O¹. The night

230 15 0
                                    

      Meniup kecil cangkir kopi panas, barulah ia menyesapnya secara perlahan. Akhir pekan adalah hari yang paling ditunggu oleh sebagian besar orang, Hang out ataupun sekedar mengistirahatkan tubuh.

Air jatuh berlomba-lomba dari langit, siapa disangka malam ini ternyata hujan deras. Sunwoo tersenyum akan hal itu, sepertinya Tuhan mengerti kesepiannya.

Kembali menyesap kopi hangatnya, netranya ia tujukan pada luar rumah yang terdapat jalan kecil. Sesosok tubuh mungil yang dilapisi Hoodie pink tersebut terlihat kewalahan menghadapi derasnya hujan, Sunwoo tebak ia pasti dari cafe. Sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak pada sosok mungil tersebut, ia terserempet kendaraan beroda dua dari belakang dengan kecepatan yang cukup tinggi. Pengendara motor—bajingan—tersebut sempat berhenti sejenak sebelum kembali melajukan motornya dengan kecepatan penuh, meninggalkan sosok mungil tersebut. Netra Sunwoo melebar melihat kejadian tersebut, ia segera berlari menyusul sosok mungil yang sedang terkapar kesakitan.

"Hey, kau mendengarku tuan?"

Sosok mungil itu tidak menjawab, hanya suara ringisan yang Sunwoo dengar. Tanpa permisi Sunwoo mengangkat sosok mungil tersebut bridal style, si mungil pun tak berontak. Sosok mungil tersebut hanya menunduk dan sesekali mengeluarkan ringisan.

Meletakkan di atas sofa dengan penuh kehati-hatian takut menambah luka pada tubuhnya. Sunwoo bergegas mengambil seperangkat kotak keselamatan dari dalam kamarnya.

"Tuan, bisakah anda melepas pakaian anda? Bukan bermaksud hal lain, ini untuk mengecek luka— !"

Oh God!

"Bisa.. bisakah kau menarikkan Hoodie ku? Tanganku sakit"

Sunwoo masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Malam terbaik yang pernah ia alami.

”hey.. apa kau baik?" Suara itu membuat Sunwoo tersentak.

"Ah.. Iya tak apa, a–apa tadi?" Gugup didapatnya tanpa ia duga. Jadi ini rasanya bercengkrama dengan sang pujaan–batin Sunwoo

"Tolong tarikan Hoodie-ku, aku tak bisa melakukannya sendiri"

Dengan sigap Sunwoo langsung membantu sosok mungil itu melepas Hoodie-nya sekaligus kaos yang ada di dalamnya. Entah kenapa telinga Sunwoo memerah, bahkan pipinya ikut memanas.

Sadar Sunwoo, jangan berpikir macam-macam

Sunwoo berinisiatif membuka obrolan untuk menghilangkan pikiran kotornya.

"Umm... Kau dari mana? Kenapa menerobos hujan?" Menuangkan alkohol ke kapas kemudian mengoleskan ke luka si mungil, ringisan yang ia dapati, reflek ia memelankan.

"Dua jam aku menunggu seseorang di cafe, tetapi dia tidak kunjung datang jadi aku memutuskan pulang, mana tahu kalau hujan tiba-tiba turun jadi aku memutuskan menerobos saja"

Sunwoo gemas sendiri melihatnya bercerita panjang, padahal ia hanya menanyakan dari mana. Bonusnya ia mendapat alasan sosok mungil tersebut di cafe, tipe orang terbuka pada siapapun.

"Kau sudah coba menghubunginya?" Masih dengan kesibukannya mengobati Sunwoo kembali mengajukan pertanyaan.

"Nah! Itu yang membuatku kesal, sudah berkali-kali aku mencoba menghubungi, tapi apa?! Ia mematikan ponselnya! Keterlaluan sekali bukan?!"

Sunwoo semakin dibuat gemas pada sosok mungil itu yang bercerita menggebu-gebu, bahkan suaranya naik satu oktaf.

"Hei, santai.. mungkin ia ada kesibukan yang tidak bisa ia tinggalkan"

"Bulshit, kesibukan"

"Sepertinya orang yang kau tunggu... special?" Sedikit ragu Sunwoo menanyakannya.

"Ya, dia kekasihku—

Deg

— yang akan kuakhiri"

Sunwoo mendadak diam, mencerna ucapan si mungil. Jadi masih ada peluang baginya, begitu?

