-' ── deux ᭡࿔

1.7K 193 11
                                    

ꪶ┊It Tastes Delicious  ݇-

▬▭▬▭▬▭▬▭▬

Piknik.

Itulah yang (Y/n) dan Haruchiyo rencanakan hari ini. Sejak kemarin malam, (Y/n) tidak dapat tidur karena ia merasa terlalu bersemangat untuk keesokan harinya, yaitu piknik. Sebuah refreshing yang sudah jarang mereka lakukan semenjak pekerjaan Haruchiyo yang lebih sibuk dari sebelumnya.

Sejak tadi pagi, (Y/n) sudah sibuk menyiapkan makanan untuk dinikmati kala mereka piknik nanti. Haruchiyo memiliki tugas lain. Pria itu tengah mencari kain yang biasa mereka gunakan untuk berpiknik.

Kain bermotif kotak-kotak itu pun dilipat dengan rapi oleh (Y/n). Tepat ketika wanita itu selesai menyiapkan makanan untuk mereka nanti. Haruchiyo berdiri di sebelahnya. Memeluknya dari belakang dengan tangannya yang melingkari perut (Y/n).

"Kau sudah selesai?"

(Y/n) mengangguk tanpa menjawab. Ia memasukkan kotak bekal yang terakhir sebelum menutup tas tersebut hingga rapat. Tas itu berisi berbagai makanan yang (Y/n) buat. Tentu saja Haruchiyo sudah tidak sabar untuk memakannya.

Oh, apakah ia bisa memakan istrinya lebih dahulu?

"Ayo kita berangkat sekarang, Anata. Hari sudah semakin siang," ujar (Y/n) memperingatkan Haruchiyo.

Sepertinya tidak, batin pria itu.

"Ayo," sahutnya.

Bersamaan dengan hal itu, Haruchiyo mengambil tas berukuran sedang itu. Kemudian, salah satu tangannya yang lain menggenggam tangan milik (Y/n). Menuntun wanita itu hingga mereka tiba di depan mobil.

Pintu pun dibuka seusai Haruchiyo memasukkan tas tadi ke kursi bagian tengah. (Y/n) masuk ke dalam mobil lebih dahulu. Kemudian, disusul oleh Haruchiyo yang duduk di balik kemudi.

Dengan perlahan, mobil pun mulai bergerak. Membelah jalan kota Tokyo di kala embun pagi menetes ke atas permukaan tanah.

***

Setibanya di lokasi, Haruchiyo pun menghentikan mobilnya di sebuah pelataran parkir. (Y/n) yang hendak membuka pintu dicegah oleh Haruchiyo. Pria itu keluar lebih dahulu, berputar ke sisi yang berlawanan, barulah ia membukakan pintu untuk (Y/n). Bahkan perlakuan kecil seperti ini masih melekat pada diri pria itu sejak mereka masih berpacaran dulu.

Lokasi itu tampak tidak terlalu ramai. Membuat (Y/n) dan Haruchiyo bisa memilih tempat yang leluasa. Mereka memutuskan untuk berpiknik di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Menciptakan suasana teduh dan sejuk.

Haruchiyo meletakkan sehelai kain berukuran sedang. Cukup bagi mereka berdua untuk duduk di atasnya. Setelah itu, mereka mulai mengeluarkan makanan dari dalam tas.

"Bagaimana rasanya?"

Pertanyaan itu pun dilontarkan oleh (Y/n) kala Haruchiyo baru saja memasukkan masakan buatannya ke dalam mulut. Pria itu mengunyah sebentar, kemudian menelannya.

"Sangat enak. Masakanmu memang tidak pernah mengecewakan, Sayang," puji Haruchiyo seraya melanjutkan makannya.

Dipuji seperti itu disertai dengan panggilan yang memang sudah sewajarnya, (Y/n) tidak dapat pungkiri jika ia merasa malu. Rona merah muncul secara perlahan pada kedua pipinya.

"Terima kasih, Haru. Makanlah lebih banyak," ujar (Y/n) pelan. "Atau kau ingin mencoba yang milikku?" tawarnya.

Haruchiyo melirik isi kotak bekal milik istrinya itu. Tampak makanan yang berbeda dengan yang ia makan terlihat di sana. Namun, bukannya mengambil makanan yang ada di sana dengan sumpitnya, Haruchiyo justru mendekati (Y/n). Melekatkan bibirnya pada benda yang sama milik istrinya itu.

Tentu saja (Y/n) terkejut. Pasalnya wanita itu masih sibuk mengunyah. Tidak terpikirkan oleh (Y/n) jika Haruchiyo akan menciumnya secara tiba-tiba.

"Hmm... enak," komentar Haruchiyo seraya menjilat bibirnya sendiri.

(Y/n) hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali. Masih cukup bingung dengan situasi yang terjadi saat ini.

"Aku lebih menyukai apa yang kau makan, (Y/n). Boleh aku memintanya?" tanya Haruchiyo sambil menatap istrinya itu.

(Y/n) pikir Haruchiyo benar-benar menginginkan makanannya. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah pria itu kembali mencium bibirnya. Bahkan melumatnya dan tidak membiarkan (Y/n) melepaskannya.

"Haru..." ujar (Y/n) di sela-sela ciuman ganas dari Haruchiyo.

"Hm?"

Dengan sekuat tenaga, (Y/n) mendorong Haruchiyo. Meskipun sulit karena ia tidak akan melepaskannya begitu saja, (Y/n) tetap berusaha.

Pada akhirnya, adegan ciuman itu pun berakhir. (Y/n) menatap Haruchiyo dengan wajah yang memanas.

"Jangan melakukannya di tempat umum, Haru," ucapnya kesal.

Haruchiyo justru terkekeh. Ia menjilat bibirnya sendiri seraya menatap (Y/n). "Kalau begitu, mari kita lanjutkan di rumah nanti."

Perkataan Haruchiyo itu pun berhasil membuat (Y/n) tidak ingin pulang ke rumahnya secepat mungkin.

***

END ━━ # . 'Anata ✧ Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang