Aelea memainkan kedua kakinya dengan bosan. Sesekali ia menolehkan kepala ke kanan dan kiri untuk menyaksikan koridor sekolah yang mulai sepi. Cuaca hari itu juga nampak mendung, membuat keadaan jadi terlihat sedikit redup.
Sudah hampir 30 menit lamanya ia menunggu Zefa yang memang sedang ada pertemuan di ruang klub dance. Letak ruangan tersebut juga tidak terlalu jauh dari lapangan basket. Tepatnya berada di tengah-tengah gudang penyimpanan peralatan olahraga serta koperasi siswa.
Sebenarnya, kalau dipikir-pikir lagi sampai sekarang Aelea masih tidak menyangka bahwa temannya itu bisa menyandang status sebagai ketua klub. Apalagi untuk menduduki posisi tersebut juga tidaklah mudah, banyak tanggung jawab yang harus diurus meski hanya ekstrakurikuler saja. Belum lagi keadaan Zefa yang ia tau kini jadi super sibuk dibanding sebelumnya.
Hm, Zefanya Trianalevi, yang Aelea kenal sejak masih duduk di bangku kelas 10 itu memang diketahui cukup populer di SMA Aradhana. Selain karena memiliki wajah yang cantik, Zefa juga cukup aktif dalam bersosialisasi. Jadi, nggak heran lagi mengapa gadis itu memiliki banyak sekali teman baik dari kalangan senior maupun junior. Aih, seketika Aelea merasa sedikit iri dengan Zefa. Begitu mudah baginya untuk mendapatkan lampu sorot tersendiri dan menjadi 'pusat perhatian' di sekolah ini.
"Lah, El? Belum pulang lo?"
Mendengar pertanyaan yang datang tiba-tiba itu membuat Aelea tersentak dari lamunan. Gadis itu sedikit tertegun tatkala melihat kehadiran Jeremy dengan penampilan yang sedikit berantakan─rambut basah acak-acakan dan kemeja seragam yang dikeluarkan dengan seluruh kancing terbuka memperlihatkan kaus polos berwarna hitam.
"Nunggu siapa? Kok sendirian?" tanya Jeje lagi sembari menyugar rambut ke belakang.
Aelea berdehem berusaha mengalihkan wajah ke arah lain. "Nunggu Zefa," balasnya singkat.
Jeje manggut-manggut mengerti. Pemuda itu diam sejenak lantas memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan berkata, "Tapi, sabtu jadi, kan? Entar tiba-tiba lo batalin pas hari H kayak waktu itu."
Perempuan beralis tebal tersebut berdecak menatap Jeje dengan malas. Lagi-lagi, Jeje mengungkit masalah itu untuk kesekian kali. Seolah-olah menekankan bahwa Aelea adalah tipe orang yang suka membatalkan janji secara mendadak. Padahal, baru sekali saja Aelea melakukan itu dikarenakan situasi saat itu sedang sangat terdesak hingga ia tidak bisa menepati janji untuk pergi bersama Jeje. Tidak benar-benar sampai berulang kali terjadi.
"Iya, Jeje. Gue nggak bohong. Kenapa sih lo nggak percaya banget sama gue?"
"Ya... cuma mastiin doang."
"Cuih."
Bertepatan dengan itu, pintu ruang klub dance terbuka memunculkan seorang gadis cantik yang mengenakan jaket denim bersama beberapa siswi lain mengekor di belakang. "Urusan dana udah gue ajuin ke sekolah. Jadi, kalian tinggal tunggu kabar baiknya aja." Begitu perkataan yang Zefa ucap untuk para anggota klub dance sembari menutup pintu ruangan.
Aelea menipiskan bibir lalu beranjak dari posisi semula untuk menanti Zefa yang masih berbincang sebentar dan kemudian melakukan tos perpisahan ke teman-teman satu ekstrakurikulernya tersebut. Setelah selesai, Zefa pun menoleh ke arah Aelea dan menghampirinya segera dengan senyuman lebar. Walau akhirnya ia jadi agak mengernyit karena baru menyadari keberadaan sosok Jeremy juga di sana.
"Eh, ada Jeje. Ada apaan nih ke sini?" tanya Zefa memicingkan mata seakan curiga.
"Mau ngapelin Aelea. Masalah?" jawab Jeje dengan asal disertai nada bicara yang sengaja dibuat sedikit ngegas.
Sedangkan, Aelea yang namanya disebut langsung mengumpat kasar. Gadis itu menabok keras punggung Jeje sampai pemuda tersebut berjengit menahan sakit. Walau akhirnya ia malah terkekeh tanpa dosa atas candaan iseng yang tadi sengaja ia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cynosure
Teen Fiction❝𝑺𝒍𝒂𝒎 𝑫𝒖𝒏𝒌 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕, 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒖𝒎𝒊𝒕.❞ Terkadang, Aelea tak mengerti dengan semua kebadutan yang terjadi di hidupnya akhir-akhir ini. Karena bagi gadis ambisius yang bucin banget sama teh kotak itu, masa...