[💬] Bagian Satu

99 13 0
                                    

"Aku pulang."

Pintu rumah yang semula tertutup tiba-tiba terbuka dibarengi masuknya seorang gadis dengan rambut sebahu yang dikuncir seikatnya. Tak ada secercah balasan suara manusia lain setelah gadis itu masuk, tapi samar-samar bunyi siaran berita tengah malam dari televisi di ruang tengah terdengar di telinganya. Mungkin ada ayahnya di sana yang terlelap dengan kondisi televisi masih menyala, terkanya.

Rui—gadis itu segera melepas sepatunya, menaruhnya kembali di rak, dan mengunci pintu sebelum ia semakin masuk ke dalam. Gadis itu masuk ke dalam rumah sambal celingukan menilai keadaan. Rupanya terkaan tadi mengenai ayahnya yang tertidur di depan televisi benar dan berita tengah malam tengah bersiar sekarang. Suara berita tengah malam sungguhlah menganggu, Rui pun mematikan televisi dan membagunkan ayahnya untuk berpindah.

"Sudah pulang, Rui?"

"Sudah, Yah. Maaf terlalu malam."

"Tidak apa-apa. Mau ayah panaskan makan malam?"

"Aku bisa sendiri, Ayah istirahatlah besok kan sudah kerja lagi."

"Lekas istirahat, Rui. Besok kamu juga kembali sekolah."

Ayah bertolak menuju kamarnya yang tak jauh dari ruang tengah, sedang Rui pergi menengok meja mekan guna mengecek makan malam yang sudah disiapkan untuknya hari ini. Ada nasi, nikujaga¹, dan bayam, masing-masing semangkuk. Tanpa perlu banyak berpikir, Rui langsung memanaskan sebentar. Usai panas, gadis itu segera malahap habis makan malam yang tersedia, tak lupa mencuci segala alat makan yang sudah dipakainya.

Rui melewatkan mandi untuk malam ini, udara Prefektur Kochi yang kering serta dingin sangatlah tidak mendukung untuk melakukan mandi di malam hari. Gadis itu pun hanya mencuci muka dan menyikat gigi, sisanya ditinggalkan dan ia bertolak ke kamarnya. Hal yang paling pertama ia dilakukan di kamar adalah membuka oleh-oleh yang diberikan Yumiko. Yumiko-sahabatnya itu baru saja pulang dari liburannya di Tokyo hari ini, Rui pun dipanggil ke rumahnya siang tadi untuk main, berbincang, dan diberi oleh-oleh. Yumiko memberi banyak hal, ada gantungan kunci, magnet kulkas, makanan ringan, manisan, kaos kaki, dan sebuah novel romansa yang hanya bisa dijumpai di toko buku kota-kota besar.

Yumiko, membelikanku novel? Tidak salah? Biasanya dia marah-marah karena aku terlalu banyak membaca novel, batin Rui cukup heran dengan sahabatnya. Ia tak pernah menyangka kalau Yumiko bisa terpikirkan untuk memberi novel sebagai oleh-oleh. Meski dilanda rasa heran begitu, ekspresi senang di wajahnya sulit sekali disembunyikan. Rui mendekap novel itu, berputar lalu badannya dijatuhkan di kasur.

"Akan aku baca besok pagi dan berterima kasih lagi pada Yumiko," ujar Rui dengan bahagia.

• • •

Senin, hari yang baru dengan sejuta aktivitas menanti telah hadir. Rui langsung bangun dari tempat tidurnya begitu jam di mejanya berdering. Seperti hari sibuk biasanya, Rui lah yang menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga ayahnya. Sarapan pagi ini hanya roti panggang dengan telur goreng dan alpukat yang menjadi pendamping, itu juga yang akan dibawa Rui untuk bekal makan siang nanti di sekolah. Pagi ini Rui tidak menanak nasi, sebab ia malas dan ingin segera mungkin berangkat ke sekolah guna menemui Yumiko.

"Wah, siapa yang beli manisan?" Setibanya di meja makan, Ayah langsung menyeletuk demikian.

"Ah itu oleh-oleh dari Yumiko, kemarin dia baru pulang dari Tokyo. Ada makanan ringan lain juga, kalau Ayah mau, aku menaruhnya di lemari makanan," tutur Rui. Sebelum menyiapkan sarapan tadi, Rui mengeluarkan oleh-oleh dari Yumiko yang bisa dikonsumsi dari kamarnya. Sebagian ditempatkan di meja makan dan sebagian di lemari makanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE CHARACTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang