Biyan sedang malas-malasan di atas tempat tidurnya yang sempit ketika Qia tiba-tiba datang dan memeluknya dari belakang. Gadis itu menangis sejadi-jadinya sambil menyusupkan tangannya kepinggang laki-laki gondrong yang sudah delapan tahun ini menjadi sahabat karibnya.
Biyan sudah hafal sekali perangai sahabatnya ini. Kali ini apalagi ? Pacarnya selingkuh ? Atau mereka putus ? Atau Qia dimarahi oleh tante Via ibunya ? Atau si mamo kucing kesayangnya kabur lagi....?
Biyan membalik badannya yang hanya menggunakan jeans tanpa baju. Ini memang sudah tengah malam, sudah jam tidur, studio foto milik Biyan sudah tutup dari jam sembilan tadi. Biyan menyisakan lantai 2 studionya sebagai rumah tinggalnya.
Dibalasnya pelukan Qia sambil mengusap-usap punggung gadis itu, entah untuk kesekian kali.
"Kenapa....? Hm....?"
"Jangan tanya,, cukup peluk aja..,," Qia masih terisak. Ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Biyan.
"Ga mau peluk kalau ga cerita..," Biyan mencoba merenggangkan pelukan, namun secepat itu Qia menarik kembali Biyan.
"Iya...iya...,, " rungutnya sambil terus menangis. Sesekali ia menghapus air yang keluar dari hidungnya.
"Jadi kenapa, qi-qi....?"
"Zack,, kita putus...." Qia menangis lagi, lebih kencang. Biyan tak berekspresi, namun semakin mengetatkan pelukannya. Diusapnya kepala Qia dengan penuh kasih sayang.
"Ya udah,, kan masih ada aku disini..."
Qia mendongak. " ya udah..., kamu cuma bilang ya udah...,, aku ini lagi sedih Bi,, Zack ninggalin aku demi cewek genit yang hobi mamerin belahan dada itu, tau ga siii...." tangis Qia semakin menjadi.
"Ya lalu aku mesti jawab apa,, Laki-laki itu ninggalin kamu karena kamu ga lebih seksi dari cewek barunya, itu artinya dia mau main-main aja Qi,, kalau beneran cinta itu, dia akan terima apapun kondisi ceweknya, termasuk jika dadanya rata..."
Qia bangun dari pelukan Biyan yang bertelanjang dada. Duduk disebelah pria itu dengan tatapan siap membunuh.
"Makssud kamu apa bilang dada rata ?? Maksud kamu aku ?? Ihh kamuuuu.....!! Qia mencubiti Biyan. Apapun bagian tubuh Biyan yang didapatinya dicubitnya. Biyan meringis, meringkuk menyelamatkan diri dari cubitan gadis cantik yang sesungguhnya sama sekali tidak sakit baginya.
"Qi-qi berenti....,,," Biyan berguling menjauhi Qia, namun gadis ity tak mau kalah, ia ikut berguling dan kembali mencubiti apapun yang bisa diraihnya.
"Kamu bilang dadaku rata Bi,, kamu mau liat seberapa ratanya dadaku...,, awas kamu ya..."
"Kita akan terjatuh qi-qiiiiii..." dan benar saja, ranjang milik Biyan adalah ranjang yang biasa dipakai untuk satu orang, sekali berguling maka akan langsung sampai diseberang. Akhirnya mereka berdua terjatuh dengan posisi Qia berada diatas Biyan. Bibir Qia menyentuh bibir Biyan. Namun hanya beberapa detik, Qia segera menarik diri dan kembali ketempat tidur sambil menangis.
"Aaaa Biyan.....,, aku ga mau diputusin Zack....,,.zack brengsekkkk...."
"Zack bukan yang terbaik kamu,, sama seperti yang sebelum-sebelumnya. Udah, ga perlu ditangisin..." Biyan naik kembali ketempat tidurnya kemudia memeluk Qia sambil mengusap kepala dan punggungnya.
"Bi, pinjam tubuh kamu,, malam ini aja,, peluk aku..."
"Iya...."
"My best friend...,, cuma kamu Bi.."
"Mm..." Angguk Biyan.
__________
Best Friend ? Dulu mungkin iya, tapi sekarang tidak. Delapan tahun lalu, saat Biyan dan Qiana pertama kali bertemu saat Biyan menjadi murid baru kelas dua belas disekolah Qia. Kesamaan hobby bermusik membuat keduanya berteman akrab meskipun Qia masih kelas sepuluh. Biyan sempat membuat sebuah band disekolahnya dan Qia menjadi vocalis.
Dulu Biyan dan Qia adalah sepasang sahabat yang saling mendukung satu sama lain. Dalam hal apapun termasuk urusan asmara. Bukan berarti sekarang tidak. Biyan selalu mendukung apapun yang dilakukan Qia termasuk ketika gadis itu mulai berpacaran saat kelas dua belas. Tak ada rasa cemburu meskipun waktu Qia lebih banyak bersama pacarnya ketimbang dengan Biyan.
Itu dulu. Empat tahun terakhir ini Biyan menyadari ada yang berubah dengan perasaannya. Biyan menyayangi Qia, tapi bukan sebagai sahabat. Biyan menyukai Qia, ya...dia yakin dengan perasaannya. Puncaknya ketika Qia berpacaran dengan mantan personil band mereka waktu SMA.
Lalu Biyan...? Dia adalah tempat Qia mencurahkan seluruh curhatannya. Mulai dari kisah paling bahagia sampai nangis-nangis karena putus cinta. Biyan selalu ada. Biyan selalu memeluk Qia dengan cinta meski hati nya terkoyak sana sini ketika Qia menceritakan tentang ciumannya dengan pacar-pacarnya, atau ketika Qia menangis karena putus, dimarahi mami, sampai kucing hilang, Biyan adalah tempat berlabuhnya.
Capek..? Tentu saja. Hati terutama. Biyan bebas memeluk Qia, membelainya, namun hanya sebagai sahabat. Biyan menyadari kalau ia ingin Qia lebih dari sekedar sahabat. Tapi selama ini Qia tampaknya tak menyadari perasaan Biyan.
Malam itu akhirnya Qia tak pulang kerumah. Setelah gadis tertidur, Biyan melepaskan pelukannya dan menyelimuti Qia. Ia lebih memilih tidur disofa diruang yang biasa digunakan untuk menonton televisi. Sahabat sesungguhnya tak seperti ini, Biyan menyadarinya.
*Tak ada persahabatan yang benar-benar murni antara laki-laki dan perempuan*
To be continiued....
Tidak minta banyak, cuma vote sebagai penyemangat buat terus menulis♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Best Friend
RomantikBiyan sedang malas-malasan di atas tempat tidurnya yang sempit ketika Qia tiba-tiba datang dan memeluknya dari belakang. Gadis itu menangis sejadi-jadinya sambil menyusupkan tangannya kepinggang laki-laki gondrong yang sudah delapan tahun ini menjad...