Disclaimer:
Semua nama tokoh yang ada dalam cerita ini hanyalah fiksi dan tak memiliki kaitan dengan dunia nyata. Harap readers bijak dalam membaca dan tidak membawa ke kenyataan
Selamat membaca📚
-☕
2k+ words, terdapat adegan kekerasan
.
.
.
.
.
."Aku pulang sekarang ya," ujar Taeil pada Johnny, kekasihnya. Johnny yang mulanya asik menonton film di televisinya lalu menoleh ke jam, masih jam 9 malam. Biasanya ia dan Taeil akan terjaga sampai jam 12 dan Taeil akan menginap disana. Pas sekali saat ini Johnny sedang free dan Taeil besok juga libur bekerja di kantor sang Ayah.
"Kenapa? Kau tak menginap hm?" tanya Johnny.
"Aku lupa memberi makan Norangyi, Johnny. Dan akhir-akhir ini kau tahu kan ada pembunuh berantai berkeliaran? Harusnya kau tahu,"
Johnny terdiam, benar juga. Sebagai detektif kepolisian yang menangani kasus ini, Johnny sangat amat mengetahui seluk beluk kasus tersebut.
"Oke Tael, hati-hati ya?"
"Tenang Tuan Suh, aku akan mengemudi di jalan yang ramai," kata Taeil dengan senyum manisnya. Johnny mengantar Taeil sampai depan pagar rumahnya. Tadinya ia menawarkan untuk mengantar Taeil sampai ke rumahnya, tapi pria mungil itu menolak dengan halus.
"Sampai jumpa sayang, mimpi indah!" kata Johnny. Taeil mengklakson mobilnya sebagai balasan.
.
.
.
.
.PEMBUNUH BERANTAI MASIH BERKELIARAN, DIREKTUR MOON'S CORP. BERSAMA SANG PASANGAN MENJADI KORBAN.
Johnny mengelus pundak sang kekasih yang pagi itu menangis pilu dalam pelukannya. Orangtuanya menjadi korban pembunuhan berantai. Tadi ia yang menemukan sang ayah berlumur darah di atas kasurnya bersama papanya.
"Tak apa Tael, luapkan semua... Akan aku tangkap pelakunya nanti," kata Johnny. Ia tadi pagi menerima telepon dari Taeil. Begitu mendengar isi telepon itu hanyalah teriakan dan tangisan menyayat hati, ia tahu bahwa Taeil butuh bantuan. Ketika ia ke rumah Taeil, nihil, rumah itu kosong. Maka ia menuju ke rumah orangtua Taeil yang alamatnya sudah dihafal olehnya diluar kepala.
"Taeillie- ASTAGA!" seorang pria lainnya masuk ke rumah yang penuh dengan polisi dan memeluk Taeil yang masih terisak.
"Taeillie, kau tak apa-apa kan?" tanya pria itu. Taeil mengangguk keras lalu memeluk pria didepannya itu.
"Permisi Tuan, siapa Anda?" tanya Johnny. Bagaimanapun ia kekasih Taeil dan detektif yang mengurus kasus ini.
"Saya Moon Sandeul, anak sulung Tuan Moon dan kakak Taeil," kata Sandeul sambil menunjukkan kartu identitasnya. Johnny mengecek kartu identitas itu.
Moon Sandeul, 35 tahun, sekretaris umum Dutch's Otomotive.
"Saya akan menginterogasi kalian berdua nanti, setelah Tael tenang. Harap kalian mengikuti arahan petugas, saat ini mari keluar dari rumah karena rumah ini sudah menjadi TKP. Kalian bisa menunggu di mobil atau dimanapun asal jauh dari TKP agar tak mengganggu proses kerja tim forensik," kata Johnny. Sandeul mengangguk dan membawa Taeil keluar dari rumah. Tangisan berontak Taeil sungguh menyakiti hati Johnny. Ia bertekad untuk menangkap pelaku pembunuhan ini demi Taeil.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Bagaimana kasusnya, Detektif?" tanya Inspektur Lee pada Johnny. Johnny yang mulanya masih membaca sebuah surat di tangannya lalu menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Johnil's Cafe
FanfictionDedicated to Johnil Oneshoots Collection Made by Kura, Kari, and Kapi Enjoy, Joyfuldays!