Red Riding Hood

20 4 0
                                    

Shuna baru saja selesai beberes diri sebelum ia akan pergi bekerja. Biasanya ia hanya akan makan pisang untuk sarapan. Tapi mengingat ada orang lain di rumahnya, yang ia juga tidak tahu sampai kapan pria bernama Chris itu akan bersamanya, ia terpaksa bangun dan beberes lebih awal untuk membuat sarapan.

Semerbak aroma bubur labu memenuhi dari sudut dapur ke seluruh ruang tengah. Sudah cukup lama Shuna tidak membuat menu kesukaannya sejak kecil, terakhir kali ia membuatnya sekitar tujuh bulan yang lalu, saat ia memutuskan untuk cuti kuliah, jadi bahan-bahan yang dia butuhkan masih duduk manis di dalam kulkas.

Sebenarnya memang itu bahan-bahan yang bisa ia olah untuk sarapan.

Coba saja dia punya lebih banyak bahan makanan mungkin dia akan berbaik hati menanyakan Chris sarapan apa yang dia suka.

Setelah Shuna mematikan kompor, ia menghampiri kamar tamu dimana Chris berada lalu mengetuk pintunya.

"Sarapan," ujarnya, masih ragu memilih sebutan apa untuk Chris.

Namun dari dalam sana tidak ada sahutan apapun, Shuna mengetuk sekali lagi dan dapat memastikan bahwa di dalam sana benar-benar tidak ada suara, hingga ia mulai merasa khawatir.

Apa orang itu mati kehabisan darah? Atau mati karena tembakan beracun? panik Shuna dalam benaknya, saat itu juga ia menyesal kenapa tidak membawa Chris ke rumah sakit di malam sebelumnya.

Tanpa pikir panjang, Shuna memutar kenop pintu. Lampu kamar itu masih dalam kondisi hidup dan sosok yang ia cari-cari rupanya masih berbaring, dada naik turun secara beraturan, memejam mata dengan damai.

Oh, masih hidup.

Shuna menimang-nimang apakah ia akan membangunkan pria ini atau tidak.

"C-chris?" Ragu-ragu gadis itu memanggil nama si pria.

Yang dipanggil tampak kelopak matanya berkedut, lalu perlahan terbuka. Tubuhnya menggeliat sedikit. Chris bergumam pelan dengan nada bertanya, kemudian menopang tubuhnya dengan lengan agar bisa duduk.

"Saya barusan buat sarapan, Anda mau makan sekarang?" tanya Shuna lembut.

Chris memicing dan membuka lebar matanya yang sebenarnya masih terasa berat, lalu gelagatnya kembali seperti bagaimana ia mencium aroma sup ikan semalam. Diam sejenak, ia menarik selimut yang berada di atas kakinya.

"Mungkin nanti," balasnya singkat dengan kedua mata yang hendak menutup.

"Oke, kalau gitu, saya sarapan dulu. Saya habis itu pergi kerja, tidak masalah, kan, kalau Anda sendiri di rumah?"

"Sampai kapan?"

"Sore."

"Oke."

"Kalau sudah mau makan, buburnya ada di panci di atas kompor."

"Hm."

Shuna mengerucutkan sedikit bibirnya karena tidak mendapat respon yang begitu baik dari Chris. Tapi ya sudahlah, Shuna tidak bisa mengatur tindakan orang lain, kan?

"Baik, saya permisi dulu," final Shuna lalu menutup pintu dengan agak terburu-buru. Dia sudah hampir terlambat.

ooo

Chris pelan-pelan membuka mata, meringis sedikit merasakan perih yang samar di lengannya. Wajahnya merengut saat perutnya mengaum.

Lapar, batinnya.

Beberapa saat kemudian Chris turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Matanya menyapu setiap sisi ruangan.

Dimana orang itu simpan makanan? Oh, panci, panci.

Di dalam kepala Chris seketika muncul bentuk panci yang seperti tabung dan berwarna abu-abu. Dengan gambaran di kepalanya Chris mulai mencari benda serupa di dalam rumah itu.

Mencari pojok dapur di ruangan itu, sepasang manik ruby Chris berbinar mendapati benda yang ia cari tampak mungil duduk manis di atas kompor. Berlari kecil ia mendekati panci tersebut lalu membukanya, dan ia mendapati panci itu berisi benda yang berwarna oranye.

Apa ini? pikirnya kemudian mengendus-endus. Aromanya manis seperti bebauan yang ia temui saat melewati toko kue, hangat seperti suasana toko roti. Jujur Chris bukan sosok yang terlalu suka makanan manis. Tapi ia sudah kepalang lapar.

Jadilah dirinya mengambil panci itu dan mengambil sendok yang tak jauh dari sana, kemudian duduk di kursi konter dapur. Chris mengaduk-aduk makanan berwarna oranye itu, tampak kental dan cukup berserat. Alisnya berkerut seraya mengambil bubur labu itu sesendok dan menjatuhkannya pelan-pelan.

Awalnya Chris ragu mencobanya, tapi setelah dia menyuap sekali, kedua alisnya terangkat dan kepala mengangguk-angguk. 

Tidak buruk, tapi bukan berarti aku suka.

Tidak butuh waktu yang lama untuk menghabiskan sepanci bubur labu itu, Chris makan dengan sangat lahap. Setelahnya ia pergi melihat-lihat ke sekeliling rumah gadis yang menolongnya semalam, meninggalkan panci dan sendok kotor tadi begitu saja.

Ruangan itu cukup luas, di dekat pintu masuk ada sofa dan TV di hadapannya, lebih ke dalam ada meja makan, lalu konter dapur. Di sisi kiri kanan ruangan itu ada rak-rak buku dan banyak figura yang digantung. Ia berjalan mendekati rak buku, melihat susunan buku yang tidak begitu ia mengerti judulnya.

Red Riding Hood

Judul pada salah satu buku menarik perhatian Chris, tangannya mengeluarkan buku itu dari jajarannya dan membukanya sembarang. Dan terlihatlah halaman dimana ada gambar serigala yang bersembunyi antara semak-semak dengan mata yang tengah memerhatikan seorang gadis kecil berjubah merah.

Chris menaikkan kedua alisnya lalu berjalan menuju sofa, memutuskan untuk membaca buku itu dari awal.

ooo

ooo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












HousemateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang