HARAPAN; Harapan Untuk Cinta Yang Tidak Punya Kejelasan

32 8 6
                                    

HARAPAN UNTUK CINTA YANG TIDAK PUNYA KEJELASAN

Penulis : Ayana

Akanku ceritakan tentang asa. Untukku, semoga tetap kuat. Untukmu, aku merawikan kisah ini agar seisi dunia tahu, bahwa aku, merindukanmu.

Memori legit yang pernah kita arungi bersama tak jarang membuat seisi otak berenang dan melayang-layang dikepala. Aku tidak pernah berhasrat agar ingatanku lumpuh karena dirimu, membawa siuh bersamaan dengan kenangan itu.

Suara merdu yang waktu lalu berlalu-lalang di indera pendengaran kini berubah menjadi nada angan-angan. Tentang rindu, jiwa ini bergejolak setiap eloknya rupamu tiba-tiba datang dalam dunia mimpiku.

Lewat ratusan abjad yang diketik atas dasar dirimu, kisah ini didedikasikan untukmu, Sagara.

........

Riuhnya petir membuat diriku memejamkan mata dan berusaha menutupi ketakutan. Sendiri ditengah bisingnya milyaran percikan air dari langit, seolah pertanda bahwa sang dewi menangis di atas sana.

"Nggak perlu takut, 'kan, ada saya." Suara khas lelaki berupa setengah dewa itu sangat candu untuk diriku. Sejak kapan dia kemari?

Aku menoleh kearahnya dengan ekspresi sedikit bingung. "Sejak kapan disini?" tanyaku, yang dihadiahi senyuman membiusnya.

"Sejak tau kalau kamu bakal di sekolah sampai malam," jawabnya.

Mencoba untuk bergeming tetapi diriku tak bisa menahannya, terlalu salah tingkah dan gugup sampai-sampai tulang tengkorak ini terpentok meja, karena aku duduk dibawahnya sejak tadi.

Sagara mengelus-elus puncak kepalaku pelan setelah aku sudah mensejajarkan posisiku dengannya. "Jangan terlalu bersemangat, Starla," pesannya.

"Maaf ...."

Netra kami bertemu kiranya beberapa sekon, sebelum aku mengedipkan mata tak kuasa melihat dirinya lama. Tiga detik saja aku terjun, bagaimana jika lebih dari itu? Mungkin aku akan tenggelam menyusul Titanic.

"Kamu lucu, saya suka," ucapnya, yang sudah berjuta-juta kali diulang.

Bulan sabit itu muncul menggantikan elok netranya. Salah satu dari ribuan hal yang aku suka dari dirinya berhasil ia tampakkan di depanku. Jantungku bak sedang lari maraton, tidak bisa terkontrol dan terus saja berdegup kencang. Apakah aku jatuh cinta? Ini sudah gila.

Aku menggesek-gesekan kedua tanganku mencoba menetralisir suasana. Lelaki itu langsung mencopot jaketnya lalu memberikannya padaku. Sagara, jangan terlalu bersikap manis.

"Saya antar pulang," celetuknya, lalu meninggalkanku dan berjalan lebih dulu.

.........

Kejadian tiga hari lalu berhasil membuat diriku selalu berfikir keras mengartikannya. Sekarang Sagara berjanji mengajakku pergi ke night market disalah satu tempat, dan sekarang aku benar-benar nervous.

Menembus jalanan kota di malam dengan cuaca yang mendukung cukup membuat hati lega. Menunggu sang pangeran menjemputku dengan kuda besinya. Mengapa tidak dengan kereta kencana? Karena dia belum menemukan cintanya, mungkin. Aku tidak akan berandai-andai bisa menjadi puterinya, itu mustahil.

Lelaki dengan rupa setengah dewa itu dating, lalu mencopot helm yang ia kenakan diatas kepalanya, menggantikan mahkota kerajaan. Senyum yang mengembang membuat diriku mabuk kebayang melihatnya, seakan bisa menggantikan gula. Cepat bergegas sebelum aku didiagnosis diabetes. Terlalu berlebihan? Memang begitu adanya.

"Selamat malam," ucapnya menyapa, membuat diriku diam mematung dan tidak mengerti harus bersikap apa.

Merdunya suara dari seseorang yang selalu ada dalam benak benar-benar membuat aku gila. Seolah racun yang mampu membuat siapa saja takut, seolah napza yang katanya membuat candu, seolah apapun yang tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata.

.......

