Empat

3 3 0
                                    

Selama beberapa hari, tidak ada kejadian kejadian aneh seperti saat itu, nenek mulai bisa di ajak bicara oleh orang banyak, dan kondisinya tidak semakin buruk, namun juga belum terlalu membaik.

Saat ini aku berada di taman belakang rumah nenek, duduk di sebuah kursi panjang sembari menatap langit mendung di atas ku, pikiranku kalang kabut, sekitar dua mingguan aku berada di rumah nenek, dua minggu lagi aku akan pergi ke sekolah, karena masa liburku segera usai.

Aku menatap minuman kaleng di genggamanku tanpa selera, aslinya ini minuman favorit, tapi entah kenapa aku malas menghabiskannya. Alhasil minuman itu berakhir di tempat sampah.

"Kau sepertinya sedang gundah," sebuah suara mengagetkanku.

Aku menoleh ke asal suara, John berdiri di tengah pintu sembari menatapku dan meminum secangkir minuman yang tidak ku ketahui, tak lama ia duduk di sebelahku.

"Hei, seperti tidak ada tempat lain saja, cepat pindah!" Usir ku, tapi John tidak menghiraukan. John justru menikmati minumannya dan menatap pot penuh bunga di depannya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya John tiba tiba.

Aku menghela nafas, "hanya ... memikirkan kondisi nenek dua minggu ke depan."

John mengangguk, "ouh."

"Omong-omong, apa yang kakak minum?" Tanyaku.

"Ah ini, kopi susu buatan ayah, ini sangat enak, kau mau mencobanya?" Jawab John.

Deg!

"A-aah, tidak...oh ya! Aku disuruh ibu mencuci piring!" Jawabku sembari berdiri.

"Kak! Aku pergi duluan ya! Bb-bay!!!" Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan menutup pintu belakang, dengan sesegera menuju ke halaman depan rumah, dan ternyata dugaan ku benar.

Aku melihat John sedang membaca komik, dan Lisa yang mendengarkan lagu lewat headset di halaman depan.

Yah, yang tadi bukan John. Aku sadar karena, John tidak suka kopi, dan ayah punya alergi terhadap susu.

"Heuh! Kalian tidak mengajakku bersenang senang seperti ini?!" Rengek ku berusaha mencairkan rencana. Aku duduk sembari memberengut kesal.

"Kan kamu sendiri yang bilang, 'jangan ganggu aku, aku capek, mau tidur'," jawab John tanpa mengalihkan pandangan dari komik yang ia baca.

Kedua mataku menyipit, "hei, kalian masih tidak sadar?"

Keduanya tidak menggubris.

"HEY, KALIAN MASIH TIDAK SADAR?!" ucapku lebih keras, malah seperti teriakan.

"Hey ada apa ini?!" Ibu datang tergopoh gopoh dari dalam rumah dengan wajah panik.

"Lolly teriak-teriak," jawab John cepat.

"Ihhh! Itu karena kalian tidak mendengarkan!" Elak ku, memang iya kan?

Ibu menggeleng kesal, "Lolly, jangan ulangi lagi." Ucap ibu, kemudian ia masuk lagi ke dalam rumah.

Awalnya aku berpikir Lisa dan John akan bertanya, 'ada apa?', namun salah! Mereka malah kembali sibuk dengan kesibukan unfaedah mereka!

Aku berdiri dan berlalu dari mereka sembari menghentakkan kaki, aku tidak punya tujuan, tapi kedua kakiku melangkah ke arah mercusuar.

•••

Udara dingin menusuk nusuk tubuhku. Seharusnya aku mengambil jaket atau apalah, agar hangat. Tapi orang mana yang sempat begitu saat sedang ngambek?

Dengan perasaan sedikit menyesal aku memeluk tubuhku sendiri, kaos lengan pendek, celana panjang tipis, aku salah! Aku ingin pulang!

Namun ketika aku hendak berbalik, tetesan tetesan air mulai turun, dan rumah nenek tampak sangat jauh dari sini, akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam mercusuar hingga hujan reda.

•••

Benar benar sepi dan gelap. Bangunan mercusuar ini sudah tampak tua. Saat aku melihat ke arah luar, ombak maha dahsyat saling menabrak batu karang, membuatku bergidig ngeri.

Untung saja di pintu tadi ada dua obor, aku mengambil satu obor untuk penerangan.

Entah keberanian apa yang membuatku terus melangkah ke lantai paling atas.

Meskipun rasa takut sempat menghinggap, sepertinya tidak berguna, karena aku sudah sampai di puncak mercusuar.

Awalnya aku hanya santai saja, namun tiba tiba ada kilat yang menyambar laut mengeluarkan suara menggelegar, membuatku refleks terjatuh dan membuat obor mati.

"TIDAK!" Jeritku.

Dengan perasaan takut yang teramat sangat, aku merangkak pergi ke dinding mercusuar, dan memeluk tubuhku.

Sungguh, aku tidak tahu apa apa tentang mercusuar, bukankah seharusnya mengeluarkan cahaya? Mercusuar ini seharusnya masih berguna.

Tap, tap, tap.

Aku terjingkat kaget, suara langkah kaki menaiki tangga membuatku semakin ketakutan.

"Lolly, mungkin petugas disini yang sedang berjaga, oke, aku harus berpikir yang baik!" Ucapku dengan percaya diri. Memang seharusnya begitu.

Dari kejauhan aku melihat samar samar cahaya seperti obor tadi, membuatku menghela nafas lega dan berdiri.

"Benarkan! Itu petugas!"

Suara langkah kaki itu semakin keras, cahaya yang kulihat tadi juga semakin terang. Namun...

Saat sudah dekat, aku terpekik kaget dan kembali terduduk, cahaya itu bukan dari obor.

"AAAAAAAAAAKKKKHHH!!!!"

Maap ga pernah update.
Buat besok, semangat!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The MonstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang