Part 2 | Hari Spesial

12 0 0
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.39. Dengan tubuh lunglai, aku segera menghempaskan tubuh ke kasur sedikit empuk  ini. Hari ini terasa amat sangat melelahkan.  Perasaanku hari ini terasa campur aduk. Bisa kalian bayangkan sendiri bagaimana paniknya aku untuk mengikuti mata kuliah dadakan tadi pagi, sampai harus beberbar seperti buronan karena disangka pengantin di pesta pernikahan itu.  

Saat sampai di kampus, aku harus ke lantai empat melewati tangga karena lift yang penuh. Tidak sampai di situ saja, aku sempat terkilir karena terlalu terburu-buru. Gilanya, saat sampai di lantai empat, aku hanya bisa terdiam saat melihat pintu kelas yang telah tertutup rapat. Ya, bisa dipastikan aku sudah datang terlambat.

Awalnya, aku mau Langsung balik saja ke kos, tetapi betapa kagetnya aku saat pintu itu terbuka lebar disusul penghuni kelas atau teman-teman sekelasku. Di depan mereka terdapat tiga orang sahabatku yang salah satunya memegang sebuah kue ulang tahun. Aku hanya bisa termenung saat itu, sekaligus tak mengerti apa yang terjadi.

Hingga akhirnya, nyanyian selamat ulang tahun mengisi koridor yang tidak terlalu ramai. Rasa kecewa, kesal, sedih karena tadinya kupikir akan mengulang mata kuliah digantikan dengan rasa terharu. Aku merasa sangat terenyuh saat mereka semua terus mendekat ke arahku diiringi lagu selamat ulang tahun sambil sesekali menyisipkan namaku.

Untuk pertama kalinya selama 19 tahun hidup, aku bisa merasakan diperlakukan seperti ini. Ada kue, teman-teman, dan nyanyian ulang tahun yang tidak pernah aku dapatkan. Hingga akhirnya, saat bagian lirik 'tiup lilinnya' aku memejamkan mataku sebentar. Harapanku saat itu, agar ini semua memang nyata tidak mimpi.

Ucapan selamat dan doa terus menggema, disusul pelukan dari tiga orang sahabatku. Sungguh aku bahagia, kesal karena dipermainkan juga, tetapi rasa terharu dominan menghiasi hatiku saat ini. Ternyata seperti ini ya rasanya. Sungguh membahagiakan.

Netraku perlahan melirik berbagai macam kado ulang tahun dari beberapa teman. Ah, rasanya aku tidak mau membuka semua itu, mau kusimpan saja sebagai kenang-kenangan. Kalau perlu aku kasih tempat khusus untuk menyimpan hadiah-hadiah itu. 

"Selamat ulang tahun, tuan putri."

Aku seketika tersentak saat sebuah suara menggema. Mataku meliar kesana kemari untuk memastikan apa yang barusan ditangkap Indra pendengaranku. Suara itu, suara yang sangat kurindukan. Tiba-tiba aku terlempar ke masa itu. 

Dulu, dia akan menjadi orang pertama yang mengucapkan ulang tahun. Memang dia tidak pernah memberiku hadiah, tetapi setiap aku ulang tahun pasti selalu ada hal-hal kecil yang membuatku terkesan. Waktu itu aku sudah merasa cukup walau hanya dia yang mengingat hari kelahiranku. Hanya dia yang ikut merayakan ulang tahunku, sampai ia rela menemaniku sehari penuh di hari spesialku.

Tanpa aba-aba kristal bening itu seketika turun. Aku merindukannya. Rasa senangku saat mengingat bagaimana di kampus tadi, tergantikan rasa sedih karena sudah tidak ada dia lagi di sisiku. Aku hanya mau dia ada di sini, merayakan ulang tahunku ke-19.

"Karena ini hari spesialmu, seharian penuh ini apapun maumu aku turutin, tuan putri."

"Berhenti..." Lirihku saat suara itu masih terngiang.

Cukup sudah, aku tidak kuat lagi mengenang semua itu. Aku merasakan begitu sendiri lagi saat memori tentangnya berputar bak kaset rusak. Ini sangat menyakitkan relung hatiku paling dalam. Kenapa? Kenapa dia terus menghantuiku? Bisakah kasih aku ruang sebentar saja tanpa bayang-bayangmu?



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kilas BalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang