HARINYA OMAR

2 1 0
                                    

PANGGIL AKU OMAR

Minggu  20 Des 2020

Panggil aku omar, penjual es lilin keliling. Hampir setiap hari aku mangkal di depan gerbang sekolah dasar yang tak ingin kusebutkan. Usiaku 13 tahun, "sekolah..." aku hanya mampu bersekolah sampai kelas 4 sd.
Setiap hari aku berdagang berkeliling seputaran wilayah kota. Tanpa sadar di tiap langkah kaki yang kujalani banyak hal yang membuatku iri, membuatku minder, membuatku mempertanyakan berbagai perbedaan antara nasibku dan mereka.
Hingga disuatu malam aku terjaga dari tidurku "aku rindu sekali sama mama, rasanya ingin sekali memeluknya"
Mamaku sudah 2 tahun yang lalu telah tiada, sedang abah... dia sudah menikah lagi. Aku memutuskan tetap tinggal di gubuk peninggalan mama ketimbang ikut abah yang sudah beristri lagi.
Mama berpesan padaku sebelum kepergiannya. "selalu ingat Allah disetiap keadaanmu, senang, susah, maupun saat kau merasa ketakutan tidak berdaya". Dulu aku tak mengerti apa maksud dari kalimat mama itu. Tapi sekarang aku mulai memahaminya karna keadaan dan perasaan itu kini kualami.
Siang ini anak² SD berhamburan keluar gerbang sekolah karna sudah waktunya jam  pulang sekolah. Satu persatu mereka mulai menghilang dari pandangan. Aku setengah termangu sembari menghitung sisa berapa buah es lilin yang ada dalam termos.  Hingga sampai teriakkan seorang bapak mengagetkanku "es lilin" sambil melambaikan tangan. Aku bergegas menghampiri bapak tersebut. "es lilinnya 5 buah, bungkus ya..., berapa? "
"5 ribu pak" jawabku sambil melirik kartu nama yg tergantung didada bapak itu.
"oh... Kepsek, Rahman Jaya" gumamku.
Bapak itu menyodorkan uang 10rb "ambil saja kembaliannya" kata bapaknya. "Terimakasih pak" sahutku sambil mengambil uang itu.
Sesaat aku terdiam, dalam otakku terpikir sesuatu yang lama aku pendam, "mungkin Ini kesempatanku bertemu langsung sama orang penting" bisikku dalam hati.
Ku lihat si bapak sudah membuka pintu mobilnya. Setengah berlari "pak... bapak..." teriakku menghentikan bapak yg hendak menutup pintu mobil.
"ada apa nak..." sahut si bapak sedikit bingung.
"boleh saya bertanya pak... "
"iya, tanya saja? tentang apa?"
Sambil mengatur napas aku mulai mengatur kalimat yang mana yg ingin ku pertanyaan lebih dahulu.
"pak...apa rasanya jadi Kepala sekolah?"
"anak² bapak pasti bangga punya bapak seperti bapak! "
Belum selasai aku meajukan pertanyaanku, tangan si bapak sudah mengusap kepalaku sambil tersenyum "nak... bapak kerja buat mereka biar mereka bisa seperti bapak bahkan lebih dari bapak"  "bapak sudah merencanakan beberapa hal untuk menunjang cita-cita mereka nanti" sahut bapak seperti membayangkan sesuatu yg membahagiakan.
"Maaf pak... bagaimana bila esok bapak meninggal! atau anak bapak yg meninggal! " ucapku mengagetkan si bapak, dengan nada tinggi bapak menyahut "kamu mendoakan saya mati! anak saya mati!"
"bu.. bukan begitu pak....maaf.. " dengan gemetaran aku mencoba menjelaskan maksudku
"bapak nyakin esok bapak masih diberi kesempatan hidup"
Si bapak menggeleng sambil berpikir masih dengan muka marah.
Aku memberanikan diri melanjutkan kalimatku
"Bapak merencanakan banyak hal untuk masa depan bapak, anak-anak dan keluarga bapak sedangkan bapak belum nyakin apakah esok bapak masih hidup atau akan meninggal." "lalu apa rencana bapak bila esok adalah hari terakhirnya bapak... ini untuk diri bapak bukan untuk anak² bapak atau keluarga bapak"
Bapak Rahman terdiam, terpaku, ia tak menjawab pertanyaan ku meski berulangkali ku mencoba menggoyang goyangkan lengannya, tetap saja bapak diam tak bergeming.
Akupun beranjak dari tempat itu dengan sesekali menengok kebelakang melihat si bapak.

"mama...ternyata orang yang kuanggap 'orang penting' tak menganggap dirinya penting hingga ia lupa HAL yang TERPENTING dalam HIDUPNYA"

___________________________________________

02:51
MALAM BERSAMA TUHAN

"Tuhan... Engkau pasti tahu apa yg ada dalam genggaman tanganku ini..."
"Ya... ini adalah lipatan kain mukena milik mama"

Aku berbincang sendiri dalam keheningan malam yang pekat. Dipenghujung malam ini aku bertahajud sendiri, belajar lewat buku tuntunan sholat yang dulu dibelikan oleh mama. Beralas muka tempat sujud dengan lipatan mukena peninggalan mama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GURATAN DIHATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang