagai anak sulung dengan baik.

Melihat interaksi lucu putra putra dari tetangga baik hatinya membuat Sabian terhibur. Mungkin bila ia memiliki seorang saudara akan sangat menyenangkan.

Tanggal SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang