"Maaf, saya mengagumi anda karena Allah Kak Adwan." Ucap lirih Zahra menunduk malu, memikirkan apa yang baru saja dia ucapkan.
"Semoga Allah juga mencintaimu Zahra, sebagaimana Allah telah menggerakkan hati Zahra demikian." Jawab Adwan dengan suara yang begitu sopan masuk telinga Zahra.
***
"Saya ngga mau tahu ya kak, anda itu harus jadi milik saya. Paham?" Teriak Zahra yang melihat Adwan berjalan membelakanginya, setelah mendengar teriakan Zahra Adwan memutar seluruh badannya hingga tak lagi membelakangi Zahra.
"Zahra, saya sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini. Namun, sebaiknya saya katakan." Adwan mempererat pegangannya pada koper didepanya
"Saya tidak meminta Zahra untuk menunggu. Namun jika Zahra menginginkan saya, maka tunggulah saya." Kembali mempererat genggamannya pada koper miliknya dan berpikir
" Jika setelah saya kembali dan Zahra masih sendiri saya akan datang melamar Zahra, Insyaallah." Lanjut Adwan dengan keringat dingin yang menyelimuti dirinya, ini adalah pertama kalinya Adwan mengatakan hal demikian.
Zahra masih terdiam, terpaku dari tempatnya menatap Adwan dari jarak yang tak dekat.
Adwan kembali menimpali " Pilihannya tetap ada pada keputusan Zahra. Menunggu saya atau menerima pinangan lelaki lain yang mencintai Zahra."
"Kak Adwan, anda serius dengan kata-kata anda barusan yang masuk dalam pendengaran Zahra?" Zahra meyakinkan atas apa yang baru saja dia dengar dengan penekanan di setiap katanya.
Adwan selesai memikirkan pertanyaan Zahra dan berkata " Zahra, Safa Azzahra Salsabila Kanza saya ingin membuat janji dengan Zahra. Hari ini, dengan Allah sebagai saksinya dan orang yang mendengar ini."
Kalimat Adwan terhenti sejenak "Apabila sesaat dimana saya kembali dari Mesir dan Zahra masih sendiri, saya akan melamar Zahra sebagai istri saya." Tutur kata yang mampu membuat Zahra penuh keyakinan akan menunggu.
"Berarti rasa Zahra tak hanya bertepuk sebelah tangan? Kak Adwan juga memiliki rasa terhadap Zahra? " Zahra mencoba memastikan rasa diantara mereka.
"Na'am Zahra. Namun maaf sekali Zahra, untuk sekarang saya harus pergi. Zahra hanya perlu ingat pesan saya, selesaikan studi dengan baik disini." Jawab Adwan yang pastinya membuat girang hati Zahra tak tertolong.
"Saya pamit Zahra, Assalamualaikum." Pamit Adwan yang kembali memutar balik hadapnya dan membelakangi Zahra menuju bagasi mobil untuk menyimpan beberapa koper dan barang bawaannya.
"KAK ADWAN, INGAT ADA SAYA DI INDONESIA. JANGAN SAMPAI TERGODA DENGAN WANITA DISANA. SAYA AKAN MENUNGGU ANDA, KAK ADWAN. PASTIKAN PULANG LEBIH CEPAT DARI JADWAL YANG SUDAH DI TETAPKAN KAK. OKE!? " Teriak Zahra setelah menyadari Adwan akan masuk mobil.
Adwan tersenyum dengan lesung pipi merekah diwajahnya meskipun tak memperlihatkannya pada Zahra , Adwan mengangguk sebagai jawaban tanpa melihat ke arah Zahra lagi dan memasuki mobil segera menutup pintu sampai oedal gas di injak oleh sopirnya dan berlalu dari hadapan Zahra.
*
*
*
🌼"Menggantungkan harapan pada manusia adalah sakit yang paling disengaja. Luka yang terencanakan dan bekas akan tinggal bersamaan dengan penyebutan namanya."
"Harapan yang disandarkan pada makhluk tiada akhir selain kata kecewa."
***
Hallo semua.
Assalamualaikum
Ini karya ke 3 dari saya.
Mungkin untuk cerita ke-2 akan saya lanjutkan setelah cerita pertama selesai.Semoga suka.
See u in next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning'ku Jalur Gus❌(4 Sudut Hati)
General Fiction{Follow dulu boleh lah} {Jangan lupa kasih vote} [Jangan di plagiat pliss] Manusia, diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Dengan rasa ksih sayang dengan sesamanya. Cinta yang merupakan fitrah akan menjadi suci ketika di perlakukan sesuai dengan a...