Gadis berkhimar itu membanting pintu ruangannya kasar tak peduli apa reaksi orang yang melihatnya, toh setiap guru punya ruangan masing masing.
Dengan hentakan kaki yang kuat ia berjalan dengan tangan kiri yang menenteng buku absensi bercorak batik itu. Dimasa awal hijrahnya, ia merasakan begitu banyak masalah menghampirinya entah itu masalah besar atau kecil.
Setelah sampai dimejanya, ia membanting buku absensi tersebut sekuat tenaga. Untung saja meja itu dilapisi dengan taplak bukan kaca, jika tidak bunyinya pasti menganggu.
Pria yang sudah menunggu Lis sedari tadi pun sedikit terlonjak dibuatnya, sontak menoleh ke arah sumber suara.
Matanya menoleh ke arah ciptaan Tuhan, ia terpesona. Mengapa ada bidadari di sekolah secantik ini? Kenapa ia baru tahu?
Jantungnya berdegup kencang, ia memegang dadanya dengan wajah cengonya.
"Ini pasti jodohku! Terimakasih ya Allah!" batinnya bersorak bahagia.
"Bu, ibu marah sama saya?"
Pertanyaan dari seseorang membuyarkan lamunannya.
"Eh," beo Lis, sontak menoleh hingga saling bertatapan dengan pria dihadapannya.
"Maaf pak maaf,"
Lis memejamkan matanya mengingat kejadian tadi, emosi yang menguasainya membuatnya malu tak menyadari ada orang tua siswa diruangannya.
Lis menghela nafas, berusaha menetralkan nafas dan juga emosinya.
"Bapak ayahnya Jeno?" Pria itu mengangguk.
"Mohon maaf pak sebelumnya, saya memanggil bapak bukan tanpa alasan. Jeno, sering dicap sebagai anak nakal oleh guru guru lantaran sering mengganggu teman temannya," Lis menjeda perkataannya.
Ia menatap Jeka, ingin melihat reaksi ayah satu anak itu, "Kami sudah sering memberi tahu Jeno, namun besoknya dilakukan lagi. Jadi, mohon bantuannya pak." Lis mengakhiri ucapannya dengan senyuman tipis diwajahnya.
Pria itu mengangguk kembali, "Iya bu, saya sebagai orang tua minta maaf, tapi saya bukan orang tuanya."
Lis mengernyit bingung, "Bapak atas nama Jeka orang tua dari Jeno Maheswara?"
Pria bernama Jeka itupun mengangguk kembali seraya tersenyum, "Maksud saya bukan hanya saya Bu, tapi kita berdua."
Lis menggebrek mejanya tiba tiba membuat Jeka sedikit terlonjak namun ia tak mau harga dirinya hancur jadi harus tetap stay cool.
Lis menatapnya sengit, "Bapak kira saya perempuan apa?!"
Oh tidak, emosinya naik lagi.
Jeka berdehem pelan, "Tenang bu, tenang. Saya ada alasan,"
"Menurut saya, ibu perempuan yang sangat sempurna. Atas izin Allah, saya cinta pada pandangan pertama sama ibu."
"Saya lagi ngelamar ibu, jadi mohon dipertimbangkan." ujarnya santai.
Lis menghela nafas berat, "Sempurna apanya pak? Kita baru ketemu kali ini." Jeka tak merespon ia hanya tertawa kecil entah menertawakan siapa, mungkin Lis.
Gadis bermata bulat itu melirik arloji ditangan kanannya, "Ini sudah jam Jeno pulang, silakan pergi pasti Jeno sudah menunggu terimakasih untuk hari ini." ia bangkit dan membereskan barang barangnya.
"Saya Jeka Rajendra Putra duda beranak satu, umur saya 26 tahun." ucapnya tiba tiba memperkenalkan diri dengan tangannya terulur mengajak Lis untuk bersalaman.
Namun, diabaikan begitu saja oleh Lis. Jeka menurunkan tangannya dengan senyum kikuk.
Lis tak bergeming, tak tahu harus merespon apa. Pekerjaannya terancam akibat pria dihadapannya.
"Pak."
"Iya sayang,"
"Astagfirullah."
"Baik baik saya mengerti perasaan calon istri saya, jadi saya kasih waktu untuk menjawab,"
"Atau ibu mau jawab sekarang? Saya siap mendengarnya." ujarnya seraya membenarkan lengan jas yang dikenakannya.
"Pak, tolong,"
"Saya kasih 2 pilihan tadi. Silakan dipilih dulu." jawab Jeka tak mau kalah.
Lis menatap Jeka malas, moodnya sangat jelek. Kenapa ada orang aneh seperti ini?
"Bu?"
"BAPAK!" suara teriakan itu mengagetkan mereka berdua, pandangan mereka beralih ke arah anak kecil yang tengah mengemut tangkai permen milkita.
"Eh Jeno mau pulang?" tanya Lis berusaha tersenyum.
Jeno tak membalas, hanya pandangan sinis ia berikan pada Lis. Jeno tak suka dengan semua guru di sekolah ini, suka marah marah katanya.
"Kalau ditanya orang itu dijawab." ucap Jeka berusaha menyentil Jeno.
Jeno melepas emutannya, "Ngapain bapak kesini? Abis dimarahin bu Lis? Kok muka bapak gitu?"
"Bapak kesini gara gara kamu, Jeno. Udahan dulu ya bu Lis." Jeka bangkit serta menggandeng tangan kecil Jeno.
"Ooh.. iya, hati hati ya Jeno." Lis tersenyum manis dan mengusap surai rambut Jeno.
"MasyaAllah cantiknya...." Jungkook tersenyum memandangi senyuman manis Lis.
"Salim dulu Jeno," pinta Jeka yang tak ditanggapi beberapa saat oleh sang anak.
Suasana disana bisa dibilang agak hening, Jeka terkekeh samar lalu mendorong sedikit tubuh Jeno agar lebih dekat dengan Lis.
Mau tak mau, Jeno mengalami tangan Lis dengan wajah masamnya. Lis tak memasang ekspresi apapun hanya sedikit tidak nyaman dengan situasi ini.
"MasyaAllah, hati hati ya Jeno."
"Iya bu, ayo pak pulang." Jeka berdehem pelan, sebelum melenggang pergi ia mengedipkan sebelah matanya untuk Lis.
Sedangkan wanita itu hanya memasang ekspresi ngeri dan mencoba untuk menghindari tatapan itu alih alih membereskan bukunya.
Tbc
Heheww chap 1 lunass
Kalau suka jangan lupa votmentnyaa🙂🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Jeka [Discontinue]
RomanceDikejar anjing memanglah epik, tapi pernah nggak sih dikejar duda genit? Mari kita saksikan perjuangan sampai perang Puputan yang di lakukan oleh Jeka Rajendra Putra di tambah partisipasi Jeno Maheswara Putra! "Jangan pernah ikutin saya lagi, nanti...