P A G I - H A R I

33 8 0
                                    

"Kuatkan kuda-kudamu, Sam!"

"Fokuskan pandanganmu pada lawan! jangan goyah atau kau akan kehilangan kesadaranmu saat itu juga,"

"Apa hanya segini tinjumu?! Kau mau memukul manusia atau hanya angin?!"

"Dimana pondasi kakimu, bodoh!"

"Hei, kau mau bertarung atau bermain boneka. Ku bilang kuatkan tinjumu! Bajingan kecil,"

Sudah banyak kritik dan ajaran keras bak militer dari Yuswara untuk Samana remaja. Berkali-kali terjatuh, berkali-kali juga ia dipaksa bangun. Lemah memang, tapi dendam Sam pada luka-luka latihan dari Yuswara semakin berkobar. Semangat Samana untuk bertarung semakin besar. Yang ia tuju bukan lagi keahlian demi pundi-pundi uang, tapi mulai berganti ingin menjadi kuat setiap harinya.

"BREAK!"

Samana remaja yang saat itu berumur 15 tahun langsung roboh setelah berlatih bersama Yuswara selam 4 jam nonstop. Dengan nafas terengah, Samana terlentang di tanah. Tak peduli tubuhnya yang akan akan kotor, Samana hanya tak mampu lagi untuk berdiri dan berjalan menuju kursi didekatnya.

"Minumlah! Setelah 1 jam kau akan dilatih Tama," habis memberi Samana minuman Yuswara langsung melangkah pergi.

Setiap hari seperti itu, saat Samana istirahat Yuswara selalu pergi ntah kemana. Hingga membuat Samana penasaran, ingin sekali dirinya bertanya tapi Samana paham bahwa hubungan mereka hanya guru dan murid.

Saat terbangun dari rebahannya di tanah, Samana dikejutkan oleh anak laki-laki yang mungkin seumuran dengan dirinya. Mereka saling bersitatap tanpa ada niat memutuskannya.

"Hansa ?" Panggil seseorang dari belakang Samana hingga mengejutkan keduanya.

"Kak Tam" balas lelaki berpipi chubby itu dengan nada riang.

"Ada apa kau kemari ?"

"Hehehe,"

"Jangan hanya tertawa! Kau membuatku menduga hal buruk sedang terjadi,"

"Tak apa, aku hanya dapat hukuman dari Bunda mengantarkan makanan untuk Kak Tam dan Kak Wara,"

"Oalah, titip makasih untuk Bundamu."

"Okey,"

"Lalu kenapa kau masih disini ?"

"...."

"Ya Tuhan, jangan bilang kau juga dihukum untuk tidak berada di rumah hingga nanti malam ?!"

Dapat dilihat Hansa remaja hanya tersenyum sambil menampilkan gigi putih dan rapi miliknya.

"Kali ini apa yang kau lakukan ?"

"Aku hanya...."

"Hanya ?"

"Memberi Ivan makanan pedas,"

"Ya Tuhan, berani sekali kau. Sudah tau Bundamu overprotektif pada Ivan malah sering kau kerjain,"

"Habis Ivan merengek, aku mana tega."

"Ya sudah, sementara kau disini dulu. Yuswara sedang ada keperluan di rumah. Nanti kalau sudah selesai kau boleh masuk, okey ?"

"Okey. Eum, Kak Wara sedang jadi Angsa ya ?"

Seketika raut wajah Tama berubah, sambil memaksakan senyuman Tama mengangguki kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Hansa. Sedangkan Samana ? Sedari tadi ia hanya terdiam mengamati obrolan antara Tama dengan seorang yang baru ia lihat wajahnya hari ini. Atau mungkin lebih bisa dikatakan bahwa sebagian besar atensinya terjatuh pada lelaki berpipi gembil dengan mata bulatnya, sungguh menggemaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

C E R I T A - D I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang