WARNING : OOC, FLUFFY, JAEROSE, TYPO, Flashback, Rose POV, dll…
FLASHBACK (12 YEARS AGO)...
.
La De Coffee, 10.00 a.m.
ROSE'S POV
.
Aah, sungguh sial aku hari ini. Berlari menerjang hamparan kelopak sakura yang jatuh berguguran menuju coffee shop tempatku bekerja, tetapi justru terpeleset dengan sebuah kulit pisang yang ada di trotoar. Sungguh rasanya aku ingin merobek muka saja tadi. Dan akibatnya, lihat! Seluruh pakaianku kotor. Rok selutut berwarna peach kesayanganku lusuh dan banyak bercak-bercak kotoran dimana-mana. Belum lagi lutut kiriku berdarah dan terasa sangat perih. Ugh, bukannya aku tidak bisa berjalan lagi, hanya saja aku jadi berjalan pincang untuk sampai di kedai coffee shop tempatku bekerja yang kini hanya tinggal 50 meter.
"Ugh…" aku merintih pelan.
"Loh? Rose? Kau kenapa?"
Terdengar suara wanita yang cukup cempreng dari hadapanku. Oh, ternyata aku sudah sampai di depan coffee shop. Aku pun menatap sosok gadis dengan perawakan tinggi langsing dan memiliki surai hitam pendek terlihat khawatir menatapku. Dengan berdiri sambil berkacak pinggang, gadis yang baru saja menaruh papan menu di depan kedai, masih tetap menatapku.
"Ah, tidak apa-apa kok, Lisa. Tadi, aku hanya terpeleset karena sebuah kulit pisang di trotoar. Tidak perlu cemas. Hehehe…" aku sedikit tertawa kecil, berharap raut khawatir pada salah satu rekan kerjaku itu berkurang.
"Oh, ya sudah. Tapi kau masih bisa bekerja, bukan?" ia kembali bertanya.
"Uhum!" aku mengangguk. "Tentu saja!" sahutku mantap.
"Kalau begitu, cepat ganti bajumu. Pak Manajer dan yang lainnya sudah datang!" ibu jari milik Lisa menunjuk ke arah coffee shop.
"Baiklah!"
Aku pun berjalan melewati Lisa dan memasuki kedai.
Oh, sepertinya aku sedari tadi melupakan sesuatu. Ah! Benar juga. Sepanjang aku mengawali kisahku ini, aku belum sama sekali memperkenalkan diri. Maafkan aku. Aku memang sedikit pelupa. Hehehe…
Baiklah. Dimulai dari nama, aku memiliki nama lengkap yaitu Park Chae Young. Seorang mahasiswi yang sekarang memasuki semester 4 di tahun kedua kuliahku. Tidak ada yang spesial dalam hidupku. Aku hanyalah seorang mahasiswi jurusan sastra yang juga saat ini sedang bekerja paruh waktu di salah satu kedai kopi di distrik kecil. Aku adalah putri kedua dari dua saudara. Aku memiliki kakak perempuan, yang baru saja melanjutkan S2 nya, bernama Alice. Orang tuaku? Aku dan kakakku hanya tinggal bersama ayah kami. Ibuku sudah lama meninggal ketika melahirkanku. Kehidupanku tidak bisa dikatakan glamour atau mewah seperti kehidupan gadis-gadis kota lainnya. Ayahku hanya seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta di bidang asuransi, Insurance. Jadi, untuk memberikan keringanan pada ayahku, diam-diam aku bekerja sambilan di kedai kopi. Sayang, aksi diam-diamku hanya bertahan dua minggu. Ayahku mengetahui jika aku bekerja part-time. Aku sempat takut jika ayahku akan memarahiku atau menyuruhku berhenti bekerja. Tetapi, diluar dugaan, beliau mengijinkanku untuk tetap bekerja part-time. Aku sangat bahagia kala itu. Namun sebagai konsekuensi, ayahku menyuruhku untuk juga fokus dalam perkuliahan. Hahaha, I'll always focus on my study and my part-time job, Dad…
Aku telah selesai dengan ganti baju. Kini aku berjalan dari ruang ganti sambil menautkan tali apron warna hitam yang saat ini sedang kukenakan. Selesainya, aku juga mengencangkan ikatan pada bandana kain bermotif polkadot merah dengan latar putih di puncak kepalaku. Aku membuka pintu yang menghubungkan dengan area kedai kopi dan tempat dimana pelanggan nanti akan berdatangan. Saat ini kedai masih sepi. Aku berjalan ke area khusus staf dan mengambil semprotan kecil dan kain lap. Aku kembali berjalan ke salah satu meja dan membersihkan meja tersebut hingga bersih. Kuulangi kegiatan yang sama pada meja-meja lain yang ada di dalam kedai. Sambil membersihkan, kulihat Lisa sedang membersihkan kaca jendela toko. Jisoo dan Jennie sedang mengelap cangkir-cangkir dan piring lepek. Dan Pak Manajer, Terlihat sedang sibuk dengan beberapa dokumen dan kalkulator di salah satu meja yang ada di sudut ruangan.
