3) Day 1 : Not Your Business

6 4 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kanaya menghela napas berat. Dalam hatinya ia melafalkan berbagai macam doa sebelum masuk ke dalam sana, berharap pada Tuhannya agar malam nanti ia masih di temukan sehat wal afiat.

Setelah selesai berdoa, ia berjalan masuk, mendorong pagar keluar yang perlahan-lahan mulai menutup. Kanaya menonton pagar yang semakin rapat, menelan ludahnya takut tak bisa keluar dari sarang macan ini selamanya.

Kanaya menggelengkan kepalanya, mencoba berpikir positif. Ia mengikuti langkah Jedan, ia pikir di dalam sini hanya berisi pepohonan biasa, tapi ternyata ada rumah yang cukup besar.

Gila. Ini rumahnya? Di ujung hutan begini?! JANGAN-JANGAN SI JEDAN MANUSIA SERIGALA?! Lubuk hati Kanaya menjerit.

Jedan sudah masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Kanaya yang ketar-ketir di luar sana sendirian, bersama suara-suara hewan tak jelas yang seolah menertawakannya. Ia melirik kembali ke arah pagar, terkunci rapat, sepertinya hanya bisa di buka oleh kartu yang dimiliki oleh Jedan tadi.

“Apa gue manjat aja ya? Tapi gimana kalo ada listriknya? Bisa mati beneran gue!”

Gadis itu mengitari pandangan, ada tiga motor lain terparkir di sana, sepertinya motor teman-teman Jedan yang tadi cowok itu suruh pergi duluan saat ia menghadangnya di lapangan tadi.

“Oh! Tadi si Jeder bilang nyuruh anak-anaknya ke markas sih kalau nggak salah denger, ini kali ya?” tebak Kanaya sembari terus mengamati tempat asing ini.

Baiklah, ia ada di markas geng dikras. Ada empat lelaki di dalam sana, dan nyawa Kanaya akan terancam jika ia masuk. Tidak-tidak, dari awal menerima permintaan Pak Burhan saja nama Kanaya Adivasra sudah tercatat di death note milik Jedan!

Kanaya berdecak. Tak ada pilihan lain, mau tak mau ia masuk ke dalam sana.  Matanya bergerak mengitari seisi ruangan yang sedikit pengap karena debu, lampu tak di nyalakan karena ada jendela besar yang tak tertutup gorden sehingga cahaya sang surya menembus masuk ke dalam.

Samar-samar ia mendengar percakapan beberapa orang yang tengah mengobrol, tentu saja itu anak buah Jedan yang tadi berada di sekolah. Ah, Kanaya tak tahu siapa-siapa saja anggota geng ini, gadis itu juga tak kepo. Ia terlalu sibuk untuk memikirkan nilai-nilainya di kelas dua belas ini.

“Menurut lo si Bubur punya tujuan gitu gak sih? Dari dulu kan dia yang nangangin si bos, kok tiba-tiba si Kanaya yang di suruh ngurusin Jedan?”

Kanaya berjalan mengikuti sumber suara. “Iya, Pak Burhan udah nggak sanggup ngurusin bos sialan lo, makannya minta bantuan gue!” cewek itu membalas kesal, tapi bisik-bisik doang, gak berani soalnya.

my private studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang