Bab 2; Cewek Es

94 7 1
                                    

Punten ini mah guys, cerita pertama gue di wattpad. Jadi tolong VOTE dan Commentnya yaaa biar kali aja beruntung bisa dibaca banyak orang hehehe. Terima kasih yaaa. Dan untuk baca versi au bergambar pake ssan bisa kunjungi akun twitter gue di @ngobpat yaaaaa!!  Terima kasih banyak dan happy reading: D

——— start here —––

"Berdasarkan hasil keputusan dewan guru dan wali murid serta beberapa perwakilan orang tua dari siswa yang hadir di rapat tadi, Alkana Sastra Venusa dinyatakan tidak bisa melanjutkan pendidikan di Alexander. Saya mohon maaf, Pak. Dan, Alka juga sudah diblacklist disemua sekolah umum, Pak." ujar sang kepala yayasan pada Papa Alka yang saat itu keningnya sudah berkerut banyak pertanda ia sedang menanggung banyak beban pikiran. Sementara, Alka disampingnya tertunduk lesu. Hancur sudah masa depannya.

Alka dan Papanya kemudian keluar dari ruangan setelah mendapat beberapa surat mengenai pengeluaran dirinya dari Alexander. Banyak siswa menatapnya, termasuk Hujan dan teman-temannya yang menyunggingkan senyum kemenangan dan dibalas Alka dengan tatapan tajam penuh kebencian.

"Puas kamu malu-maluin, Papa?" ucap Papanya dengan raut wajah kecewa kemudian meninggalkan Alka sendirian disana dan merenungi buntut akibat yang Ia timbulkan.

Alka masih belum berani pulang, ia memilih memarkirkan motornya di sebuah taman dan melamun lantas memikirkan bagaimana nasibnya kedepannya. Kesal, pasti. Seolah keluarganya tidak mau tahu tentang masalahnya. Ia pun tidak ingin bercerita kepada teman-temannya dan memilih menanggungnya sendirian.

Tak lama ponselnya berdering, dari kakaknya. Ada apa lagi?

"Alka! Papa masuk rumah sakit." ujar Lova, kakaknya dari seberang sana. Alka menghela nafas berat.

"Iya gue ke rumah sakit." putusnya kemudian dan segera meninggalkan tempat tersebut menuju rumah sakit, tempat dimana papanya berada.

"Kak? Gimana Papa?" Alka yang saat itu sudah bisa menemukan sosok Kakaknya menatap ke arah sang puan dan ikut duduk disampingnya.

"Lo masuk aja deh mending." ujarnya dengan raut wajah lelah. Alka mengangguk dan memutuskan masuk ke dalam kamar orang tuanya.

"Pa?" Alka berjalan menghampiri sang ayah dengan kikuk lantas duduk di kursi yang sudah dipersiapkan di samping ranjang Papanya.

"Maafin Alka ya?" Alka tercekat beberapa saat sebelum mengucapkan kata sulit tersebut dengan ayahnya yang menatap lemah lantas lelaki paruh baya itu mengangguk.

"Maaf kalau Alka kemarin-kemarin selalu repotin Papa, tapi Pa..." Ia berhenti sejenak berusaha mengambil sebanyak-banyaknya oksigen karena rasa sesak di dalam dada.

"Alka cuma mau diperlakukan sebagai manusia, sebagai seorang anak.. Yang nggak cuma dikasih limpahan materi lalu Papa bisa tinggalkan. Aku ini bukan robot, Pa." ucapnya menghela nafas lega setelah mengatakan apa yang selama ini dipendamnya. Sang papa mengangguk dan tersenyum tipis.

"Nggak apa-apa, Alka. Sekarang, kamu harus buktiin ke Papa.. Kalau dari sini, kamu bisa berhasil." ucap sang ayah lagi dan dijawab dengan anggukan serta senyuman dari Alka.

"Alka? Lo ke appart gue sekarang." kembali, Lova menghubungi Alka saat ia baru saja keluar dari kamar ayahnya.

"Mau ngomongin apaan sih Kak?" tanya Alka dengan sebal.

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang