"Hidup enggga selamanya tentang menyesal.
Selagi dia masih dibumi dan masih hidup,
Harusnya diperjuangkan bukan direlain"
~rendy pranataDentuman suara musik menggema sangat kuat diseluruh ruangan, lampu lampu remang menutupi orang-orang yang sedang mencari penghiburan semata, mencari mangsa untuk saling memuaskan hawa nafsu.
Jika saja bisa dihitung, mungkin ada sekitaran 700 atau bahkan lebih. Memikirkannya saja membuat kepala berdenyut.
Seperti malam biasanya, christian Jovan seorang anak konglomerat yang selalu berakhir di club mewah. Entah club ini atau yang lainnya, terlalu banyak yang ia datangi sampai lupa sudah berapa club yang menjadi tempat pelampiasannya.
Jovan menyeringai tak kala melihat sohibnya Ardan sudah mencumbu mesra seorang wanita. Bukannya Jovan tidak bisa atau tidak mau meniduri wanita yang ada disini, tapi Jovan lebih memilih untuk tidak mengulangi kesalahan fatal nya beberapa tahun lalu.
Jovan memanggil bertender, memberi arahan seakan meminta untuk menambahkan minuman nya dan meminumnya untuk kesekian kalinya.
Melihat Jovan yang sudah mulai mabuk, membuat deren menggeleng kepala, merasa kasian dengan apa yang dialami Jovan.
"Jo, balik gih. Udahlah minumnya" ucap deren kuat hingga membuat Jovan melirik kearahnya
Jovan mengangguk dengan wajah yang sangat datar, seperti tidak suka mendengar nada kasian dari penuturan deren tadi.
"Gaakan ngerubah apapun kalo Lo mabok mabokan.
Dia gabakalan muncul juga disini Jo." Lanjut deren sambil menepuk pundak Jovan menyadarkannya"Gue mabok juga bukan karna dia. Dan ingat ya der, gue mau rusak, mau mabok juga bukan urusan Lo" jawab Jovan datar, hampir tidak ber ekspresi
Rendy yang sedari tadi ikut mendengar percakapan keduanya pun, akhirnya angkat bicara.
"Hidup engga selamanya tentang menyesal. Kalo dia masih dibumi dan masih hidup, harusnya di perjuangin bukan di relain"
"Balik lagi ke diri Lo sendiri Jo. Mau Lo perjuangin apa Lo relain?." Lanjut Rendy dengan wajah serius, menatap tajam bola mata Jovan.
Jovan mengalihkan pandangannya, tak bisa menjawab perkataan sahabatnya yang satu itu.
Rendy selalu benar, Seharusnya Jovan mencarinya bukannya berlari mencari pelampiasan.Tapi lagi dan lagi, bukan nya Jovan tidak mau mencari. Tapi takut tidak akan diterima di sisinya lagi.
Jovan kembali menyesap rokoknya dalam dalam, menenggak alkohol terakhirnya.
"Kalo gue jadi Lo, gue mah bodo amat Jo. Masih banyak diluar sana cewe lebih cantik dari dia" tiba tiba suara Ardan menyahut, entah sejak kapan dia sudah bergabung dalam gosip ini.
Rahang jovan mengeras, melirik kearah Ardan dengan tatapan tajam. Rendy dan deren terkejut mendengar penuturan Ardan yang sangat berani itu, dan benar saja, Ardan sudah mabuk berat, membuatnya berani asal ceplos.
Tidak sampai disitu, Ardan melanjutkan kata katanya dengan bicara yang tidak jelas,
"Gue yakin Jo, dia udah lupain lo. atau jangan jangan udah nikah. Berarti udah gak perawa-"
BUGH
Habis sudah kesabaran Jovan, walaupun dengan kepala berdenyut dan sedikit mabuk, bukan berarti Jovan tidak bisa menghabisi Ardan saat ini juga.
Ardan tersungkur kelantai dengan darah yang sudah mengalir disudut bibirnya. Dan sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian.
Dengan nafas yang belum teratur, Jovan menarik kuat kerah baju Ardan hingga sang empu berdiri walaupun tidak tegap.
"Jangan bikin mabok Lo jadi alasan buat Lo ngomong kaya tadi dan" ucap Jovan penuh penekanan.
Deren dan Rendy hanya diam duduk manis, mereka tidak mau membuat Jovan murka dengan meng ikut campuri urusannya. Yang ada nanti mereka yang akan pulang babak belur.
Jovan menggertakkan giginya hingga terdengar bunyi dari penyatuan giginya. Menahan emosi untuk tidak membunuh sahabatnya ini sekarang juga.
Ardan yang mulai tidak sadar hanya pasrah dengan cekalan di kerah bajunya yang hampir bisa dibilang cekek an.
Jovan melepaskan cekalan nya kuat, membuat Ardan tersungkur lagi ke lantai, dengan darah yang masih mengalir disudut bibirnya.
Ardan meringis melap darah yang keluar. Deren akhirnya berdiri menarik Ardan dari lantai membantunya menduduki kursi yang ada disitu.
"Gue balik duluan. Urus Ardan" mutlak Jovan kepada kedua sahabatnya yang lain.
Jovan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetnya. Meletakkannya di meja bar, memakai jaket denim nya dan pergi meninggalkan club sebelum rasa ingin membunuh Ardan kembali lagi.
******
Haloo bestie,
Ini cerita kedua aku...
Semoga kalian suka....Jangan lupa vote dan coment nya
Ily<3
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DISTINY
Romance18+!!!!! BIJAKLAH DALAM MEMILAH KATA. perjalanan cinta yang terlalu manis untuk dilupakan. bahkan mungkin tak akan bisa dilupakan, memutuskan untuk berpisah pada jaman SMA, berpikir itulah jalan terbaik untuk keduanya yang nyatanya tidak sama sekal...