Part 1

11 0 0
                                    

Malam semakin larut, tapi para mengunjung Bar semakin berdesakan. Wajar saja malam minggu  selalu seperti ini layaknya hari yang ditunggu-tunggu oleh semua manusia untuk beristirahat dari kepenatan hidup. Begitupula dengan Axiel yang sedang menikmati kesendiriannya sambil menikmati minuman yang memabukkan. 

"Hyung, bisakah kau sekali ini saja nemuin bokap?" ucap Juna yang risih dengan keadaan bar yang saling senggol.

"Apaan sih loe, loe aja sana! gue udah berkali-kali bilang sama loe, dia bukan bokap gue!" Juna menghela napas kasar, kakanya memang keras kepala sejak dulu. Sayangnya yang bisa meluluhkan ego kakanya sudah tiada. Ya, Nyokap sudah meninggal 5 tahun yang lalu, ketika Axiel masih di New York untuk menempuh kuliahnya. 

"Hyung, marah boleh tapi jangan sampai ego loe berubah menjadi penyesalan. Gue pamit" Juna menepuk pundak Axiel dan beranjak pergi, sedangkan Axiel masih nyaman disana.

Buuuckkk!

"Aww, maaf ka ga sengaja!" ucap Avel

"Oh iya gpp" Juna melirik pakaian Avel yang sangat terbuka. Junapun langsung pergi meninggalkan Avel. Avel yang merasa di acuhkan membuat Avel kesel, dasar sok jual mahal! untung ganteng.

"Woy,lah bocah beneran kesini loe!" ucap Bintang. Avelpun tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Iyalah, lagian ada yang salah?" ucap Avel, bintangpun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Salahlah anjir! Pertama, loe masih dibawah umur, Kedua, Pakaian loe astaga daper dari mana tuh pakaian, Sexy!" Bintang langsung memakaikan jaketnya untuk menutupi keterbukaan pakaian Avel.

"Ih apaan sih, gue kesinikan buat seneng-seneng. Lagian bagus kok pakaian gue" Avel risih dengan jaket kulit berwarna hitam punya Bintang. Avelpun berusaha untuk melepaskan jaket tersebut.

"Pake atau gue laporin loe ke Nonim!" Nonim adalah kaka-kaka Avel yang super duper protektif terhadap Avel adik perempuannya. Nonim sendiri yaitu gabungan kata Dono dan Boim, nama mereka memang terlalu kuno tapi bukan dengan wajah mereka dan kecerdesan mereka. 

"Dih, loe mah ngaduan!" Avel kesel dengan Bintang, memang bintang sudah bersahabatan dengan nonim sejak lama. Untungnya Bintang masih bisa diajak kerjasama dengan Avel.

"Makannya nurut sama gue, dan loe ga boleh jauh-jauh dari gue. Bahaya!" Avelpun hanya bisa menuruti perkataan Bintang. 

Malam semakin larut, Avel menikmati  minuman yang memabukkan menyatu dengan musik untuk menghilangkan kepenatan disekolahnya. Avel sendiri disekolah tak mempunyai teman, sekalinya berteman hanya untuk mendekatkan dengan kakanya, busuk!. 

"Vel, loe disini dulu jangan kemana-mana gue mau ke toilet dlu. Inget jangan kemana-mana!" ucap Bintang meyakinkan Avel. Bintang sendiri takut jika Avel kenapa-napa bisa mati ditangan Dono dan Boim.

"Iya bawel, sana gih!" Avel mengusir Bintang. Setelah kepergian Bintang Avel langsung menuju lantai dansa. DI lantai dansa Avel merasa senang dan bebas, tanpa sadar Avel mendapatkan pandangan yang sangat istimewa. Avel sedikit demi sedikit tanpa menghilangkan goyangan dibadannya sambil menghampiri seorang cowok yang wajahnya tak real. 

"Hai, boleh gabung" ucap Avel memberanikan diri. Axiel hanya melihat Avel lalu kembali lagi menikmati minumannya.

"Diam, berarti setuju" Ucap Avel. Bolehlah coba-coba, ganas Avel suka.

"Ka, namanya siapa?" Avel kehabisan waktu untuk bersabar, cowok di depannya hanya bersikap acuh.

"Gue bakal kasih tau nama gue, asalkan malam ini loe sama gue gimana?" ucap Axiel menantang, Axiel hanya menguji bocil yang didepannya. Ya, Axiel yakin bahwa cewek yang didepannya masih dibawah umur untuk masuk ke dalam bar ini. 

"Oke, setuju!" Avel yang merasa tertantang makin menjadi. Avel suka tantangan dan pantang mundur jika belum mendapatkan kemenangan digengamannya. Avelpun langsung duduk dipangkuan Axiel.

"Anjir, nih bocil berani juga! oke akan gue ladenin loe" ucap Axiel dalam hati. Axiel memberi Avel minuman alkohol yang memabukan untuk dua kali minum. Avel awalnya ragu untuk menerima minuman dari Axiel tapi egonya terlalu besar untuk menyerah. Akhirnya Avel langsung menegak minuman tersebut hingga tiga gelas. Axiel sendiri merasa cukup kagum atas pertahanan Avel, tapi Axiel tau, kesadaran Avel mulai hilang.

"Jadi, siapa namanu ka?" Avel melingkarkan tangannya ke pundak Axiel.

Cupp

"Axiel, panggil gue el" Axiel sendiri gemas dengan Avel yang begitu manja kepadanya, walaupun Axiel tahu sikapnya tidak dapat dibenarkan. 

"Nama yang bagus, aku suka" ucap Avel yang tiba-tiba tertidur di pundak Axiel. Axiel sendiri langsung memposisikan Avel terlepas darinya dan memposisikan agar nyaman di sofa. Axiel sendiri langsung pergi dari bar tersebut.

"Vel, Avel bangun woy!" terikan Bintang menganggu tidur Avel.

"Ayoo, kita pulang ya. Kenapa jadi mabuk gini nih bocil, repotin aja loe. Untung sayang!" Avel pun hanya menurut pada Bintang yang membawa dirinya untuk pulang. Bukan, pasti bukan dirumah Avel, tapi di apartemen Bintang. 

S-E-N-J-ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang