Azel Ku sebatang kara, tak tahu siapa ayah maupun ibunya. Ia di besarkan di jalanan oleh seorang kakek yang kini sudah meninggalkannya juga. Berkat IQ yang tinggi ia berhasil mendapatkan beasiswa selama 12 tahun, namun karena ketidakadilan negerinya seluruh beasiswa yang ia dapatkan di korupsi pemerintah.
Hingga dalam tangisnya di sebuah kursi panjang dengan lampu jalan sebagai penerangan, seseorang yang tak ia kenal datang menghampiri dengan sebuah tawaran menarik dan langsung ia terima tanpa berpikir sedikit pun.
Dan jadilah seperti sekarang, orang misterius yang tak pernah ia lihat rupanya membawanya ke sebuah tempat yang sangat jauh dari negerinya. Sebuah kota yang damai dan tenang, namun misterius. Ia diberhentikan di depan sebuah rumah mewah berlantai dua, ketika ingin bertanya orang itu sudah lenyap dari hadapannya.
Lian Wenzhe blasteran Indocina, anak semata wayang dari keluarga Sigar yang digadang-gadang merupakan keluarga yang tidak harmonis. Di kehidupannya Wenzhe di kenal sebagai tokoh antagonis, pembangkang, pembuli, pelakor dan masih banyak lagi gelar yang sudah ia dapatkan.
Pagi harinya ia gunakan untuk mendengar pertengkaran orang tuanya, siang ia melakukan pembulian di sekolah, sore ia akan sibuk berkencan dengan buaya yang berhasil dia rebut dari siapapun itu ia tidak peduli, malam ia gunakan untuk mendengar pertengkaran lagi dan dini hari adalah waktu yang tepat untuk menangis dan melukai diri.
Detik ketika ia menangis, detik ketika tangan kanannya telah menggores tangan yang lainnya dengan benda tajam lalu darah segar pun mengalir lalu tumpah ke lantai putih kamarnya, seekor burung merpati menembus masuk lewat jendela lalu terjatuh tepat di hadapan Wenzhe. Dikakinya terdapat sebuah surat usang berwarna kecoklatan dengan pelekat merak, Wenzhe meraih surat tersebut, membacanya lalu mengangguk, membacanya lagi lalu mengangguk, membacanya kembali lalu mengangguk lagi dan semuanya terlihat berbeda, kamarnya berubah menjadi alam terbuka dengan rumah mewah dan seorang lelaki seumuran Wenzhe yang berdiri menatapnya heran.
Saga Sadana korban broken home, sejak umur 5 tahun kedua orang tuanya berpisah sehingga Saga harus hidup berdua dengan kakak laki-lakinya yang terpaut 10 tahun dengannya. Demi menyekolahkan adik dan dirinya, sang kakak harus melakukan kerja paruh waktu di sela-sela rutinitas sekolahnya.
Tahun-tahun pun berlalu, berkat kerja keras sang kakak, Saga bisa hidup dengan sangat layak. Kakaknya sudah mempunyai perusahaan sendiri sedangkan Saga sudah kelas 11 sekarang.
Saga sungguh bersyukur mempunyai seorang kakak yang pekerja keras dan begitu sayang padanya, seorang kakak sekaligus seorang ayah dan ibu yang baik. Namun dari celah yang begitu kecil dalam dirinya, ia tak bisa berbohong bahwa ia begitu merindukan dan juga butuh orang tua yang benar-benar orang tua.
Terkadang bahkan sering kali ia merasa iri dengan temannya memiliki keluarga yang utuh, serta orang tua yang selalu mengambil raport tiap tahunnya. Terkadang Saga iri melihat teman sepantarannya diantar ke sekolah oleh ayahnya, iri mendengar cerita temannya yang dibuatkan bekal oleh seorang ibu. Sedangkan dirinya hanya ada kakak, kakak yang kuat dan penyayang, itu sungguh tak cukup. Dia adalah seorang kakak, figur ayah dan ibu tetap saja kosong.
Saga mendengus kesal menutup buku pelajaran yang begitu memusingkan baginya, ia melirik ke arah jam di mejanya, sudah sangat larut pantas saja ia sangat mengantuk. Ia segera menuju ke kasur, mencari posisi paling nyaman. Dalam detik-detik sebelum tertidur, ada sedikit harapan untuk mengubah hidupnya. Ia ingin sekali memiliki keluarga yang lengkap dan sayang kepadanya. Di ujung kesadaran yang tersisa ia melihat sekitarnya seperti berbeda, seperti bukan di kamarnya dan seperti ada seseorang yang tak ia kenal sedang menatapnya heran, tak banyak pasokan kesadaran yang ia miliki, akhirnya segala sisi pun mulai menggelap. Apa Saga tertidur?
Zee Lucky, hampir seberuntung namanya. Terlahir di keluarga kaya yang begitu harmonis serta teman yang begitu banyak tak menjamin hidup Zee akan berjalan dengan sangat mulusnya. Satu aspek kehidupan yang bisa memonopoli aspek lain justru menjadi racun baginya.
Asmara, perjalanan percintaan seorang Zee sangat tidak seberuntung namanya. Tiga kali menjalin hubungan, tiga kali pula Zee mendapatkan kepahitan. Sifat kekanakan Zee selalu menjadi alasan, apa salahnya menjadi manja ke pacar sendiri?
Zee terduduk berkutat dengan sebuah buku merah muda dengan gambar teddy bear di sampulnya. Dengan air mata yang tak henti-hentinya turun, tangannya perlahan menggores pena kesayangannya hingga sebuah kalimat yang berisi kepedihan dan andai-andai yang begitu sangat Zee inginkan terjadi saat ini juga.
Zee menutup bukunya, lalu memeluk dengan begitu erat itu, matanya ia pejamkan berharap setelah ia membuka mata akan ada dunia lain yang tak akan menyakitinya seperti dunia yang sekarang, tak ada laki-laki yang mengeluh dengan sikap kekanak-kanakannya, tidak akan ada lagi seorang lelaki yang akan mematahkan hatinya.
Hingga ketika Zee menarik napas dengan begitu dalam lalu menghembuskannya dengan begitu kasar, Zee dengan penuh ketidakyakinan membuka mata dengan sangat pelan. Matanya membulat, ia tidak begitu percaya dengan apa yang dilihatnya. Apakah keinginannya benar-benar terwujudkan?
05 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
KUEBIKO
Teen FictionWarning!! DON'T COPY MY WORK🚫 Fiksi remaja - Semi fantasi Empat remaja yang memiliki masalah hidup berbeda di pertemukan di sebuah kota baru yang keberadaannya tidak di ketahui. Dalam pertemuan tersebut keempatnya di berikan sebuah misi untuk memec...