Pelajaran olahraga sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu, tapi Albian jadi kalang kabut sendiri karna belum melihat tanda tanda kedatangan Galena. Pak Soni juga awalnya tadi menyuruhnya mencari Galena, namun ia berpikir Galena akan datang sebentar lagi, namun ternyata tidak.
Sambil meregangkan tangannya untuk pola pemanasan kelima, Bian menendang-nendang sepatu Dala yang sedang berdiri di depannya.
"Kenapa anjir?!"
"Galena gak sama lo?" tanya Bian. Dala geleng-geleng sambil terus menggerakan pergelangan tangannya, mengikuti instruksi Pak Soni "Bukannya terakhir sama Alea?"
"Udah gue tanya Alea katanya terakhir Galena sama gue di kelas."
"Lah terus ngapa tanya ke gue?"
"Ya kali aja lo liat." Bian menghembuskan napasnya lalu melanjutkan, "Dia ga bawa baju olahraga, terus gue jawab anaknya malah lari." Barusan menyelesaikan perkataannya satu tinju mendarat di dada Bian. Dala menghentikan aktivitasnya sebentar lalu memposisikan tubuhnya hingga lelaki itu berhadapan dengan Albian.
"lo bego apa gimana si? Pasti lo kasarin makanya kek gitu." tebak Dala, Bian terdiam.
"Lo sendiri tau kan, Galena anaknya baru pertama kali masuk sekolah yang formal kayak gini. Belum paham aturan-aturan. Bayangin aja selama ini lo private school trus tiba-tiba harus masuk sekolah, ketemu orang banyak. apalagi ketua kelas kayak lo."
"Jangan buat gue ngerasa bersalah bangsat."
Dala ketawa. "Mampus."
Cukup lama Bian melakukan pemanasan di lengan, padahal anak-anak lainnya sudah pindah ke pola pemasan ke tujuh. Pikirannya dimana-mana, apalagi tadi ia sempat melihat pelupuk mata Galena penuh dengan air mata.
Galena selain manja, cengeng, apalagi?
Sehabis pola pemanasan kesepuluh dan dititahkan untuk istirahat 10 menit, Albian langsung bergegas kembali ke kelas.
Kalau bukan cari Galena cari siapa lagi memangnya? Niatnya begitu, tapi namanya Albian ya tetap Albian. Ketika melewati kantin, ia melihat ada Satya, Raka dan Samudra disana sambil makan soto ayam porsi kedua.
"Gila memang." Katanya sambil duduk disebelah Samudra. Tangan kanannya meraih es jeruk milik Satya lalu mulai menyeruput perlahan. "lo pada gaada kelas apa pagi-pagi udah nongkrong di kantin?"
Raka geleng-geleng. "Bu Santi guru bindo lagi cuti hamil."
"Hamil lagi?" Tanya Bian. Matanya melotot tapi sambil meraih tahu isi milik Raka.
"Bangsat ngomongnya dijaga Bi." tegur Samudra. Bian ketawa-ketawa.
"Bian bajingan lo elap minyak di baju gue?!!" protes Samudra sambil berusaha membersihkan bekas minyak dari tahu isi yang barusan Bian lap di seragam putihnya. Bian ketawa, tangan kanannya meraih gelas es jeruk satya, setelah menyeruputnya ia meletakkan kembali lalu beranjak berdiri.
"Lah tapi emang bener anjir." timpal Raka, "emang perasaan cuti hamil terus deh, tapi gapapa alhamdullilah nilai bindo gue aman."
"Lah kalo lo mau ngapain Bi? bukannya ada kelas penjas?" tanya Samudra begitu melihat Bian beranjak bangun dari kursi.
Bian geleng-geleng, "iya sih tapi lagi istirahat 10 menit, gue mau cari si Galena itu." Ujarnya sambil membersihkan tangannya dengan tisu basah mitu milik Satya.
"Galena kunaon?"
"Ya ndak tau kok tanya saya."
"Raka bangsat diem lo orang gue tanya Bian." Ujar Satya sambil melempar tisu basah yang habis digunakan Bian pada Raka, bukan tepat sasaran, tisu basah penuh minyak tahu itu mendarat dalam gelas berisi es milo milik Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENA
Teen FictionGalena yang tidak tahu apa-apa tentang dunia ketika bertemu Bian yang seakan tahu seisi bumi, kira-kira akan jadi seperti apa? . . . Galena namanya. Tidak suka keramaian, tidak suka diusik. Sepanjang hidupnya sudah terbiasa diatur oleh kedua orang...