KLINTING...
Terdengar suara bel.
"Selamat datang di La De Coffee…"
Aku reflek saja mengucapkan kata sehari-hari yang wajib diucapkan oleh staf kedai ini ketika seorang pengunjung datang. Aku berhenti sejenak untuk membersihkan meja dan berjalan kembali ke area staf dan menaruh kain lap dan semprotanku. Aku kini berjalan menuju kasir yang sekaligus sebagai tempat pelanggan untuk memesan. Ah, dia lagi. Seorang lelaki muda yang tinggi tegap dengan surai hitam. Memiliki mata yang senada dengan rambutnya. Wajah tampan mulus tanpa cacat. Saat ini lelaki muda ini sedang mengenakan kemeja berwarna biru motif kotak-kotak yang dibiarkan terbuka, menampilkan kaos oranye polos. Senyum lebar terpancar di wajah tampannya itu. Oh tidak! Melihatnya tersenyum seperti itu, aku menjadi sedikit blushing. Tuhaan…
"A-Apakah ada yang ingin A-Anda pesan?" lihat! Aku jadi gugup seperti ini.
"Em, seperti biasanya saja. Cappuccino dengan sedikit krimer dan gula yang disendirikan ya!" suara baritone miliknya terdengar dengan jelas.
"I-iya..." aku menyahut dan mengetik pesanannya pada mesin kasir. "A-Apakah ada yang ingin dipesan lagi?" aku kembali menatapnya.
"Tidak ada, kurasa. Cukup cappuccino saja!" ia menatapku dan tersenyum.
DEG!
Aku berani bersumpah dalam hati jika aku baru saja merasakan detak jantungku bergerak cepat. Astaga! Melihat senyum cerianya saja aku sudah seakan kesulitan bernafas. Laki-laki ini, sebenarnya apa yang membuatnya menarik perhatianku? Sebelumnya atau bahkan pada pelanggan lelaki muda yang lain, aku tidak pernah merasa segugup ini. Apalagi sampai jantungku berdetak kencang. Ini memang aneh. Mungkinkah aku menjadi gugup seperti ini karena ketampanannya? Tubuh tegapnya? Atau sikap baik dan sopan santun darinya? Ugh! Entahlah! Yang jelas sekarang lebih baik kulayani saja dia dan segera membuatkan pesanan lelaki ini. Berdiri terlalu lama sambil bertatap muka seperti sekarang pasti akan membuat wajahku terlihat sangat merah. Dan aku tidak mau sampai dia mengetahuinya.
"T-Totalnya 46 ribu, T-Tuan…" aku berucap lirih setelah selesai menghitung seluruh total uang yang harus dibayar laki-laki ini.
"Ahahaha... Jangan terlalu formal seperti itu. Aku terkesan seperti orang tua saja. Namaku Jaehyun. cukup panggil Jae saja. Karena kurasa kita juga seumuran, Nona." Lelaki bernama Jaehyun itu berucap sambil memberikan selembar uang 50 ribu padaku.
"K-Kalau begitu, kurasa kau bisa memanggilku, Rose. N-Namaku Rose..." aku mengambil uangnya dan mempersiapkan uang kembalian laki-laki ini.
"Salam kenal ya, Rose!"
Oh astaga! Ia tersenyum lebar dan apa ini? Ia mengulurkan tangannya. Apakah ini artinya ia ingin berjabat tangan denganku? Oke, tenanglah Rose. Dia hanya memintaku untuk berjabat tangan saja, bukan? Tenang dan balaslah jabat tangan tersebut. Kuberanikan tanganku untuk menjabat tangannya yang cukup berotot dan sedikit ramping. Hangat. Itulah kesan pertamaku merasakan telapak tangan pemuda bernama Jaehyun ini.
"S-Salam kenal juga, J-Jaehyun..." aku tersenyum padanya. "Oh, i-ini kembalianmu!" sambungku dengan cepat serta menyerahkan uang kembalian padanya.
"Terima kasih..."
Kini ia berbalik dan berjalan menuju salah satu meja yang ada di sudut ruangan dekat dengan jendela kaca. Ya, dia berjalan menuju meja favoritnya setiap berkunjung kemari. Dan kurasa, inilah awal aku bisa mengobrol dengannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Love !
Cerita PendekAku berani bersumpah dalam hati jika aku baru saja merasakan detak jantungku bergerak cepat. "Ada apa denganmu, Rose? Apa kau sedang memikirkan Jaehyun lagi?" / "Mama... Aku sangat ingin sekali mendengar cerita mu" / FLUFFY, OOC, TYPO DLL