Night market ini seolah wonderland, ditambah sang pangeran di dalamnya ikut mendominasi membuat semua pasang mata berlomba menyaksikan surga dunia. Sagara, dirimu terlalu sempurna untukku yang lebih bisa disebut budak belian.

"Starla, kita mau coba yang mana?" tanyanya, "gimana kalau kita coba panahan di sana?" usulnya, yang aku angguki.

Aku tak ikut bermain panahan karena aku tidak bisa memanah, Sagara bilang, aku harus mencobanya, dan berhenti mengatakan tidak bisa, karena aku belum mencobanya. Memberanikan diri dengan menepis semua ketakutanku, aku mengambil ancang-ancang dan mulai melesatkan anak panah itu, dan benar saja dugaan ku!

"Aku payah, Sagara," keluhku malu pada dirinya.

Tertawa kecil. "Kamu nggak payah, Starla. Panahlah hati saya, ia akan menancap dengan sempurna," lanjutnya.

Kalimat yang benar-benar masuk dalam hatiku itu membuat diriku melayang tinggi bahkan melewati angkasa sekalipun.

Aku benar-benar jatuh cinta, Sagara.

"Kita naik itu!" ujarku lalu berlari meninggalkannya.

Sagara menyusulku dengan ekspresi gelisahnya. Aku yang tidak tahu dia mengapa, rasanya sulit mengartikan ekspresinya untuk sekarang. Memperhatikan tanpa berkedip kearah bianglala yang benar-benar cantik itu masih dengan wajah dan ekspresi yang sama.

"Kenapa?" tanyaku.

Ia menggeleng. "Boleh saya bohong?" cakapnya, membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres.

Aku mengangguk. "Boleh."

"Saya bisa naik wahana itu, saya tidak phobia terhadap apapun," ungkapnya.

Sagara, sebentar. Apa artinya? Kau mengatakan yang sebenarnya? Kau punya phobia?

"Maksud--"

"Iya," selorohnya memotong ucapanku.

......

Cerita kami di wonderland tadi tidak bisa aku jelaskan dengan rinci, karena akan terlalu banyak adegan dimana kita hanya menghabiskan waktu, untuk mencoba kuliner-kuliner di dalamnya. Seperti memakan permen kapas, mencoba es krim, mencoba makanan dari negeri ginseng, dan masih banyak lagi.

Impianku bermain bianglala, komidi putar, dan wahana-wahana lainnya urung seketika saat Sagara mengucapkan apa yang ada dalam dirinya, tetapi berkedok bohong. Sagara, apapun kekuranganmu tidak pernah aku anggap kekurangan. Maaf aku terlalu berlebihan karena mengistimewakan dirimu, aku sudah benar-benar jatuh.

Aku jadi berfikir menanyakan suatu hal padanya. "Sagara," panggilku, "kalau kamu berubah menjadi pembohong besar, apa yang bakal kamu katakan lagi ke aku?" lanjutku, lalu menunggu jawaban darinya.

"Saya bakal bohong, apa ya?" ucapnya malah balik bertanya.

"Ah ... dengarkan saya, Starla," pintanya, "saya tetap di sini, tidak akan pernah menghilang."

Gemuruh petir menyadarkan diriku dan menghapus hayalanku. Memori itu terulang setiap kali milyaran percikan air datang menyerang bumi, membuat diriku langsung mengingat dirimu.

Kemana dirimu? Sudahkah menjadi bintang sekarang? Apakah disana lebih indah dari dunia? Cepat katakan, Sagara!

Bohong! Dirimu benar-benar bohong padaku! Apa yang dirimu ucapkan hanya bisa menenangkan diriku sesaat, Sagara.

Aku hanya berharap ....

Datanglah ke dalam mimpiku, dan ucapkan bahwa engkau juga mencintaiku. Aku hanya berharap itu, Sagara.

Pangeran, datanglah, atau aku yang menyusulmu?



Titimangsa / bionarasi

Gadis dengan nama pena Ayana / Ayanazhh ini lahir di Tegal, 13 Januari 2006.

Mulai menulis sejak duduk di bangku SMP tepatnya kelas 7 namun memberanikan diri mempublikasikan hasil karyanya di kelas 9 SMP.

Hobi menulis, mengarang lirik lagu, bernyanyi dan memasak.

Tidak pernah menggunakan nama aslinya karena alasan pribadi, dan termasuk anggota yang mengikuti projek collab bersama 7 anggota ANO yang lainnya.

Sisipan AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang