"Kau yakin tak mengingat apa pun?" Arona terus bertanya dengan nada jengkel kepada Abim.
Bahkan sepertinya Abim pun mulai jengkel dengan pertanyaan sang kakak.Abim hanya menjawab gelengan sedari tadi.Meraih helm yang dibawa Arona dan segera memakainya.
"Kau kemarin yang bilang sendiri kan,orang itu melesat ke sana ke mari!?" kekeh Arona mulai frustasi.
Mengapa Abim tak mengingat apa pun?
"Kak,mana ada yang kek begitu.Mungkin kau hanya bermimpi"
"Mimpi? Kemarin kau benar-benar mengikutiku ke balkon kan?"
"Oh,itu .... Iya kan kemarin kau kesal karena Dara.Aku menemanimu"
"Lalu apa yang terjadi?"
"Ya seperti biasa aku memberimu makan agar kau tak sedih, kemudian menemanimu sampai larut di balkon"
Arona cengo, menemani sampai larut?
Yang benar saja,setelah kejadian itu keduanya langsung masuk ke kamar masing masing.
Bahkan bisa dibilang itu belum larut malam.Lalu bagaimana bisa adiknya mengingat hal yang berbeda?
"Udah ah,keburu telat bahas ginian terus dari tadi.Aku duluan ya kak"
Arona mengangguk membiarkan adiknya itu pergi.Lagipula tenaganya jadi cukup terkuras memikirkannya terus.Agaknya ia butuh menjernihkan pikirannya terlebih dulu.
Alunan musik menenangkan ditemani segelas teh hangat menjadi pilihan Arona untuk bersantai menghabiskan sisa hari Minggunya.
Tak banyak yang dilakukan,gadis itu hanya merebahkan tubuhnya dengan kedua kaki terangkat menempel dengan dinding.
Kepalanya mendongak memperhatikan pemandangan sore dari jendela kamarnya.
"Apa kau benar-benar tak berguna seperti ini?"
Seorang pria muncul melongok di jendela, tersenyum kecil menatap Arona.Kemunculannya benar benar tak masuk akal.Mengingat kamar Arona yang terletak di lantai dua.
"Kau ..." kaki jenjangnya segera beranjak turun mengubah posisi tubunya menjadi duduk.Arona terdiam memandang ganti sosok pria itu.
Waktu selama dua menit mereka habiskan dengan saling memandang.Tak berniat saling memperkenalkan ataupun mengenal satu sama lain.Arona akui dia benar-benar merasa takut.
"Berani masuk,mati kau!" ancaman tersebut berhasil lolos dari mulut Arona.
Dengan berani ia segera menutup jendela kamarnya yang sedari tadi terbuka sedikit.Menguncinya dari dalam serta menarik tirai untuk menutupinya.
Namun,belum ada sedetik tirai coklat digenggamnya tiba tiba terhempas bak di tiup angin kencang,jendela kamarnya pun ikut terbuka lebar lebar.
"Bukannya kau yang akan mati?" pertanyaan pelan itu jadi terdengar menakutkan bagi Arona kala melihat sosok pria tadi masih muncul sambil tersenyum puas.
Tubuh Arona gemetar,pelan pelan ia mundur menjauh dari jendela kamarnya.Diiringi pria itu yang maju melangkah mendekati.Kedua kakinya terasa lemas kala melihat pria itu mengeluarkan benda aneh dari tangan kanannya.
Itu tampak bercahaya dan muncul tiba-tiba.Menjelma menjadi tombak tajam yang ditodongkan di lehernya.
"Jika menghapus ingatanmu tidak bisa,terpaksa harus menghapusmu dari dunia"
Arona terpejam merasakan perasaan sakit luar biasa di bagian lehernya.Perlahan cairan kental mengalir mengotori piyama putih yang dikenakannya.Arona diambang batas, kesadarannya hilang sedikit demi sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARONA
Teen FictionHidup baik baik saja layaknya orang normal agaknya sudah menjadi trend umum di seluruh bumi.Hidup normal ini bukan hidup tanpa masalah sedikit pun.Hanya saja maksudnya hidup benar benar tanpa keajaiban. Huh, bagaimana itu? Entahlah Arona pernah mera...