Kaca itu

215 6 0
                                    

.Hi, readers..
my first adventure through this story, hopefully, you like it...

Malam ini, langit begitu cerah tampak begitu jelas sebuah bintang yang ada di sebelah utara ku. Aku melihat bintang itu sambil menhapus air mata yang terus mengalir dipipiku. Aku tak mengerti pada diriku sendiri. Apa aku takut menghadapi hidupku sendiri ?

                        Tak terasa 35 menit. Sudah aku menatapi langit, aku pun segera beranjak menuju kamarku. Aku membaringkan tubuhku, melepakan segala kelelahanku. Mataku tertutup rapat melupakan semua masalahku.

            “Tok ! Tok ! Tok!”

Terdengar suara ketukan pintu yang akhirnya membuatku bangun dari tidurku. Aku melihat jam ternyata masih pukul 23.11 aku membuka pintu kamarku dan tiba-tiba Gaveril langsung menarik tanganku yang tidak lain adalah sahabatku sendiri. Aku bingung dengan tingkahnya yang langsung menarikku menuju kamarnya.

                        Setiba di kamarnya Veril menunjukkan sebuah kaca padaku. Dia mengenggam tanganku erat-erat, dan menyuruhku menyentuh kaca dengan tangan kananku. Dan tiba-tiba kami berada di suatu tempat yang sangat lain dan sebelumnya aku belum pernah melihat tempat tersebut.          “Kita dimana?” tanyaku sambil kebingungan.

            “Aku tidak tahu”.

            “Apa aku bermimpi!”.

            “Tidak!”

            “Jadi, ini semua nyata?”.

            “Tampaknya iya!”.

                        Aku berjalan menuju sebuah bunga berwarna putih. Aku menyentuh bunga itu benar-benar ajaib bunga itu benar-benar nyata.  Tetapi tempat itu begitu sepi tak ada seorang pun manusia yang berada di tempat itu. Veril menunjukkanku sebuah istana yang begitu besar dan indah. Aku terkagum-kagum melihat istana tersebut dan sambil mengingat sesuatu.

            “Kenapa?” tanya Veril.

            “Sepertinya aku pernah melihat istana itu?”.

            “Kita kesana yuk!” Veril menarik tanganku.

                        Kami pergi ke istana itu dan langsung memasukinya kami menjalani satu per satu ruangan istana itu. Hingga tiba di suatu ruangan yang sangat indah. Diruangan itu terdapat sebuah buku yang persis sama seperti diaryku sendiri. Aku menyentuh buku itu dan tiba-tiba aku berada di sebuah ruangan yang berbeda dengan ruangan itu. Aku kebingungan dan memanggil nama Veril beberapa kali tetapi tak ada seorang pun yang menyahut. Aku pun sadar ternyata aku berada ditempat yang berbeda dengan Veril.

                        Aku berjalan dan keluar dari ruangan itu. Aku menaiki sebuah tangga dan akhirnya tiba di suatu tempat yang terbuka. Dari tempat itu aku melihat dunia yang begitu indah dan sangat-sangat indah. Aku melihat “Big Ben” seperti di London Inggris, patung “Liberty” seperti di New York Amerika Serikat, menara “Eiffel” seperti di Paris Prancis, bukan hanya itu saja aku juga melihat “Piramida” seperti di Mesir. Dan yang paling aneh aku melihat sebuah Gereja yang persis sama seperti di depan kostku.

            “Kamu siapa?”.

Aku sungguh kaget mendengar suara itu dan sepertinya aku mengenalnya, dengan jantung yang berdebar-debar aku membalikkan tubuhku.

            “Lisa!” Aku berteriak kaget.

            “Via!”.

“Kamu kok disini?”.

“Aku menyentuh kaca yang ada dikamar Veril dan tiba-tiba aku berada di tempat ini! Kamu sendiri kok bisa disini?”.

“Sama, aku dan Veril sama-sama menyentuh kaca itu hingga kami berdua sampai ditempat ini!”.

“Tapi Veril mana?”.

“Tadi disebuah ruangan aku menyentuh sebuah diary yang persis sama seperti diaryku dan tiba-tiba saja kami berpisah”.

“Sebaiknya kita cari dia sekarang”.

“Ya! Cuma itu satu-satunya jalan terbaik”.

                        Aku dan Lisa menyusuri satu per satu ruangan yang ada di istana itu hingga sampai di suatu ruangan yang penuh dengan buku seperti halnya sebuah perpustakaan. Aku melihat sebuah buku yang tergeletak di atas meja yang berjudul “Lord of the Mirror”. Perlahan aku mengangkat tanganku dan ingin sekali menyentuh dan membuka buku itu tetapi dengan begitu cepat Lisa menarik tanganku.

                        Kami terus berjalan menuju sebuah jendela. Lisa membuka jendela itu dan melihat Veril sedang berjalan di sebuah lapangan yang sangat luas dam berumput hijau.

            “Vi,…!”

            “Ada apa?”.

            “Lihat! Veril Vi! Veril!”

            “Apa?”

                        Aku sangat kaget melihat Veril berjalan sendiri di lapangan yang sangat luas itu. Aku dan Lisa berteriak memanggil nama Veril tetapi dia tak sedikit pun mendengar teriakan kami. Aku langsung menarik tangan Lisa dan pergi dari ruangan itu menuju lapangan tempat Veril berada. Tetapi aku dan Lisa dicegat segerombolan manusia bertopeng baja dan membawa pedang. Sehingga kami lari ke suatu ruangan yang gelap. Tanpa memikirkan jalan yang kami jalani tiba-tiba saja Lisa menginjak sebuah lubang dan membuat terajatuh ke dalam lubang itu.

                        Aku pun terus berlari dan tidak tahu berbuat apa-apa, aku hanya bisa lari sekuat tenagaku. Tiba-tiba seseorang menarik tanganku dari sudut tembok yang agak tertutup. Aku hampir saja berteriak dengan suara yang begitu lantang tetapi orang itu langsung menutup mulutku. Akhirnya segerombolan manusia bertopeng baja itu lewat dan tidak memperhatikan kami di sudut tembok itu. Dengan desah nafas yang terengah-engah aku bertanya pada orang itu.

            “Kamu siapa?”

because of you, HP (Harry Potter)...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang