Prolog-

7 1 2
                                    

"Mata nya dijaga," ejek Meli yang mengetahui bahwa sahabat nya itu menyukai Angkara. Lova menyenggol bahu Meli untuk mengecilkan intonasi suaranya sebelum semakin banyak pasang mata yang menatap aneh Mereka.

"Jangan bikin Gue overthinking deh Mel," ujar Lova sembari menarik tangan Meli menjauh dari kerumunan.

"Hehe ... Gue lupa kalo Lo gampang overthinking. Makanya jangan gitu banget kalo suka sama orang, Va!" ucap Meli si pakar cinta.

"Apalagi orang yang Lo suka itu Angkara, Lo kan tau Temen-temen Dia gak suka sama kelas Kita, terutama sama Lo. Jadi sebisa mungkin Lo jangan mupeng gitu!" Senyum yang tadi menghiasi wajah Lova seketika luntur setelah mendengar nasihat dari Sahabat nya.

"Kebiasaan Lo Mel! Tertampar dengan halus Gue,"

"Yang penting Lo jangan kelihatan mupeng depan Angkara, apalagi kalo Dia lagi sama Temen nya," ucap Meli.

"Iya iya Melii ... Udah ah jangan bahas Dia terus," Lova memasuki kelas lebih dulu, Gadis itu paling malas jika harus menunggu Meli si incaran Anak-anak Sma gemilang. Isi kepala Lova masih dipenuhi oleh Angkara yang berhasil mencuri fokus nya. Sampai-sampai Ia tidak sadar kalau Pa anton memanggil nya.

"Woy Lova! Lo dipanggil!" pekik Alan yang duduk tidak jauh dari meja Lova dan Meli.

"Apa sih Lo Alandog ...." ucapan Lova terpotong karena melihat Pa anton yang sudah memasang wajah seram di depan pintu. "E-eh ada Bapak," ucap nya kikuk.

"Ikut ke ruangan Saya sekarang!" pernyataan itu membuat Lova menatap Alan bertanya-tanya pasal nya hari ini Ia merasa tidak melakukan pelanggaran apapun. Tapi mengapa Ia di panggil oleh Pa Anton.

"Bellova Tazkia! Saya suruh Kamu ke ruangan Saya bukan tatap-tatapan sama Alan!" Lova dengan berat hati melangkah menuju ruang Pa anto sendirian, Meli? Cewek itu entah pergi kemana sejak obralan terakhir dengan Lova di koridor sebelum Lova masuk ke kelas.

"Ck. Sial banget hari ini," gumam nya pelan. Lova sudah sampai di depan ruangan Pa anton, dengan perasaan yang campur aduk Lova segera mengetuk pintu dengan sopan, setelah mendapat jawaban Lova segera membuka knop pintu.

Matanya membulat ketika melihat siapa yang sedang mengobrol dengan Pa anton. Dengan kikuk Lova ikut duduk di samping Angkara yang sama sekali tidak menoleh ke arah nya.

"Oke, jadi gini, Bapak mempertemukan kalian di sini itu untuk memberi tugas. 3 bulan lagi Sma gemilang akan mengadakan pentas dengan mengundang beberapa sekolah lain. Bapak harap kalian berdua bisa menjadi partner yang baik untuk mewujudkan keinginan Guru-guru dari beberapa tahun yang lalu," ujar Pak anton, Lova panik bukan main, pasalnya Cewek itu belum pernah menjadi paniti acara besar, lagi pula mengapa harus dirinya?

"Maaf sebelumnya Pak, Saya belum punya pengalaman untuk menjadi panitia sebuah acara, terlebih ini adalah acara besar yang pastinya jika Saya terlibat di dalamnya Saya akan memegang tanggung jawab yang besar untuk kelancaran berjalan nya acara. Saya merasa belum pantas untuk menjadi panitia utama di acara tersebut, masih banyak murid yang lebih pantas untuk menjadi panitia utama," ucap Lova panjang lebar. Angkara memperhatikan interaksi antara Lova dan Pa anton Ia tidak menyangka bahwa Lova bisa serius seperti ini.

"Ada Angkara yang bisa membantu Kamu Lova, Saya juga yakin Kamu bisa ngejalanin ini,"

Lova menatap Angkara yang berada di samping nya, lagi-lagi mata Cowok itu membuat hati Lova tenang, rasanya Lova ingin menatap Angkara lebih lama lagi. Angkara membalas tatapan Lova yang singkat itu. Dengan segera Lova memalingkan wajah nya yang memerah karena ditatap balik oleh Angkara.

Angkara mulai membenar posisi duduknya dengan sesekali merapihkan rambut nya. "Saya akan usahain semuanya berjalan dengan sempurna, dan untuk Lova Bapak tenang aja Dia biar Saya yang urus," Lova menginjak kaki Angkara sewot.

"Loh gak bisa gitu dong!" protes Lova.

"Udah Lo diem aja," jawab Angkara yang tetap tenang padahal sedari tadi kaki nya sudah jadi sasaran emosi Lova.

"Pemaksaan ini namanya Pak," dengan emosi yang membara Lova melangkahkan kaki nya keluar ruangan setelah Pa anton menyuruh Angkara dan Lova kembali ke Kelas. Angkara masih setia membuntuti Lova yang sedang memaki dirinya.

"Lo ngapain sih ngedumel mulu!" tanya Angkara. Lova tidak menggubris pertanyaan Angkara, Cewek dengan rambut sebahu dan sedikit polesan make-up di wajah nya berbelok menuju ruangan UKS.

"Ngapain? Lo sakit?"

"Sssttt ... Mending Lo ke kelas aja deh Kar, nanti Temen Lo yang ribet itu ganggu Gue," Lova berbaring di brankar Uks sembari memperhatikan Angkara.

Lova memejamkan matanya ketika merasakan sentuhan dari tangan Angkara, Angkara mengelus tangan Lova dengan lembut membuat sang empu terdiam dalam kejadian itu.

"Gue denger-denger Lo tadi ngintipin Gue ya?" Lova terkejut mendengar pertanyaan Angkara, mau taruh di mana muka nya setelah kepergok sama Meli, dan sekarang kepergok sama Cowok yang tadi Ia perhatikan di lapangan.

"Cowok geer," sindir Lova, Angkara yang mendengar itu lantas menarik kursi lalu mendudukan tubuhnya dengan sesekali menyugar rambut membuat seluruh makhluk ber-rok abu berdecak kagum.

Angkara memandangi paras Lova tanpa ragu membuat sang pemilik paras bingung harus bersikap bagaimana.

"Walaupun Lo berisik. Ternyata, cantik juga," kali ini runtuh sudah benteng pertahanan yang sudah Lova buat untuk bersikap bodo amat pada Angkara. Lova bangkit dari tidurnya lalu berlari meninggalkan Angkara dengan muka yang sudah memerah. Lagi-lagi Angkara tersenyum melihat tingkah yang dilakukan Lova, Cewek itu bisa tiba-tiba heboh, ceria, jutek, serius, dan yang baru Angkara ketahui sekarang adalah Lova yang gampang salting.

••••
Terima kasih yang sudah baca, maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan cerita ini, karena Aku masih baru dan tujuan Aku nulis untuk meluapkan semua hal yang gak bisa aku tunjukkan ke kehidupan ku. Terutama untuk Dia si pemilik mata teduh.
.
.
.
.
.

Salam hangat untuk semua☁

HUBUNGAN TANPA STATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang