2. About Jevera

112 12 14
                                    

Pagi itu cerah, Dista mendongakkan kepalanya dan refleks menyipitkan mata ketika sinar matahari menyilaukan pemandangannya. Dista menghembuskan napas dan tersenyum melihat keramaian di kampus. Dista tidak menyangka bahwa ia bisa merindukan kampusnya setelah dua bulan mengabdi di suatu desa karena Kuliah Kerja Nyata. Time flies so fast, Dista sekarang sudah menjadi Mahasiswa semester tujuh.

Selain merindukan kampus, Dista tentu saja sangat merindukan Nongrus, singkatan dari Nongkrong Terus—nama grup ruang obrolannya bersama Andina, Jevera, Tristan, Naufal, dan Raka. Selama dua bulan berpisah, mereka tidak begitu sering berkomunikasi karena beberapa hal.

Pertama, terlalu sibuk dengan program kerja. Kedua, jaringan di desa Tristan dan Raka tidak memadai. Ketiga, Andina berkata rindunya ditahan dulu selama dua bulan, agar ketika bertemu nanti bisa heboh dan menghabiskan waktu bersama hingga larut. Tentu saja, di antara orang-orang yang ada di Nongrus, Dista lebih merindukan Jevera.

"Hei, Ibu Bendahara KKN."

Panjang umur. Dista langsung tersenyum dan membalikkan tubuhnya, menatap Jevera yang tersenyum lebar kepadanya dan merentangkan tangan. Dista langsung berlari dan memeluk Jevera erat. Sungguh, Dista tidak menyangka dia bisa merindukan Jevera selama masa KKN-nya.

"Jeje, kangen banget." ujar Dista, menghirup aroma tubuh Jevera yang juga ia rindukan.

Jevera mengusap kepala Dista dengan lembut. "I miss you more, Paradista." ujarnya lalu menarik pelukan dan memperhatikan wajah gadis itu lekat. "You're getting prettier."

"Thanks?" Dista tertawa renyah.

"DISTA! JEJE!"

Dista dan Jevera saling menarik diri lalu membalikkan tubuh mereka untuk menyambut kedatangan Andina yang heboh. Perempuan itu berlari dan langsung memeluk keduanya erat.

"I MISS YOU GUYS SO MUCH!" teriak Andina. "Dua bulan kayak dua tahun!" serunya setelah menarik diri, memandangi Dista dan Jevera secara bergantian. "Jeje, lo kenapa makin cakep aja sih?! Sebel gue!"

Jevera hanya tertawa menanggapi candaan Andina itu. Tak lama, Tristan, Naufal, dan Raka datang menghampiri ketiganya.

"Arrrgh! Kangen banget gue!" seru Raka memeluk Andina dan Dista bergantian. Begitu pula dengan Tristan dan Naufal.

"Apa kabar, Dis? KKN sehat-sehat aja, kan?" tanya Naufal, mengacak rambut Dista.

"Ih, kan! Jadi berantakan deh, rambut gue." Dista mendengus. Namun tak lama, ia kembali tersenyum lagi.

"Hari ini harus main seharian." ujar Tristan. "Kelas juga cuma satu, kan?"

Andina mengangguk setuju. "Harus! Gue enggak mau tahu! Dis, gue nginep di apartemen lo."

"Gue juga nginep di Naufal kalau gitu." kata Raka.

Unit Dista dan Naufal—yang kebetulan berada di tower yang sama memang selalu menjadi tempat menginap bagi Andina, Tristan, Raka, dan Jevera. Selain tempat menginap, unit Dista lebih sering dijadikan tempat untuk membuat tugas.

Orang tua Dista tidak tinggal di Jakarta sejak gadis itu masih duduk di bangku SMA. Keduanya telah pindah ke Bali karena pekerjaan mereka yang memiliki bisnis kuliner. Karena Dista tidak ingin meninggalkan SMA-nya kala itu, maka orang tua-nya memberikan Dista sebuah apartemen untuk ditinggali selama ia di Jakarta.

Saat pertama kali berkenalan dengan sirkel Jevera—Naufal, Tristan, dan Raka—Dista tanpa sengaja bertemu dengan Naufal di parkiran tower itu. Sejak saat itu pula, tak jarang Dista pergi mencari sarapan atau makan malam bersama Naufal. Itu juga, kalau Jevera tidak mengajaknya keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Almost LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang