Hurt

9 1 0
                                    

#flashback#

Sera pov

Hari ini aku berada di Seoul Hospital.

Apa kalian bertanya tanya, mengapa aku ke rumah sakit? Itu karena sahabat terbaikku, sekaligus orang yang sangat kucintai, berada di rumah sakit.

Ia menderita kanker otak. Ini sudah terjadi sejak 3 tahun yang lalu, saat aku menemukannya pingsan tiba-tiba di taman dekat rumahku.

Namanya Seokjin. Selama ini ia selalu menjagaku. Dia baik, kuat, tampan, warm-hearted, dia selalu bisa membuatku tersenyum.

Aku sangat sedih saat tau bahwa dia sakit kanker otak dan sudah memasuki stadium akhir. Dan kesedihanku bertambah saat kudengar waktunya tinggal sebulan lagi.

Saat mendengar itu, banyak sekali pikiran yang masuk ke dalam otakku, aku ingin membahagiakannya. Aku ingin dia sembuh. Aku ingin dia tetap disampingku. Aku tidak ingin dia pergi.

Akhirnya aku memutuskan untuk selalu berada disampingnya. Menjaganya setiap saat. Membantunya saat dia membutuhkanku. Kali ini, akulah yang akan membuatnya tersenyum.

Setelah perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya aku sampai di Seoul Hospital.

Segera aku masuk lift dan menekan lantai nomor 7.

Setelah akhirnya tiba di lantai 7, aku segera mencari kamar nomor 73.

Begitu sampai, kuketuk pintunya dan langsung masuk begitu mendengar suara indah seseorang mengijinkanku masuk.

Beginilah yang kulihat setiap harinya. Dia terbaring di kasur, bau obat-obatan yang tajam, matanya menyiratkan kelelahan, selang infus yang menancap di tangannya yang terlihat semakin kurus, tapi untunglah senyumannya tetap terpasang apik di wajahnya yang tampan itu.

"Oppa, bagaimana keadaanmu?"

"Hahahh... Seperti yang kau lihat"

Entah kenapa, kalimat itu sangat menusuk bagiku. Aku sedih melihatnya seperti ini. Tapi, aku tidak boleh menunjukkan kesedihanku di depannya, karena itu dapat mempengaruhi kesehatannya pula. Aku berusaha tetap tersenyum, untuknya.

"Hahahh iya ya...... oh iya, aku membawakan buah apel kesukaan oppa", ucapku mencoba seceria mungkin.

"Wahhh mau dong. Suapin ya", ucapnya manja.

"Hahahh oppa ini...... baiklah, sebentar ya"

Aku pun menyuapi Jin oppa.

Setelah itu, kami memulai kegiatan seperti biasa. Hanya membaca komik, menonton tv, bermain game smartphone, mengobrol tentang sekolahku.

Akhirnya, aku punya ide. Untuk membuatnya bahagia.

Aku memberikannya secarik kertas dan bolpoin. Aku menyuruhnya untuk menuliskan keinginan-keinginannya yang sangat ingin ia alami. Aku janji akan mengabulkan semua keinginannya.

Dia pun menuliskannya. Kukira ia akan menulis sangat banyak, tetapi ternyata hanya tiga.

Isinya terlihat biasa saja, yaitu pergi ke taman yang biasa kami kunjungi, mengalahkanku bermain game, dan yang terakhir, yang paling membuatku sedih, slalu bersamaku dan menjadi kekasihku.

Setelah membacanya, tanpa sadar aku menangis. Kencang, sangat kencang. Jin oppa memelukku dan mengelus lembut kepalaku.

Aku merasa sangat nyaman, tetapi aku juga semakin takut kehilangannya.

Fated [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang