prolog

35 7 7
                                    

***

"JADI, bapak panggil kamu ke sini karena mau minta tolong sesuatu," ujar pria paruh baya itu tanpa basa-basi.

Gadis yang tengah duduk di hadapannya menaikkan alis keheranan. Di waktu istirahat tadi, temannya memberi tahu bahwa Pak Burhan memintanya untuk ditemui di ruang kesiswaan. Di sinilah ia sekarang, menunggu pria berumur itu melanjutkan kalimatnya.

"Ada satu siswa yang Bapak sendiri sudah angkat tangan untuk sekedar memberi dia pelajaran. Nasihat nggak pernah di dengar, diberi tahu yang benar juga menolak. Bapak minta bantuan kamu untuk jadi pembimbing siswa ini, Bapak yakin siswi cerdas seperti kamu bisa menanganinya. Tolong Bapak ya, Kanya?" pintanya dengan penuh harapan.

Gadis berambut sebahu begelombang pemilik nama Kanya itu mengerjap, menggigit bibir bawahnya kebingungan. Ia merasa tak enak jika menolak. Pak Burhan adalah salah satu staff sekolah favoritnya. Karena cara kerjanya yang terlalu baik hati, beliau terkadang disepelekan oleh siswa-siswi di sini. Tapi, bukankah menangani siswa bermasalah bukanlah pekerjaannya?

"Mmm... Saya harus ngapain, Pak?"

"Bimbing dia. Ajari dia tata krama dan sopan santun, larang dia untuk mengikuti lomba balap liar dan bertengkar dengan musuh-musuhnya, buat dia dia belajar dengan tekun. Bapak tahu sebenarnya dia itu cerdas, tapi lingkungan dan pergaulannya saja yang salah. Kamu pasti bisa membuatnya menjadi siswa yang lebih baik, Kanya, Bapak yakin." Pak Burhan menganggukkan kepalanya mantap.

Kanya terdiam memikirkan keputusannya untuk mengambil alih urusan Pak Burhan. Lagi pula, apakah seorang gadis yang hanya berstatus sebagai aset sekolah ini dapat membuat murid berandalan menjadi lebih baik?

"Karena Bapak yang minta, saya nggak bisa nolak." putusnya seraya tersenyum singkat.

Pria itu tersenyum senang, "Terima kasih. Bapak akan usulkan pada wali kelas kamu untuk menaikkan nilai siswinya yang sudah mau membantu bapak." ujarnya memberi imbalan.

Kanaya ikut tersenyum. Sebagai anak yang ambisius, mendapatkan nilai yang tinggi adalah tujuan utamanya.

"Oh ya, Kanya, orang tua anak ini memberi Bapak sejumlah uang karena membantu anaknya untuk berubah. Sekarang, uang itu akan Bapak berikan pada kamu, karena dia akan menjadi tanggung jawab kamu sepenuhnya." lanjut Pak Burhan serius.

Kanaya tak mengira ia akan dibayar, jelas ia senang, namun ia juga sedikit terbebani. Dalam benaknya tersimpan banyak pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya sendiri. Apakah dia bisa menerima amanah itu dengan baik? Apakah dia bisa membantu siswa bermasalah itu menjadi lebih baik? Bagaimana jika ternyata dia gagal?

"Iya, Pak, terima kasih. Kanaya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu siswa ini menjadi lebih baik. Siapa siswa yang bapak maks—"

"Ngapain sih manggil-manggil terus?" sentak pria jangkung tiba-tiba.

Kanya maupun Pak Burhan spontan melirik ke arah pintu yang dibuka dengan tak santai. Lelaki yang bercucuran keringat di dahinya itu menautkan kedua alisnya terlihat kesal.

Pak Burhan beranjak dari tempat duduknya, ia juga menarik lengan Kanaya agar ikut berdiri.

"Maaf menganggu waktu istirahatmu, Jedan. Bapak cuman mau bilang, mulai sekarang, Kanaya akan jadi pengganti Bapak untuk menangani kamu." ucapnya sembari membalikan tubuh Kanaya agar menghadap pintu.

Kanaya mengerjapkan matanya beberapa kali. Matanya menjalin kontak dengan lelaki berseragam acak-acakan di depannya. Jedan... Ketua geng motor, Jedan Hardiraksa?

Tidak mungkin. Apakah dia adalah siswa yang disebut - sebut oleh Pak Burhan sejak tadi?

Jedan melirik gadis di hadapannya dari atas hingga ujung kaki, lelaki itu tersenyum miring. Entah apa yang ada dipikiran cowok itu, Kanaya menatap sinis, tak terima ditatap tak sopan seperti itu.

"Dia yang bakal jadi pengganti Bapak buat nyuruh ini itu sama ngomel-ngomelin gua tiap hari?" tanya Jedan menaikkan satu alisnya.

"Iya. Dia yang kedepannya akan buat kamu berubah."

"Gak takut kalau tiba-tiba gua yang bikin dia berubah?" tanyanya lagi, kembali menatap remeh Kanaya.

Kanaya maju satu langkah. "Lihat aja nanti siapa yang bakal berubah, Jedan Hardiraksa." gadis itu menekankan setiap kata nama cowok di hadapannya.

Jedan tersenyum miring, "Oke. Let's see, Kanaya."

***

Jedan Hardiraksa

***

AARRGGGHHHH oke selamat datang dan selamat bernaung di dunia jedan dan kanaya besties betah-betah sampai end yaa jangan lupa follow akun ini biar dapet notif update dan Instagram @kayrabiante for more aylafyu😍

my private studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang