tiga

178 26 19
                                    

Seorang gadis sedang menangis di tempat tidurnya, aku dapat melihat dengan jelas wajahnya dipenuhi luka-luka, bukan hanya wajah, tapi hampir seluruh tubuhnya, ada bekas luka bakar di kedua tangannya, bagian tengah kepalanya botak, kondisi gadis ini sangat mengerikan.

Walaupun wajahnya dipenuhi luka tapi dia masih terlihat cantik, aku perkirakan usianya mungkin empat tahun lebih muda dariku, aku mencoba mendekat kearahnya tapi aku tak dapat menggerakan kakiku. Seluruh badanku gemetar dan kaku, aku mencoba memanggilnya "Hei!" Tapi suaraku tak terdengar, aku berdiri di depannya, apa dia tak melihatku? Ada apa denganku? Ada apa dengan gadis ini? Siapa gadis ini? Bagaimana bisa aku berada di kamarnya?

Aku hanya bisa mengamatinya dari tempatku berdiri, aku perhatikan lagi wajahnya dengan seksama, rambutnya hitam lurus, badannya kurus, hidungnya mancung, dia tak terlihat asing bagiku sepertinya aku pernah bertemu dengannya, hanya saja aku lupa kapan dan dimana, dia terlihat mirip dengan...ku. Iya dia mirip sekali denganku! Bagaimana bisa?

"Zayn..." Kata gadis itu masih menangis, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Apa aku tak salah dengar? Bagaimana bisa dia tahu namaku? Beberapa detik kemudian aku menyadari suaranya, suara yang memanggil namaku disaat aku duduk di depan teras rumah. Badanku langsung merinding, aku tak tahu harus berbuat apa.

Aku mencoba berlari tapi percuma, aku hanya terdiam di tempatku, aku hanya bisa pasrah walaupun aku sangat takut. Gadis tersebut melepas tangannya dari wajahnya sehingga aku dapat melihat wajahnya lagi, aku mencoba mengingat-ingat dimana dan kapan aku pernah bertemu dengannya, aku sangat yakin, aku pernah bertemu dengannya.

Aku ingat!

Dia... Dia Waliyha! Adikku! Jantungku langsung berdetak dengan cepat. Jadi selama ini...

BRAK!

PIntu terbanting dengan keras, seorang pria berbadan kekar dan dipenuhi tato—badanku juga dipenuhi tato, tapi aku tidak sekekar pria ini—masuk kedalam kamar. Gadis itu—Waliyha—cepat-cepat menghapus air matanya.

"Hei gadis cengeng! Cepat buatkan aku makanan, aku lapar! Dan jangan sampai keasinan lagi!"

Waliyha masih terdiam di kasurnya memandang sinis pria berbadan kekar itu. Pria tersebut dengan marah berjalan menuju kasur Waliyha dan menamparnya dengan kuat. Aku tak kuat melihat ini, Waliyha tak pantas mendapati perlakuan seperti ini.

"WALIYHA!" Kataku, tapi percuma, tak akan terdengar. Aku panik, sialan karena badanku tak bisa bergerak sedikitpun dan suaraku tak terdengar.

Pria berbadan kekar itu melepas ikat pinggangnya dan mencambuk Waliyha dengan kasar. Waliyha bungkam menahan sakit, dia bahkan tak kuat untuk berteriak atau menangis.

"WALIYHA!"

Perlahan, Waliyha bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar, saat Waliyha berada di depan pintu, pria berbadan kekar itu menjambak rambut Waliyha dengan kuat.

"Lain kali cepatlah bergerak, bodoh!" Kata si pria berbadan kekar.

BYUR.

"WALIYHA!"

"ZAYN BANGUN! INI AKU, SAFAA!"

"Oh hei Saf, bisakah kau membangunkanku dengan cara lain? Selain menyemburku dengan air kumur-kumurmu dan berteriak di depan wajahku." Kataku masih mengantuk.

Safaa menghela napasnya. "Tadi aku sudah membangunkanmu dengan cara yang lebih halus tapi kau tetap tak mau bangun kau terus-terusan meneriaki nama Waliyha, sudahlah Zayn, dia sudah tenang disana."

"Tidak, dia tidak tenang."

Safaa memiringkan kepalanya, kami terdiam selama beberapa saat.

"Jam berapa sekarang?" Tanyaku pada Safaa. Safaa menunjuk jam dinding dan aku melihat jam "Oh, aku tertidur selama 12 jam, wow."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TelepathyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang