03. Day one

11 0 0
                                    

Author Pov

Ovi dengan perlahan mengusap dua batu nisan secara bergantian dengan lembut. Pagi-pagi sekali, ia sudah di tempat makam orang tuanya.

"Ayah sama bunda baik-baik kan di sana?. Ovi tahu, hidup sendirian memang tak mudah. Tapi Ovi akan berusaha kok. Ayah sama bunda tidak usah khawatir ya.

Oh ya, hari ini aku mau ke luar kota dengan laki-laki yang katanya dulu mengenalku. Aku tak tahu persis siapa dia. Tapi semoga saja dia memang benar-benar mengenalku dengan baik."

Rutinitasnya di setiap hari minggu. Ovi pasti akan mengunjungi makam orang tuanya dan bercerita layaknya dengan orang yang masih hidup.

Dia benar-benar kesepian di hidupnya dan bingung untuk berbagi cerita dengan siapa. Ia tak cukup hati untuk mempercayai orang-orang di sekitarnya kecuali almarhum orang tuanya.

"Ayah Bunda, Ovi pamit pulang dulu ya... takutnya pak Daniel udah di rumah buat jemput aku." Lantas Ovi bangkit dan mencium ke dua batu nisan secara bergantian sebelum ia meninggalkan tempat itu.

Di tengah perjalan Ovi menerima panggilan telephone dari pak Daniel. Segera ia pun menggeser icon hajau di layar hpnya.

"Halo pak?" Ucap Ovi, sambil berjalan guna untuk cepat sampai di rumah.

"Kamu di mana? Aku udah di depan rumah kamu."

"Iya pak, sebentar lagi saya sampai rumah. Mungkin 10 menitan saya sampai." Ucap Ovi dan semakin mempercepat perjalanannya.

"Biar aku jemput. Posisi kamu sekarang ada di mana?"

"Tidak usah pak. Saya jalan kakinya cepat kok. Saya tutup telepohonya ya pak."

"Nanti kamu kecapean... "

Tut... tut.. tut...

Sambungan terputus.

Segera Ovi sedikit berlari.

"Ah ternyata memakai rok saat berlari, ribet juga!" Dumel Ovi saat menyadari ia memakai rok panjang. Busana seperti biasa saat orang-orang mengunjungi pemakaman.

Saat di depan gerbang yang terbuka dengan lebar, Ia berdiri dengan kelelahan dengan nafas yang tidak teratur.

Menyender pada gerbang, sambil memperhatikan Daniel yang sudah berdiri di depan mobilnya. Memang sengaja, Ovi tidak menguncinya berjaga-jaga jika Daniel lebih dulu menjeputnya. Tidak enak jika manager nya itu menunggu di luar.

Daniel yang melihat Ovi sedang menetralkan pernafasannya, berjalan menghampirinya. "Tuh kan, kamu cape... bendel! Tadi kan biar aku jemput." Ucap Daniel sambil membenarkan rambut Ovi yang berantakan.

Sesaat Ovi mematung. Melihat Daniel yang perhatian dengannya sungguh asing baginya.

"Eh saya tidak apa-apa. Malahan saya khawatir jika bapak menunggu saya terlalu lama."

"Kenapa kamu masih memanggilku bapak? Ini bukan di restoran Ovi."

Seketika Ovi menunduk. "Ma-maaf." Ucapnya.

Flashback on!

Di saat dokter Hasyim keluar dari ruangan, cepat-cepat Daniel masuk kembali ke ruangan. Rasanya Daniel begitu khawatir dengan keadaan Ovi.

"Sebenarnya kamu kenapa? Apa yang kamu derita Ovi?" Ucap Daniel.

"Saya tidak kenapa-kenapa pak. Hanya pusing saja."

"Pusing?  Hanya pusing?"

"Iya."

"Kenapa kalau hanya pusing, sampai melupakanku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEPRESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang