MALAM TRAGEDI

2 2 2
                                    

"Meski banyak hal buruk yang kamu hadapi. Syukurilah karena masih banyak orang lain yang mengalami lebih dari ujian yang kau hadapi"
Rini Maisyaroh

Malam sunyi dihiasi sinar bulan yang terang menyejukkan hati. Seorang gadis duduk menghadap langit lewat jendela kamarnya, menikmati syahdu sinar bulan malam itu. Rini Maisyaroh penulis yang sedikit berkata pada dunia tentang dirinya, lebih nyaman bersama dengan teman yaitu sepi. Memiih kesepian sendirian agar tidak ada yang tahu perasaannya.

Jarum Jam dinding menunjukkan hampir melewati angka 9 tapi matanya belum bisa terpejam. Perutnya berbunyi tanda alam untuk mengisi tenaga tubuh. Rini bangun dari tempatnya duduk mengambil jaket di pinggir pintu kamar dan uang dilaci meja belajar, berjalan keluar kamar untuk mencari makanan ke warung. Berjalan melewati tangga sampai dilantai bawah terlihat ada sosok laki-laki berdiri didekat pintu masuk.

"Rin mau kemana?"
"Aku mau beli bakso depan pom bensin yah."
"Ya, sekalian belikan ayah makan malam pakai uangmu dulu" Sambil berjalan duduk dikursi tamu.
"Iya yah" berjalan menuju pintu dan keluar rumah.

Setiap malam ayahnya akan pulang dengan keadaan seperti itu tanpa membawa makanan hanya duduk dan menunggu Rini mendapat makanan. Ibu Rini pergi meninggalkan ayahnya karena sikap ayahnya yang pemalas dan menganggur. Setiap hari ayahnya hanya akan mencoba peruntungan dengan pekerjaan serabutan apapun dikerjakan tapi tidak ada hasil nyata. Rinilah yang selalu mengalah dengan menjaual donat tiap hari saat berangkat sekolah dari uang itu mereka bisa memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Rini berjalan malas menuju warung nasi pecel lele untuk membeli makanan titipan ayahnya.
"Bu, pesan pecel lele satu saja komplit dengan nasi bu."
"Iya Rin, tumben satu kamu tidak makan?"tanya ibu Nori pencjuaal pece lele langganan.
"Tidak bu, sedang ingin makan bakso hari ini. Jad cuman pesan buat ayah."
"Oh gitu Rin, Baik. Ayahmu bagaimana kabarnya apa udah dapat pekerjaan?" Pertanyaan yang selalu ditanyakan orang-orang.
"Sudah bu, seperti biasa ayah bisa melakaukan pekerjaan apapun." Senyum getir Rini menyembunyikan kesedihanya.

Setelah selesai Rini berjalan kearah depan Pom Bensin Mini untuk memesan bakso yang diinginkan.
"Bang Baksonya satu tidak pakai kol ya"
"Baik mbak, silahakan duduk dulu"
"Iya Bang"

Belum lama Rini duduk iba-tiba ada suara benturan keras, keributan terjadi di ujung dikiri jalan terlihat seoraag laki-laki dikeroyok 3 orang dan berteriak meminta tolong. Rini panik dan meminta totong pada para pelanggan bakso kemudian menuju tempat kejadian. Laki-laki itu digotong dan dipindah kedekat lapak tukang bakso, semua orang mengerumuni tapi karena bau alkohol dari tubuh laki-laki itu mereka menjauh. Abang tukang bakso yang berdiri disampin Rini mengulurkan pesanan, Rini iba dan minta segelas teh hangat dan air untuk menyadarkan laki-laki itu.

Saat air dicipratkan mata laki-laki itu terbuka, kata yang terucap bukan terimakasih namun kekesalan.

"Sial, air apa ini kamu ganggu aja, Kamu ngapain siram aku" Mendorong Rini hingga terjatuh.

"Hei... tidak tahu terimakasih, sudah ditolong malah mendorong" Kembali jongkok ke posisi awal, menyodorkan gelas teh dan beranjak berdiri.

"Terserah kamu mau minum tidak tapi aku hanya bermaksud baik, aku pergi dulu" Ucap Rini sebelum pergi dari tempat itu.

Sampai dirumah Rini melepas jaket dan menyerahkan pesann ayah, wajahnya masih kesal tidak bisa ditutupi. Namun siapa peduli, ayahnya hanya sibuk menikmati makanan yang sudah dinanti, ayahnya bahkan tidak pernah perhatian dengan keadaan sulit putrinya bertahun-taaun tanpa ibu dan berjuang sendiri menghidupi kebutuhan rumah.

Rini menaiki tangga dengan langakah gontai, dikamar dia bersih-bersih makan dan langsung tidur agar bisa bangung jam 3 malam untuk persiapan dagang.

Jam 3 pagi...
Alaram berbunyi, digapai tangan putih Rini untuk dimatikan, Rini beranjak menuju dapur mempersiapakan adonn donat dan dibiarkan 30 menit.

Sementara menunggu adonan mengembang Rini ke kamar mandi, mengambil wudlu dan menunanikan sholat tahajud, memasrahkan hidupnya pada sang pengendali hati manusia. Tiap malam do'anya teruntai indah untuk kebahagiaan kedua orang tuanya yang mungkin kini memikirkan kesenangan masing-masing. Ibun Rini tidak pernah berkunjung dan melihat anak perempuannya, sedang ayahnya hanya menambah beban berat hati Rini yang tiap hari menyaksikan kegagalan ayahnya.

Semakin diratapi tidak akan membawa kebaikan, kehiduan harus terus berjalan. Rini beranjak menuju kedapur dan mnyelesaikan donat untuk dijual besok, tepat pukul 4 selesai, Rini menuju kamar ayah untuk membangunkan sholat subuh berjama'ah. Ayah Rini ta'at beribadah dan tidak meninggalkan sholat namun mungkin memang kenyataan hidup seperti ini yag harus dijalaninya, mendapatakan banyak ketidak beruntungan.
Dulu ayah Rini punya pekerjaan bagus sebagai meneger hotel tapi di PHK difitnah orang hingga perceraian ayah dan ibunya terjadi, setelah  itu ayah Rini kehilangan semangat, kemampuanya bahkan keinginan hidup sudah hilang, Rini yang menguatkan ayahnya agar tidak melakuakan hal yang dibenci Allah, ibu Rini tidak punya rasa iba, pergi tanpa berpikir panjang dan mencari kesenangannya sendiri.

Seusai sholat berjama'ah Rini bergegas bersiap berangkat sekolah, melewati jalan biasa, sekalian beli sarapan diwarung lele. Setelah membeli sarapan Rini berjalan lurus melwati pom bensin mini. Namun hari ini terasa aneh Rini teringat kejadian semalam, setibanya dilokasi benar saja laki-laki itu masih disana. Tertidur diterotoar menhadap samping kiri, Rini iba dan mendekat bermaksud mengece keadaan. Wajah laki-laki itu sedikit asing tidak seperti orang indonesia, pagi ini terlihat jelas wajahnya mungkin karena semalam gelap. Wajah kuning dengan bentuk oval, bibir tipis dan hidung mancung.

"Hei kamu, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Rini.
Dia bangun dan menatap Rini sayup-sayup, wajahnya seperti orang oriental tapi matanya kecil tapi terlihat besar tidak seperti orang jepang dan cina yang sipit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serpihan Sayang iniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang