BAB 1; DITANGKAP

44 8 2
                                    

Punten ini mah guys, cerita pertama gue di wattpad. Jadi tolong VOTE dan Commentnya yaaa biar kali aja beruntung bisa dibaca banyak orang hehehe. Terima kasih yaaa. Dan untuk baca versi au bergambar pake ssan bisa kunjungi akun twitter gue di @ngobpat yaaaaa!! Terima kasih banyak dan happy reading: D

——— start here —––

"Americanonya satu!" Alka, cowok terkenal, tajir dan diidolakan banyak wanita. Siapa yang tidak mengenal dirinya? Rasa-rasanya seluruh murid Alexander dan Alexandra pasti langsung mengenalnya jika namanya disebut. Malam itu sebelum berangkat ke 'arena' ia menyempatkan diri untuk mampir sejenak ke kedai kopi langganannya. Namun, sebuah suara mengganggu acara pesan-memesannya di kedai tersebut. Seperti sebuah kebetulan, atau mungkin iya? Sahutan terdengar menyamai suaranya ketika memesan kopi kesukaannya. Seorang gadis tampak memesan sebuah kopi yang Alka rasa 'tidak semua orang menyukainya'

Tatapannya terpaku pada paras sang puan, dan gadis itu tersenyum manis. Meski bukan untuknya, tapi mungkin ia berikan untuk 'Mas-mas Barista', Alka percaya diri saja dan tetap terpana beberapa milisekon akan senyum manis gadis tersebut.

"Oke makasih, Mas!" ucap sang puan membuyarkan lamunan pemuda berumur 16 tersebut, padahal harusnya Alka marah karena perempuan itu sudah mendahului antriannya. Sejenak netranya beradu pandang dan perempuan tersebut tanpa menyunggingkan senyuman mautnya kembali, ia berbalik badan, darisitu-lah Alka mengetahui bahwa gadis tersebut bersekolah di sekolah yang bersebrangan dengannya, Alexandra.

"Gileeeee manis banget." ucapnya tanpa sadar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apanya yang manis mas? Jelas-jelas Mas pesen Americano." celetuk sang Barista, nampak tidak sabar karena Alka tak jua mengambil kopi miliknya.

Tak beberapa lama dering ponselnya berbunyi, dari Eldo.

"Dimana lo nyuk?" ucap sang tuan dari seberang tanpa berbasa-basi. Alka menyesap sedikit kopi miliknya dan berjalan menuju halaman parkir kedai tersebut.

"Iyeeee ini gue lagi jalan, sabar dong." ucapnya lagi dengan santai, Ia sudah berada diatas jok motornya dan menyalakan kuda besi miliknya.

"Buruaaaan. Ada si Hujan nungguin lo!" Alka berdecak mendengar penuturan sahabatnya tersebut, lagi-lagi si Ojan (nama yang diberikan Alka untuk Hujan).

"Tinggal dipakein payung. Dah ah, gue mau otw nih. Sabar jangan turun dulu si Hujan." ucapnya santai dan terkekeh pelan, kemudian ia segera memacu kendaraan miliknya menuju 'arena'

Malam itu,  usai memarkirkan motornya sembarang, Alka berjalan dengan santai menuju arena balap yang berada disebuah jalan lurus kosong kawasan Senayan. Sewaktu pagi, jalan ini digunakan muda-mudi untuk menghabiskan waktu mereka untuk berjalan santai ataupun mengajak keluarga bercengkrama dikarenakan suasana di daerah tersebut sangat asri. Namun, berbeda saat malam tiba. Jalan tersebut digunakan para remaja pencari jati diri unjuk kekuasaan termasuk Alka saat ini.

"Alka alka.. Kemana aja lo baru dateng?" tanya sosok yang paling Alka tidak harapkan untuk hadir, siapa lagi kalau bukan Hujan.

"Harus banget gue lapor lo abis darimana?" tanya Alka ketus dan berjalan menuju Reyhan, Manik dan Eldo. Ketiga sahabatnya.

"Tadi gue udah ngomong sama temen lo. Robbers ngajakin Laskarz taruhan. One by one. Yang artinya, gue sama lo." ucap Hujan dengan senyuman miringnya yang khas menatap Alka dengan merendahkan.

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang