Satu

41 15 5
                                    

Kepada Cinta, Dari Kami yang Sedang Menderita

“Apa aku masih belum cukup layak untuk mendapatkan cintamu? Bagaimana caraku membuktikan padamu tentang perasaan yang kusimpan di dadaku? Bagaimana harus kusampaikan rasa ini padamu, ketika kamu masih bersikeras untuk menyangkal keberadaanku?”


----------

Apa yang salah dengan jatuh cinta? Kenapa hal semewah cinta selalu saja menjadi alasan kenapa seseorang bisa menderita? Jika cinta hanya akan membuat manusia sengsara, lalu kenapa Tuhan menciptakan cinta?

Samudra tidak pernah mengerti, kenapa beberapa orang bisa mengagungagungkan cinta?, menyebut-nyebut kalau orang yang memiliki cinta adalah orang yang paling kuat di dunia. Karena bagi Samudra, cinta adalah alasan kenapa hidupnya menjadi neraka.

“Sudah cukup, jangan melakukan ini lagi, aku tidak menginginkannya.”

Namanya Mikhaela Kirara, cewek itu berdiri terpaku, manik matanya yang semula berbinar mulai bergetar, kehilangan kilaunya.

“Ta-tapi aku sudah berusaha membuatnya dengan sepenuh hatiku. A-aku bangun pagi-pagi sekali untuk membuatnya.”

“Tapi aku tidak menyuruhmukan?”

Pertanyaan Samudra membungkam Kirara. Ini mungkin adalah kalimatnya yang paling jahat, tapi jika tidak begini Samudra tahu Kirara tidak akan menyerah.

“Ka-kalau kamu tidak suka, besok aku akan mengubah menunya, aku akan memaksakan sesuatu yang lebih enak lagi.”

Samudra tidak langsung menjawab. Dia menatap tangan Kirara yang berusaha menyodorkan kotak bento pada Samudra, tangan cewek itu bergetar. Samudra tahu Kirara hampir menangis. Cowok itu berkedip, lalu menyorot Kirara lurus-lurus sebelum kemudian dia berucap.

“Boleh tolong berhentilah berpura-pura peduli padaku?, tolong berhentilah menggangguku.”

Kirara tidak sempat mengatakan apapun saat Samudra sudah lebih dulu berbalik, lalu melangkah pergi. Samudra mengabaikan tangan Kirara yang masih terulur memegang kotak bento. Kirara tersenyum, berusaha mengambil napas banyak-banyak. Dia nyengir sebelum kemudian berteriak pada Samudra yang berjalan menjauh.

“Besok aku bawain menu yang baru ya?”

Samudra tidak menjawab, dia bahkan tidak menoleh sedikitpun. Samudra tidak ingin dekat-dekat dengan Kirara. Samudra tidak mau gadis itu masuk di hidupnya dan melihat luka tanpa dasar yang berdarah di sudut hatinya. Ketika Kirara datang padanya dan menghujaninya dengan cinta, sejak saat itu Samudra selalu membenci Kirara. Sebab cinta adalah sesuatu yang mustahil bisa menyentuh Samudra.

Sejak Samudra kehilangan mamanya, Samudra tidak bisa lagi merasakan cinta. Samudra menutup hatinya, memblokir semua hati yang berusaha mengisinya. Samudra berhenti mempercayai orang-orang, sebab semua orang yang datang padanya hanya akan melukainya, membuat lubang di hatinya semakin besar. Samudra sudah lelah dengan semua rasa sakit itu.

Sayup-sayup Samudra masih bisa mendengar suara Kirara yang melengking. Cowok itu mengertakkan rahang, hampir berdecak.

Kirara itu cewek yang keras kepala, dan menyebalkan. Selalu seperti itu sejak dulu, sejak mereka masih kecil, dan masih sering bersama-sama. Dia tidak pernah berubah. Sebanyak apapun Samudra membuatnya menangis, membentaknya dan membuat Kirara terluka, Kirara selalu saja menempelinya seperti benalu.

Andai saja Kirara tahu apa yang dirasakan Samudra. Andai saja Kirara memahami semua luka Samudra, cewek itu mungkin tidak akan menjadi sekeras kepala itu. Samudra itu sudah terlalu lelah mempercayai manusia. Samudra tidak bisa lagi menggunakan cinta, dia sudah tidak bisa merasakan ketulusan dari seseorang. Ujung dari semua hubungan yang dia buat pasti hanyalah penghianatan, luka, dan kehilangan. Samudra tidak ingin merasakan rasa sakit itu lagi. Sudah cukup dengan lukanya yang sekarang, luka yang masih berusaha dia sembuhkan.


----------

“Kamu buruk di pelajaran Bahasa Inggris kan?, aku sudah menyalinnya untukmu, ku jadikan seringkas mungkin supaya mudah dipahami.”

Kenapa dia belum menyerah juga? Setelah Samudra melukainya dengan menolak bento buatannya, Kirara datang lagi padanya, membawakannya salinan catatan pelajaran Bahasa Inggris yang kemarin dilewatkan Samudra.

Cewek itu selalu saja datang padanya dengan senyum setulus itu, sehangat itu, membuat Samudra lemah, membuat dadanya sakit. Samudra yakin, bahkan cewek ini saja tidak benar-benar tulus padanya. Samudra tidak mengatakan apapun, dia meraih buku catatan yang diberikan Kirara, lalu membuka lembar pertama. Catatannya rapi, tulisannya indah, mudah dibaca

“Kalau kamu kesulitan kamu boleh meminta bantuanku kapan saja.”

Setelah mengatakan itu Kirara berlalu dengan senyum ceria di wajahnya, senyuman yang hangatnya mampu menyaingi matahari. Tapi Samudra tidak menghiraukannya, dia tidak tertarik sama sekali.

Samudra menoleh ke samping, Kirara sudah menghilang di balik pintu, cewek itu lebih dulu masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Samudra juga akan masuk ke kelas, tapi sebelum cowok itu beranjak, dia melempar buku catatan Kirara ke tong sampah di sebelah kirinya.
Samudra segera masuk ke kelas, dia mengambil tempat duduk di belakang, dekat jendela, sementara Kirara ada di deretan tengah nomor dua.

Ketika guru masuk ke kelas dan ketua kelas memimpin salam, mereka segera memulai pelajaran. Hari itu adalah jam pelajaran Biologi, mereka banyak membahas soal alam dan makhluk hidup. Samudra tidak tertarik, dia lebih tertarik memandang lapangan, ada banyak siswa yang sedang bermain di lapangan. Hari ini jadwal pelajaran olahraga anak 1-2.

Dulu Samudra sempat tertarik untuk bergabung dengan klub voli, dan juga klub musik. Tapi sekarang itu sudah tidak ada artinya lagi bagi Samudra.

Samudra menoleh ke depan, ke arah Kirara yang sedang mengerjakan tugas di papan tulis. Kirara memang selalu seperti itu sejak dulu. Selalu berusaha menjadi yang terbaik di kelas. Selalu berusaha meningkatkan level sosialnya dan selalu berusaha mengakrabkan diri dengan semua orang.

Dia cewek normal yang menikmati kehidupannya. Berbanding terbalik dengan Samudra, jika Kirara berpikir sebaik mungkin untuk berdiri di atas, Samudra berpikir bagaimana cara paling mudah untuk dirinya mati. Semua orang juga pasti bisa melihatnya, seberapa jauh jarak yang terbentang di antara Samudra dan Kirara.

Perbedaan mereka sejauh samudra dan awan.









Halo Hay....
Ini naskah ke dua aku yang mungkin bakal aku seriusin. Please kasih aku komentar, sebaiknya aku lanjut atau enggak?



Sankyou
Dian Hikari

My Hero(in)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang