3

600 108 16
                                    

"Bu Lis!"

Pekikan itu terdengar bersamaan dengan seseorang mendekapnya dari belakang membuat tubuhnya sedikit terhuyung ke depan.

Lis berbalik berhadapan dengan anak kecil yang memeluknya tadi, di detik itu juga ia tersenyum membalas senyuman Jeno. Ia meluruskan pandangannya sudah terlihat Jeka yang tak jauh dari mereka.

Jeno mendongak menatap ke sekeliling cafe, "Ibu hebat! Punya tempat makan sebesar ini, Jeno mau makan." Lis terkekeh pelan.

Jeno pun pergi memilih tempat duduk mana yang akan ia tempati. Sepeninggal Jeno, Jeka berjalan mendekat.

"Assalamualaikum Bu. Saya kangen makanya saya kesini." ucap Jeka dengan cengiran khasnya.

Sesuai jadwal PDKT yang dibuat olehnya, hari ini hari yang cerah untuk pendekatan dengan ditambah kehadiran Jeno tidak akan ada suasana canggung.

Kangen katanya, padahal baru sehari tak bertemu. Ada ada saja.

"Waalaikumsalam, silakan duduk pak." Lis tersenyum hangat dan pergi menuju dapur menyisakan raut kesedihan di wajah Jeka.

Untuk ini, mungkin tak ada topik tapi setelahnya pasti ada!

Dengan lesu, ia melangkah menuju Jeno yang sudah duduk anteng membaca buku menu.

"Bapak mau makan apa?" tanya Jeno dengan wajah berbinar.

Jeka duduk dan menatap Jeno yang asik membaca menu. Jeno tampak bahagia hari ini, mungkin karena makan ditempat guru kesayangannya.

"Mie tiaw, Jeno mau apa?" Jeno mengusap dagunya tampak berpikir membuat Jeka terkekeh kecil.

"Bingung?" Jeno mengangguk.

"Jeno nggak bisa milih pak, semuanya enak." keluh Jeno dramatis mengundang tawa Lis yang mengamatinya sedari tadi.

"Pesan semuanya aja,"

"Gak muat perut Jeno pak." Jeno mengelus perut buncitnya.

Lis menghampiri mereka berdua dan mengelus surai rambut Jeno, "Mau makan apa? Spesial ibu masakin."

"Asik dimasakin." sahut Jeka bahagia membuat Jeno tertawa. Rohnya ketukar..

"Beneran Bu?" Lis mengangguk mantap.

Jeno menatap Lis takjub, "Yeay!" Jeno menodongkan tangannya mengajak sang ayah untuk saling tos.

Dengan semangat, Jeka membalas tanpa ragu ragu. Sejujurnya, ia tak pernah melihat raut wajah Jeno sebahagia ini.

"Bakso ya Bu sama bapak mau mie tiaw hehehe." Lis mengangguk kemudian mencatat pilihan menu tersebut.

"Minumnya?"

"Air putih!" seru ayah anak itu bersamaan.

Lis mengernyit, "Nggak mau milkshake atau jus buah?" Keduanya kompak menggeleng.

"Jus buah aja ya.. jangan air putih?" tak ada respon dari kedua laki laki itu.

"Jeno sukanya buah apa?"  Jeno diam sejenak untuk berpikir.

Jeka menyela dengan mengangkat sedikit tangannya, "Saya alpukat bu. Jeno mau sama kayak bapak?"

"Bingung, sama ajaa ya pak bu." Lis mengangguk mantap dengan senyuman lebar.

"Tunggu ya." Lis melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

Jeno yang bosan hanya sibuk mengamati sekeliling begitu juga dengan Jeka yang arah pandangannya selalu tertuju pada dapur.

Jeno menggucang lengan ayahnya pelan, "Sebutin yang pertama kali dipikir bapak saat Jeno ngomong ya."

Jeka mengangguk kecil seraya tersenyum simpul.

Duda Jeka [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang