HARAPAN YANG PATAH
Penulis : Devawati Somantri
Perpisahan adalah hal paling menyakitkan. Jauh dari kata sederhana, namun sangat menyakitkan hati seorang insan. Tak bisa kita tebak kapan dan di mana kita akan mengalaminya, yang jelas perpisahan pasti terjadi di dalam hidup manusia. Takdir adalah ketentuan yang harus kita terima. Mengalah dan pasrah sudah kunci dari itu semua. Kita tak bisa menyalahkan takdir, karena pada dasarnya kita hanya manusia yang hanya bisa menerima, bukan menolak takdir yang ada.
Perpisahan adalah bagian dari hidup di mana kita harus kehilangan orang yang kita sayang, keluarga, atau bahkan orang terdekat kita di dunia. Bisa memprediksi? Tidak. Pada dasarnya kita tak bisa menganalisa apa pun yang terjadi dan akan terjadi sebelumnya. Yang bisa kita lakukan hanya menerima dan pasrah pada takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Di kotak itu, terdapat beberapa foto kebersamaan Alya dan Dimas yang sengaja Alya cetak. Foto ketika mereka sedang bahagia, ketika Dimas sedang marah, ketika Dimas sedang tertawa, ketika tengah berada di kedai es krim.
Semua foto-foto itu semakin membuat Alya ingin memaki dirinya sendiri.
Biasanya malam minggu seperti ini, mereka akan menghabiskan waktu bersama. Tapi sekarang semuanya sudah berubah.
Tanpa Alya sadar, setetes air mata membasahi pipinya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menerima semua kenyataan pahit yang ada.
Cinta itu memang seharusnya saling memahami, bukan saling beradu kata siapa yang paling benar dan siapa yang salah.
Cinta harusnya saling mendengarkan, bukan saling menyuarakan kekecewaan yang pada akhirnya berakhir pada perpisahan.
Lamunan Alya terhenti ketika sebuah motor berhenti di depannya. "Al, lo kemana aja sih? Gue tuh nyariin lo dimana-mana. Di kampus, di kantor, ternyata lo di sini."
Alya tersenyum getir. "Enggak papa, Tam, gue cuma lagi mau sendiri."
Malam ini langit terlihat mendung, tak ada bulan dan bintang yang menerangi malam ini. Apakah mereka bisa merasakan kesedihan Alya malam ini.
"Lo kenapa lagi, Al?" tanya Tama saat melihat Alya yang baru saja mengusap air matanya.
"Gue gapapa kok," jawab Alya berusaha untuk terlihat baik-baik saja didepan sahabatnya.
"Kita sahabatan bukan sehari atau dua hari, jadi gue tau lo lagi ada masalah, cerita sama gue biar hati lo lebih tenang." Tama benar, ia sedang butuh seseorang untuk bercerita dan Alya yakin tama bisa menjadi pendengar yang baik.
"Ini tentang dia, Tam."
"Jangan dipikirin lagi, mungkin aja kalian dipertemukan cuman buat saling kenal, bukan untuk saling memiliki satu sama lain," saran Tama.
"Gue tau, cinta itu gak akan pernah bisa dipaksain." Alya kembali teringat kenangan kebersamaan mereka.
"Lo pasti bisa lupain semuanya, lo bisa dapetin yang lebih baik dari dia." Jujur saja Tama sedikit cemburu saat Alya selalu membahas Dimas, andai saja ia bisa menggantikan posisi Dimas dihati Alya.
"Cowok emang banyak, tapi gak ada yang sama kaya dia, Tam!" jawab Alya.
Tama diam dan hanya menatap langit malam, ia tak tau harus memberi saran apa lagi untuk Alya, sahabatnya.
Kenapa harus sahabatnya? Tama menyayangi mereka, ia tak mau egois.
"Al, gue sayang sama lo." Alya yang semula menatap langit kini menatap mata teduh milik Tama.
"Gue juga sayang sama lo sebagai sahabat," balas Alya. Tama hanya tersenyum getir, ia pikir masih ada harapan untuk bisa menggantikan posisi Dimas dihati Alya.
Tak pernah ada kah sedikit pun rasa cinta itu di hatinya? Walau tak sebesar cintaku. Sesak, itulah yang aku rasakan ketika aku bersamanya.
Dunia seperti tak pernah mengizinkan kita berdua untuk bahagia. Yang ada hanya sebuah masalah yang tak berujung dan menimbulkan duka. Aku hanya ingin bahagia bersamanya, bukan bersama mereka atau bahkan yang lainnya. Seberkas harapan hadir, dunia kembali menghancurkan kebahagiaan yang ada. Entah kenapa, dan untuk apa? Aku tak pernah tau sebab dan akibatnya.
Bukan Alya tak mengerti maksud Tama, tapi ia tidak ingin masalahnya semakin rumit. Jujur saja ia belum bisa melupakan kenangannya bersama Dimas, dan Alya juga tak ingin menyakiti hati Tama lebih dalam lagi.
Sekarang Alya sadar kenapa orang-orang tak mau berpacaran dengan sahabat mereka karena jika hubungan mereka berakhir maka persahabatan mereka juga akan berakhir. Seperti hubungan Alya dan Dimas yang berakhir dan memutuskan persahabatan mereka berdua, dan Alya tak ingin mengulang semuanya bersama Tama. Biarkan hubungan mereka tetap menjadi sahabat karena persahabatan tak akan pernah putus.
Tergores Iuka yang tak tau kapan luka itu akan kering. Ia memilih menutupinya, bersikap biasa seolah tidak kenapa-napa.
Sekarang Alya serahkan semuanya pada Tuhan. Jika memungkinkan mereka bertemu lagi. Jika dia tertulis sebagai jodohnya. Pasti ada hari dimana ia akan bertemu dengannya lagi. Jika saat itu tiba, jika kesempatan untuknya ada. Alya akan mengatakan dengan jujur perasaan yang dimilikinya kepada Dimas. Dan berharap cowok itu tidak akan pergi lagi. Alya mengadahkan kepalanya melihat bintang di langit. Lalu ia tersenyum, sembari menatap Langit malam yang sedikit mendung.
"Dim, lo bilang gue harus bahagia walaupun tanpa lo. Lo harus ngelakuin hal yang sama di sana. Jaga diri baik-baik di sana," gumam Alya dengan suara yang pelan sehingga Tama tak bisa mendengarnya.
Alya sesalu berharap semuanya akan baik-baik saja, dan kembali seperti dulu.
Tama mengalihkan pandangannya, ia tak mau terlalu lama menatap Alya karena itu semua bisa membuat rasa cintanya semakin bedar. "Semoga lo selalu bahagia, Al," batin Tama.
Pesahabatan dan percintaannya baik-baik saja. Itulah harapan Alya saat ini, ia berharap ini hanyalah mimpi buruk yang akan terjadi sebentar dan besok akan kembali semula.
Namun, sayangnya Alya harus dipatahkan oleh harapannya sendiri, ini bukan mimpi, ini adalah kenyataan yang harus ia hadapi. Percintaannya harus berhenti sampai sini.
Hidup adalah tentang pilihan. Jika sudah memilih, pastikan jangan pernah menyesal. Alya sudah memilih mengakhirinya. Jadi ia tidak akan menyesali meski sekarang hatinya terasa sakit karena dia telah pergi. Dia cukup meminta sama Tuhan. Jaga dia agar selalu baik-baik saja. Biarkan cowok itu bahagia di sana.
"Lo pasti bisa, Al." Tama menyemangati Alya agar sahabatnya itu bisa bangkit. Yang nyatanya Tama juga butuh penyemangat untuk dirinya sendiri.
"Makasih, Tam," jawab Alya dengan senyuman manis.
Malam ini semuanya berakhir, Alya yang harus mengikhlaskan Dimas dan Tama yang harus berusaha menghilangkan rasa cintanya pada Alya.
Malam ini semua harapan yang mereka punya harus berakhir, dan mungkin saja ini adalah jalan yang terbaik untuk mereka.
Purwakarta, 27 November 2021
Wp: Devaws
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisipan Asa
Short StoryKumpulan cerpen dari member komunitas Author Nob Official dengan berbagai tema. Jangan lupa follow untuk mengetahu lebih banyak tentang Author Nob Official