"Semua berubah saat sosok Bunda meninggalkan Bianca"
"Sosok Bunda yang selalu hangat dan selalu membela Bianca saat Ayah marah"
"Tapi semua itu sudah hilang..."
"Karena Ayah yang membuat Bunda pergi selama-lamanya"
"Aku..."
"benci Ayah."
*****
"Baik anak-anak. Sekarang ibu akan memberikan hasil ulangan kimia kalian"
Suara desahan leluruh siswa memenuhi setiap sudut kelas. Belum siap untuk melihat hasil ulangan mereka.
"Jadi di sini hanya ada satu siswa yang nilainya seratus,"
"Gue udah tebak siapa" tebak salah satu siswa dikelas itu.
"Dan siswa yang nilainya dibawah KKM harap mengikuti remidi minggu depan" jelas bu Ani. Guru kimia kelas 12 sekaligus wali kelas di kelas itu. Kelas 12 Mipa 1.
"Oke. Yang ibu sebut namanya silahkan ke depan, ambil hasil ulangannya"
"Bianca Echa Putri" sebut bu Ani sambil tersenyum ramah saat melihat sosok gadis cantik kebanggaan sekolah itu maju.
"Tuh kan, udah gue duga. Pasti si Bianca lagi" recoh siswa-siswa di kelas itu.
Bianca hanya tersenyum mendengar ocehan teman sekelasnya karena nilainya yang selalu sempurna.
Satu-persatu siswa sudah mengambil hasil ulangan mereka. Berbagai macam ekspresi memenuhi ruangan itu. Ada yang senang karena nilainya di atas KKM, ada juga yang sedih dan kecewa karena nilai mereka kurang memuaskan.
"Baik. Sekarang kalian pelajari buku paket kalian dan silahkan dicoba-coba latihan soalnya" ucap bu Ani sambil membereskan mejanya.
"Baik bu" ucap semua siswa di sana.
"Kalian kerjakan dengan serius, jangan berisik. Ibu sedang ada urusan di kantor" tegasnya sambil bersiap berjalan keluar dari kelas itu.
Saat bu Ani sudah tidak ada di kelas. Mereka semua langsung berhamburan pergi ke berbagai tempat tanpa mengingat perintah wali kelas mereka tadi.
Mungkin hanya Bianca yang mendengar perintah bu Ani tadi. Ia duduk dengan tenang di bangkunya sambil mengerjakan soal-soal kimia yang tersusun banyak di buku paket itu.
Maya. Teman Bianca sejak SMP menghampiri Bianca yang memang duduk cukup jauh darinya. Bianca duduk di meja paling depan, bahkan tepat berada di depan meja guru.
"Lo jangan terlalu terobsesi sama nilai Bi" peringat Maya yang kini sudah duduk di sebelah Bianca.
"Lo juga jangan terlalu ngeremehin nilai. Nanti kalau ngga lulus gimana?" peringat Bianca balik tanpa menoleh sedikitpun ke arah sahabatnya.
"Gue ngga mungkin ngga lulus. Kan ada lo Bi" cengirnya tanpa dosa sambil memperlihatkan dua jari kanannya berbentuk V.
"Hmm," singkat Bianca. Ia sudah menduga jawaban dari sahabatnya ini akan terus sama.
*****
Bianca baru sampai di rumahnya pukul tujuh malam. Ia menggunakan sisa waktunya saat pulang sekolah di perpustakaan umum untuk mereview materi yang akan dibahas besok.
Bianca mengedarkan pandangannya keseluruh sudut rumah. Tak ada seorangpun yang ada di rumah besar itu. Bahkan asisten rumah tangga sekalipun. Rumah itu benar-benar sepi.
Bianca melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Tempat satu-satunya yang paling nyaman baginya.
"Bunda," panggilnya pelan sambil menutup pintu kamarnya perlahan.
Bianca tersenyum ke arah bingkai yang berisikan foto cantik Bundanya. Eka.
Bianca merogoh tasnya dan mengambil kertas hasil ulangan kimianya tadi.
"Bunda," Bianca berjalan perlahan menuju ke meja itu. Meja dimana terdapat foto Bundanya, piagam, piala, medali, dan kertas-kertas berisikan nilai-nilai sempurna yang Ia dapatkan selama ini.
"Lihat. Bia bawa hadiah kecil lagi buat Bunda," ucapnya sambil tersenyum melihat nilai di atas kertas putih itu.
"Bunda seneng ngga?"
"Bia pintar kan?" ucap Bianca. Berharap Bundanya memujinya dari sana.
Bianca lalu meletakan kertas itu perlahan ke atas meja itu.
"Sabar ya Bunda,"
"Perlahan, Bia akan buat Ayah menderita"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
4U
Random"Bia bencia Ayah!" "Ayah sayang Bianca" ***** "Gue kecewa sama lo Bi," "Maafin gue May" ***** "Bianca, gue tulus sama lo" "Gue ngga bisa Bima" ***** "Kutu buku!" "Preman pasaran!" ***** "Bianca kangen Bunda," ***** Bianca Echa Putri, seorang gadis d...