Siang ini, setelah pulang kuliah ia diajak oleh kedua sahabatnya untuk pergi ke pet cafe, karena hari ini adalah ulang tahun yang ke dua puluh tahun sahabatnya.
"Lo berangkat sama kita 'kan Key?" tanya seorang gadis berjilbab lilac.
Tersentak kaget dan mulai sadar dari lamunannya, ia pun menjawab, "Kalian duluan aja, aku mau mampir ke tempat lain dulu soalnya."
Menganggukkan kepala memahami kebiasaan teman satunya ini. "Tapi lo nyusul 'kan? Kalo gitu, gue sama Yala jalan duluan, ya!" balas Monica meyakinkan Keyra.
Meninggalkan gadis itu sendirian di bangku taman kampus, Keyra tengah sibuk dengan buku catan miliknya. Sementara Yala dan Monica pergi menuju Pat cafe tempat mereka biasa berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama.
Saat Keyra meregangkan ototnya yang kaku, entah dari mana seorang cowok bertubuh tinggi mengambil buku Keyra dan membacanya. Alisnya bertaut, ia berusaha merebut buku itu kembali.
"No, kamu nggak capek apa gangguin ak-"
"Enggak, karena ini cara gue buat dapet perhatian lo," selanya memenggal kalimat Keyra, mendadak Lino duduk di meja tepat di depan wajahnya.
Memutar bola matanya, Keyra berkata, "Anak kecil." Ia mengambil paksa buku dari tangan Lino dan segera pergi setelah memasukkannya ke dalam tas.
Memandangi punggung yang semakin jauh, sedikit terkekeh memikirkan hal mustahil anatar dirinya dan Keyra. Teriak Lino, "Gue yakin sama Lo, Key!" Mendengar itu Keyra hanya menghela napas dan mempercepat tempo jalannya.
Setelah sampai di parkiran langkahnya terhenti, antara suka dan tidak melihat mamanya datang ke kampus untuk pertama kali.
"Sekarang apa alasannya?" batin Keyra bertanya-tanya.
Tanpa berbasa-basi Andhini–mama Keyra langsung menarik paksa putrinya untuk masuk kedalam mobil, Keyra memberontak dan melepaskan cengkeraman mamanya. Kemudian ia bertanya, "Lepasin, kenapa Mama ke sini, apa Mama baru ingat aku?" Memandang Andhini tanpa berekspresi. "Oh ... aku tau, mau nyuruh aku ikut kursus membosankan itu lagi 'kan!" Lanjutnya.
Alisnya bertaut, Andhini mulai kesal dengan ucapan Keyra. Menghela napas kasar, ia menjawab, "Ayo pulang!" Sembari menarik kembali lengan putrinya yang sudah kemerahan itu, karena banyak siswa – siswi lain yang memperhatikan Keyra hanya bisa pasrah dan ikut mamanya pulang.
Ketika diperjalanan, suasana mobil sangat sunyi. Tidak ada yang berbicara ataupun mencoba memecahkan keheningan di antara kedunya, diam dan fokus pada pemikiran mereka sendiri. Setelah menjalani beberapa menit keheningan, suasana menjadi gaduh. Saat Keyra diseret paksa Andhini ke dalam kamar.
Brak! Suara pintu yang bertabrakan dengan dinding kamar.
"Satu hari nurut perintah Mama bisa nggak, sih kamu itu!" bentak Andhini menghempaskan lengan putrinya.
A
"Apa salahnya kamu ikut kursus itu? Kebutuhkan pokok kamu udah Mama penuhi, apa yang kamu mau langsung dapet 'kan. Kenapa cuma ikut kursus aja kamu nggak mau!" Jelasnya dengan emosi, Andini berjalan menuju meja juga rak buku yang ada di sampingnya. Merasa curiga dengan tingkah mamanya, Keyra bertanya, "Mama mau ngapain?"
Mengambil buku berwarna biru tua setebal lima senti, membuka halaman dengan acak dan menyobeknya secara brutal. "Mama!" jerit Keyra. Bukannya berhenti, Andhini malah semakin menjadi-jadi, ia meluapkan emosinya kepada buku-buku dan alat tulis putrinya. Bahkan, ia telah merusak iPad juga laptop Keyra."Cukup Ma! Please ... aku mohon sama Mama," ucapnya sembari berusaha menahan Andhini merusak semua buku cerita dan novel miliknya, ia tidak perduli jika barang elektroniknya hancur. Asalkan jangan buku-buku kesayangannya, karena sebagian adalah peninggalan sang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pemimpi
Short StoryKatanya hidup adalah proses pajang tentang kemenangan di masa depan. Meskipun beberapa dari proses menuju ke masa itu adalah hal pelik yang seringkali menumbangkan. Namun, sebagai kaum muda kita tak sepantasnya menyerah dan mengakui kekalahan begitu...