"Jadi kau menunggu dia untuk mengakhiri hubungan...kalian?" Sosok mungil tersebut menghela nafas kasar, seperti sudah lelah dengan sang kekasih.

"Bedebah itu sudah bermain di belakangku, sebenarnya aku tahu sejak lama, tapi aku membiarkannya. apakah ia akan memutuskan kekasih gelapnya atau tidak, tetapi harapanku ternyata terlalu tinggi hahaha—

— dia bahkan menghamili kekasih gelapnya, aku bisa apa selain memutuskannya?" Seperti hujan yang berada diluar, hujan ini lebih lambat dan terkesan menyedihkan. Ternyata setiap orang ada kesulitan tersendiri, ia pikir ia yang paling menderita.

Meletakkan kapas yang ada di tangan, Sunwoo menghapus jarak antar ia dan si mungil. Membawanya ke dekapannya sembari mengelus pelan punggung sempitnya, pertanda ia turut prihatin dengan keadaannya. Sang pujaan tak menolak, dan menumpahkan air mata yang ia tahan sedari lama.

Perlahan Sunwoo melepas dekapannya, menangkup pipi si mungil dan menghapus air matanya. Ia tidak tega melihatnya tersedu, terlebih lagi dihadapannya.

"Kau melakukan yang terbaik, kau melakukan keputusan yang tepat, aku mendukungmu. Yah.. meskipun itu tertunda, tapi niatmu sudah bagus untuk memutuskannya. Kuharap ini terakhir kali kau menangis di hadapanku"

Siapa disangka, sang pujaan memeluknya erat. Menyampaikan rasa terima kasihnya yang tulus.

Sungguh malam yang indah

"Aku sudah selesai mengobatimu" si mungil melepaskan pelukannya dan bertingkah antara canggung dan gugup.

Oh God! Dia sungguh menggemaskan!

"Umm... Terimakasih atas pertolonganmu, aku akan membalasnya lain kali"

"Sama-sama, dan aku akan menunggunya"

Hening melanda keduanya.

"Umm... Aku belum mengenalmu, bisakah kita berkenalan?" Sunwoo tersenyum.

Jangankan berkenalan, bersamamu pun akan kusanggupi

"Aku Sunwoo, Kim Sunwoo"

Sosok mungil itu membalas uluran tangan Sunwoo.

"Aku Sohn Youngjae, kau bisa memanggilku Eric" Dahi Sunwoo berkerut mendengar perkataan Youngjae dan Eric terkekeh melihat tanggapan Sunwoo.

"Itu nama lainku, ketika tinggal di Los Angeles aku membuat nama baru dan Eric yang kupakai hingga saat ini" Sunwoo mengangguk paham.

"Jadi, sekarang kau tinggal di mana?"

"Tidak jauh dari sini, pertigaan ujung lalu belok kanan kemudian lurus sampai kau bertemu perempatan pertama ambil kiri. Nah! Ketika kau melihat sekolah dasar dan disitu ada pertigaan, lurus terus dan gang akan kau lalui,tapi kau jangan masuk. Dari delapan rumah, aku berada di urutan ke lima dan kau akan melihat rumah minimalis dominan warna putih dan hitam"

Wow

Sunwoo tidak bisa berkata, ia hanya mengangguk, tetapi sebenarnya otaknya tidak paham apa yang di jelaskan si mungil.

"Di luar masih hujan, apa kau ingin pulang?" Ekspresi si mungil langsung cemberut.

"Apakah aku salah bicara?"

"Tidak, kau tidak salah bicara. Hanya saja aku tinggal bersama bedebah itu, aku malas melihat wajah sok tampan-nya" Eric tidak bisakah kau tidak bertingkah menggemaskan? Sunwoo rasanya ingin menerkammu.

"Jadi,kau tak ingin pulang?"

Eric mengangguk.

"Maukah kau menginap?"

.








Maukah Eric menginap di rumah si Kim?

Terimakasih, kepada semua yang menyempatkan diri membaca karya ini (◍•ᴗ•◍). Ini bukan kali pertama saya mempublikasikan hasil ketikan saya, sebelumnya pernah saya publikasi, tetapi saya kurang percaya diri dengan hasilnya. Alhasil saya unpub ◉‿◉

Ku berharap ini bisa berjalan lancar seperti yang kuharap.

Thanks y'll (•ө•)♡

Rainbow || sunricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang