Negibberae Queen & Ecco Prasetyo on the Story
PART 1
"Mama ... Mama ... mama ... huuaaa ... hikz," suara tangisan seorang gadis cilik, menggema menghiasi senja yang baru saja menampakkan keagungan sesaatnya.
"Ayra, sini sayang!" Sapaan lembut suara seorang wanita, seakan mampu menghipnotis gadis cilik tersebut. Ia yang dari tadi menangis, karena kakinya tersandung hingga jatuh, seketika mereda setelah mendengar suara lembut yang amat menenangkan dari wanita yang di panggilnya mama.
"Ayra, kenapa bisa jatuh, sayang?" Tanya sang ibu---Asya pada putri semata wayang, yang teramat di kasihinya tersebut.
"Aulel Ma, Aulel ngedolong Ayla tadi," jawab Ayra polos, dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Hal tersebut sontak membuat Asya mengernyitkan alisnya, karena bingung. Pasalnya, sedari tadi yang tampak di matanya hanyalah dirinya dan Ayra seorang. Tiada orang lain, apalagi seorang yang di sebut Aurel---orang yang mendorong putrinya.
"Aurel? Aurel temannya Ira, ya, sayang?" Asya bertanya lembut, seraya meyakinkan dirinya bahwa yang di maksud Aurel itu, hanyalah teman imajinasi putrinya saja.
***
Hari demi hari berlalu. Tanpa di dampingi oleh suaminya yang telah lama meninggal, Asya masih saja dengan sabar merawat, dan membesarkan Ayra dengan penuh cinta dan kasih, di sebuah rumah sederhana peninggalan mendiang suaminya.
Kehidupan Asya berjalan bahagia. Hari-harinya selalu diisi dengan suara tawa sang putri. Namun, tidak untuk sebulan belakangan ini. Entah apa yang terjadi, tapi yang ia rasakan: Ayra berubah